Banjir Masih Melanda, Polemik Sampah Tidak Ada Habisnya
Oleh: Nazira Laela Nasta
Permasalahan di dunia ini memang kerap kali terjadi secara terus-menerus, bencana yang datang kiranya memang tak hanya dari sekedar faktor alam, namun terkadang juga dari faktor perbuatan manusia yang sangat berpengaruh besar. Seperti contohnya yang sangat dekat dengan kita adalah banjir yang terus terjadi tiap tahunnya di beberapa wilayah Kota Pekalongan, khususnya di daerah yang dekat dengan bibir pantai seperti Panjang, Klego, Krapyak, Tirto dan yang lainnya.
Kiranya banjir ini tentu akan menjadikan kita sangat kesulitan, dimana akses jalan juga menjadi terhambat karena terlalu banyak genangan air dimana-mana. Meski kita tidak dapat memungkiri ada banyak faktor ataupun pengaruh yang memicu penyebab terjadinya banjir. Seperti salah satu contohnya yakni terlalu banyaknya penduduk, seperti yang kita lihat dan kita ketahui semakin padat penduduk di suatu wilayah maka jumlah bangunan pun akan semakin bertambah, oleh sebab itu hal ini akan menjadikan wilayah daerah resapan air menjadi berkurang, terlebih apabila pada saat musim hujan tiba, curah hujan yang tinggi tidak bisa kita hentikan begitu saja, sehingga perlu adanya akses bagi air untuk mengalir, namun pada kenyataannya yang kita jumpai di lingkungan yang terdampak banjir adalah terlalu banyaknya selokan atau genangan air yang seharusnya menjadi tempat air mengalir justru terhambat karena banyaknya sampah.
Sampah memang menjadi permasalahan yang cukup besar dan serius di negara kita sendiri, bahkan hingga sampai saat ini sulit sekali untuk dipecahkan keberadaanya, menurut data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (Kemen PUPR RI), sampah plastik di negara kita berada di urutan kedua sampah domestik dengan menyumbang 5,4 juta ton pertahunnya. Keberadaan ini tak mengherankan, bahkan seringkali kita jumpai berbagai macam banyak sampah penyebab banjir ini terdampar di bibir pantai dan juga di selokan.
Sumber utama dari banyaknya sampah yang menghambat ini adalah jenis sampah plastik. Sampah plastik sendiri memang menjadi momok paling besar dan sangat sulit sehingga membutuhkan jangka waktu yang lama untuk di uraikan.
Tidak hanya berhenti di situ saja, bahkan sampah plastik ini menjadi 90% penyumbang sampah terbesar di lautan, hal ini tentu harus menjadi keprihatinan kita sebagai masyarakat agar tidak membuang sampah secara sembarangan.
Polemik sampah di sekitar lautan sepertinya memang sudah sering kali di gembar-gemborkan, namun hal ini rupanya tidak mengubah apapun di masyarakat kita, sehingga tidak heran apabila jika kita berkunjung ke wilayah pantai justru sampah berserakan lah yang akan kita temui disepanjang garis pantai, seperti halnya yang diunggah oleh salah satu mantan menteri kelautan kita, Susi Pudji Astuti pada akun instagram milik pribadinya @susipudjiastuti115 yang di post pada bulan Mei lalu, dirinya memberikan edukasi secara langsung pada masyarakat untuk membersihkan sampah disekitar wilayah pantai Pangandaran. Lantas apakah kita sudah tergerak hatinya untuk melihat kesadaran sampah plastik ini di sekitar kita? Rasanya jika semua masyarakat kita sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, tidak akan terjadi lagi fenomena genangan air yang bercampur sampah alias banjir di dekat kita.
Timbulnya banjir dibeberapa wilayah pesisir pantai pada dasarnya tidak sertamerta teguran dari sang pencipta, namun di balik itu semua juga banyak faktor dari SDM (Sumber Daya Manusia) yang kurang tertib dalam menjaga lingkungan sekitar. Banjir tidak akan berhenti jika tidak ada antisipasi baik dari warga maupun pemerintah. Sudah seharusnya sebagai masyarakat yang baik kita harus saling bahu-membahu, mengingatkan dan gotong-royong dalam menjaga kebersihan lingkungan disekitar kita.***