Mengulik lebih dalam, Sosok Syamsul Bakhri Penjual Ratusan Sapi Kurban di Wonopringgo Menyambut Idul Adha
Pekalongan–Jurnalphona.com Menjelang Hari Raya Idul Adha para penjual sapi kurban sudah mulai bermunculan. Cara penjual dalam memasarkan sapinya kepada pembeli menjadi ciri khas tersendiri saat menjelang Idul Adha, mereka mendirikan lapaknya di pinggir jalan maupun di depan rumah yang memiliki halaman luas.
Seperti halnya Syamsul Bakhri (40tahun), seorang penjual sapi kurban yang berasal dari Paninggaran dan beliau menjual ratusan sapi berukuran besar. Syamsul sudah berjualan sejak kecil dari mulai bantu-bantu keluarga sehingga menjadi penerus usaha turun- temurun di keluarganya. Syamsul mendirikan lapaknya sendiri di Wonopringgo sudah satu bulan sebelum menjelang Hari Raya Idul Adha. Alasan mendirikan lapak di Wonopringgo untuk mempermudah akses jalan pembeli dan juga para pelanggan setianya untuk melihat sapi yang dijual Syamsul tersebut.
“Di Pekalongan sendiri, saya jual kebanyakan sapi betina ketimbang jantang karena murah, beda lagi dengan yang saya kirimkan ke Jakarta itu jantan. Untuk harga sapi umumnya dari 15-22 juta bervariasi.” Ucapnya.
Syamsul ini bukanlah seorang penjual sapi musiman melainkan harian, terkadang dia berkeliling setiap hari tertentu di Pasar Kajen, Randudongkal, dan Limpung. Dia saat ini merasakan banyak para penjual sapi yang sudah membuka lapaknya sehingga pesaing untuk menjual sapinya agak susah dibanding tahun kemarin yang lebih sepi karena adanya covid-19 dan wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) pada hewan kurban.
“Pada saat covid-19 malahan saya laku besar, penjual sapi lainya tidak berani buka lapak karena takut kena wabah PMK itu tapi saya berani ambil resiko, saya menjual sapi yang sehat-sehat yang sudah mencukupi syarat untuk berkurban. Untuk perawatan sapi yang terkena penyakit PMK itu jangan andalkan dokter saja, melainkan kita harus benar tahu apa penyebabnya, harus rajin pembersihan kandang dan juga sering sering cek kesehatan sapi.” Tuturnya.
Menurut Syamsul, Idul Adha ini memang menjadi amal ibadah yang besar, namun jika memang kondisi ekonomi kita tidak memungkinkan untuk berkurban janganlah dipaksakan.
“Berkurban itu termasuk amal kebaikan makanya harus mengikuti kondisi ekonomi kita, harus sesuai syariah, syarat dan ketentuan karna berkurban itu tidak dipaksakan.” Imbuhnya.
Penulis: Nailis Sa’adah
Reporter: Muhammad Fauzan, Ika Amiliya Nurhidayah