Essay

Mahasiswa KPI, Harus Bisa Jadi Mubaligh?

Oleh: Rismawati

Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) merupakan prodi di bawah Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Prodi KPI merupakan salah satu wadah untuk menghasilkan kader-kader generasi dakwah dalam arti luas yang adaptif terhadap berbagai situasi maupun perkembangan teknologi komunikasi. Para alumni KPI diharapkan mampu menguasai berbagai macam media dengan tujuan syi’ar Islam. Diantara profil lulusan KPI yaitu menjadi dai/mubaligh, menjadi broadcaster TV, menjadi broadcaster radio, menjadi Jurnalis Islami, menjadi asisten peneliti KPI, dan konsultan kebijakan media. Namun, apakah semua mahasiswa KPI harus bisa menjadi Mubaligh?

Dakwah secara umum berarti menyampaikan dan mengajak pada kebaikan yang sesuai dengan syariat Islam. Dakwah tidak hanya identik dengan simbol-simbol religi. Perkembangan teknologi yang ada mendorong dakwah secara dinamis, maka penting pula bagi seorang dai untuk memahami dinamika ini supaya dakwah tetap banyak peminatnya. Di sinilah peran mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam yang diharapkan dapat berdakwah mengikuti perkembangan zaman.

Vyki Mazaya selaku Ketua Prodi KPI menyampaikan bahwa mahasiswa KPI sebagai kader-kader dakwah diharapkan akan menguasai media massa maupun online sesuai dengan etika komunikasi Islam, menyebarkan informasi yang bermanfaat bukan yang membawa madhorot (provokatif memicu konflik), menyebarluaskan untuk tujuan kebaikan bukan atas kepentingan, menyebarkan kebenaran bukan hoaks, dan amar ma’ruf nahi munkar (menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemunkaran), dan lainnya. Berdakwah jangan hanya dipahami dalam arti sempit dakwah bil lisan, menjadi penceramah saja tetapi juga bisa dengan dakwah bil qalam (melalui tulisan dengan menjadi jurnalis Islami, penulis novel, karya sastra, dan lainnya). Bisa juga dakwah bil hal (Memberikan teladan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari- hari).

“Mahasiswa atau alumni KPI harus jadi agen dakwah, jangan sampai anti Islam atau anti dakwah karena nilai-nilai Islam harus tertanam dalam setiap perilaku orang muslim. Para alumni KPI diharapkan mampu menguasai berbagai macam media dengan tujuan syi’ar Islam,” kata Vyki Mazaya.

Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak berminat dalam berdakwah?

“Berminat atau tidak, pilihan itu tergantung masing-masing individu. Tugas dakwah menjadi kewajiban bersama umat muslim. Tugas saya sebagai Kaprodi mengarahkan mahasiswa sesuai dengan profil lulusan KPI yang tidak boleh lepas dari ruh dakwah. Jika alumni dakwah tidak tergerak untuk menyebarkan dakwah Islam, lalu siapa yang akan berdakwah? Siapa yang akan mengenalkan Islam kepada generasi mendatang. Mau jadi apapun nantinya, mahasiswa dan alumni KPI harus menjadi generasi yang membawa pengaruh atau perubahan lebih baik bagi lingkungan dimana dia berada. Hal itu sudah merupakan aksi dakwah,” ujar Vyki Mazaya.

Sebagai mahasiswa KPI, kita harus melakukan dakwah meskipun tidak menjadi mubaligh atau dai. Hal itu seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, berdakwah tidak hanya identik dengan simbol religi atau menjadi seorang dai. Melakukan dakwah dapat tidak harus di majelis dengan menggunakan sorban, peci, sarung, dan lain sebagainya. Namun, dapat dengan menjadi contoh atau teladan yang baik bagi masyarakat sekitar.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.