Kisah Agus, Seorang Petugas Penjaga Perlintasan Pintu Kereta
Pekalongan–Jurnalphona.com Saat ini kereta api menjadi moda transportasi darat yang sudah umum di kalangan masyarakat. Itu karena jarak yang ditempuh menggunakan kereta api menjadi singkat, dengan melewati pemukiman, persawahan, bahkan pegunungan. Lancarnya laju kereta api tidak terlepas dari peran seorang petugas yang menjaga pintu perlintasan kereta api. Pekerjaan yang terlihat sepele, namun menyangkut banyak nyawa orang yang melintasi rel kereta.
Seperti halnya Agus, seorang petugas PJL (Penjaga Jalan Lintasan) Rel Kereta Api 102 Bendan. Dia sudah menjalani profesinya kurang lebih satu tahun, dimana sebelumnya dia bertugas di Semarang kurang lebih tiga tahun.
Ketika sinyal komunikasi berbunyi dari pusat dan pos lainya, agus bersiap menekan tombol sirine palang pintu tanda kereta akan datang. Memakai rompi berwarna oranye bertuliskan PJL dan topi baret hitam, Agus keluar ruangan menyambut setiap kereta yang melintasi posnya.
Berada di dalam ruangan yang penuh dengan alat radio dan komunikasi, agus tidak bisa meninggalkan ruangan dalam kondisi apapun. Juga terdapat toilet sendiri di dalam ruangan untuk memenuhi kebutuhannya. Bahkan saat makan dia harus tetap di tempat dan memesan makanan dengan menelepon pemilik warung untuk mengantar.
Sama halnya dengan profesi-profesi pada umumnya, suka maupun duka sudah dilalui oleh Agus. Contohnya saja saat jalan raya sedang macet, cuaca hujan, dan mati lampu menjadi kendala ketika ia bertugas sendiri.
Bagi seorang Petugas PJL, menjalankan pekerjaan sesuai dengan prosedur adalah amanah yang harus dilakukan. Apalagi pekerjaan yang berkaitan dengan nyawa banyak orang. Tidak boleh ada kelalaian sedikitpun yang bisa membuat bahaya bagi orang-orang sekitar. Petugas PJL juga memiliki konsekuensi jika dia terbukti lalai dalam menjalankan tugas. Dimana hukuman akan ia terima dari perusahaan bahkan negara.
Melakukan tugas yang sudah sesuai prosedur juga akan diwarnai dengan ulah pengendara yang nakal. Ketika palang pintu sudah tertutup, tidak jarang pengendara yang menerobos perlintasan dimana itu akan membahayakan dirinya sendiri. Agus juga pernah mengalami kejadian palang pintu yang patah, akibat pengendara mobil yang teledor.
“Kalo yang suka menerobos selagi kita bisa tegur akan kita tegur, yang terpenting kita sudah melakukan pelayanan sesuai prosedur. Jadi kalo yang mau menerobos ya silahkan saja,” ucap Agus.
Tentu di samping itu peran masyarakat juga penting agar terciptanya kondisi lingkungan yang aman. Dengan mematuhi rambu lalu lintas, Agus berharap agar masyarakat tidak menerobos perlintasan ketika sirine sudah berbunyi.***
Penulis: Zidni Mubarok
Reporter: Rifa Aprila Durrotul Aisy