Resensi Buku

Refleksi Kehidupan : Belajar Bersikap Adil Dan Proposional Dalam Memandang dan Menilai Sesuatu

Identitas Buku

Judul Buku : Dua Barista

Penulis : Najhaty Sharma

Penerbit : Telaga Aksara

Tahun terbit : 2020

Tebal halaman : 495ISBN : 978-623-91852-4-4

Peresensi : Nailis Sa’adah

Sebagai mahasiswa yang punya waktu luang disaat liburan semester, saya meluangkan waktu untuk membaca buku “Dua Barista” karya Najhaty Sharma. Buku yang bersampul 2 kopi ini saya kira cerita tentang dunia perkopian, namun salah besar. Novel ini menceritakan dunia poligami berlatar belakang pesantren. Awalnya enggan membaca tapi setelah di pertengahan bikin nagih untuk menyelesaikan hingga halaman terakhir.

“Dua Barista” adalah novel yang cukup fenomenal, terutama di kalangan pembaca yang tertarik dengan kisah-kisah bernuansa Islami dan roman. Novel ini mengangkat tema poligami dalam konteks pesantren, sebuah topik yang cukup sensitif dan jarang diangkat secara terbuka dalam karya fiksi. Novel ini juga benar benar mengajak kita merasakan apa yang dialami masing masing karakternya. Rasa cemburu Ning Maza, dilema Gus Ahvash, harapan Meysaroh, hingga karakter karakter pendukung seperti Kang Badrun dan Mba Asih.Jika kamu membaca novel ini secara keseluruhan, kita diajarkan bagaimana mengolah rasa marah dan cemburu, serta bagaimana cara mengendalikan nafsu.Beribu ribu kutipan yang ada dalam novel ini. Saya suka salah satu kutipan yang dilontarkan Ning Mazarina kepada Gus Ahvash pada halaman 429. “Bila hati telah mati, tak ada gunanya dinasehati. Bagai tanah yang gersang. Hujan datang pun sudah tak ada gunanya.”

Kelebihan Novel Dua Barista

1. Pesan Moral yang Kuat

Novel ini berhasil menyajikan pesan-pesan moral yang mendalam tentang kesabaran, pengorbanan, dan cinta sejati. Kisah Mazarina yang rela menerima kenyataan dimadu menjadi cerminan kesabaran seorang istri.

2. Gaya Bahasa yang Menarik

Penulis berhasil menyajikan cerita dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami, sehingga pembaca dapat dengan mudah terbawa dalam alur cerita.

3. Penggambaran Karakter yang Mendalam

Karakter-karakter dalam novel ini digambarkan dengan cukup mendalam, terutama tokoh Mazarina dan Ahvash. Pembaca dapat merasakan emosi dan perjuangan yang dialami oleh kedua tokoh ini.

4. Kritik Sosial: Novel ini juga menyajikan kritik sosial yang halus terhadap praktik poligami, terutama dalam konteks pesantren. Meskipun tidak secara eksplisit, namun pembaca dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.

Kekurangan Novel Dua Barisasta

1. Penggambaran Tokoh yang Ideal

Beberapa pembaca mungkin merasa bahwa penggambaran tokoh-tokoh dalam novel ini terlalu ideal. Baik Mazarina maupun Ahvash digambarkan sebagai sosok yang sempurna, baik rupa maupun akhlak. Hal ini dapat membuat pembaca merasa kurang relate dengan karakter-karakter tersebut.

2. Alur Cerita yang Terlalu Melandai

Beberapa bagian dalam novel ini terasa terlalu melandai dan kurang memberikan kejutan. Alur cerita yang cenderung lambat dapat membuat pembaca merasa bosan.

3. Bahasa Jawa yang Kurang Diterjemahkan

Adanya beberapa kalimat dalam bahasa Jawa yang tidak diterjemahkan dapat menjadi kendala bagi pembaca yang tidak memahami bahasa Jawa. Hal ini dapat mengurangi kenyamanan dalam membaca.Kesimpulan”Dua Barista” adalah novel yang layak dibaca bagi Anda yang menyukai kisah-kisah romantisme dengan nuansa Islami. Novel ini menawarkan banyak pesan moral yang dapat menginspirasi pembaca. Meskipun ada beberapa kekurangan, namun secara keseluruhan novel ini cukup menghibur dan meninggalkan kesan yang mendalam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.