Feature

Keutamaan Bulan Ramadan

PekalonganJurnalphona.com Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, bulan yang suci dan penuh ampunan. Dimana merupakan kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Sabtu, (10/04).


Ramadan merupakan bulan yang istimewa. Umat Islam tentu bersuka cita menyambut kedatangan bulan suci Ramadan. Ramadan dalam kaidah kebahasaan artinya membakar. Ramadan disebut bulan yang mulia karena pada bulan ini dosa-dosa seluruh umat muslim diampuni oleh Allah SWT. Salah satu keutamaan dari istimewanya bulan Ramadan adalah diturunkannya Al-quran. Sedangkan menurut literatur kesufian, kata Ramadan termasuk dalam salah satu nama Tuhan. Dalam hal ini tingkatan (tajjali) Tuhan lebih agung daripada bulan-bulan lainnya.


Ketika Ramadan pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup. Ini bisa diartikan secara metafisik atau secara kesufian bahwa tertutupnya pintu neraka itu memiliki arti bahwa manusia secara manusiawi adalah neraka atau condong kepada keduniawiaan. Ditutupnya pintu neraka, berarti manusia diharapkan bisa meninggalkan hasrat-hasrat duniawi.


Dikutip dari penuturan Imam Al Ghazali, beberapa cara untuk meraih keutamaan bulan Ramadan diantaranya seorang muslim tidak boleh hanya berdiam diri pada satu level puasa dan harus naik ke level selanjutnya sampai yang paling puncak. Oleh karenanya, menurut Al Ghazali puasa itu dibagi menjadi tiga tingkatan. Tingkatan pertama yaitu puasanya orang awam, pada tingkatan ini ditandai dengan pembatasan seputar menahan hawa nafsu dan sex semata. Tingkatan kedua yaitu puasa khawas, ini bukan hanya membatasi pada perut, tapi juga membatasi semua anggota badan. Tingakatan paling tinggi yaitu khawasul khawas dimana kesadaran dan hati manusia hanya untuk selalu mengingat Allah.


“Kita harus naik dari hanya puasanya orang awam ke puasnya orang khawasul khawas,” tutur M. Minanur Rohman (27).


Beberapa hal yang perlu dipersiapkan umat Islam dalam menyambut bulan suci Ramadan menurut M. Minanur Rohman selaku Dosen IAIN Pekalongan. Pertama menekankan pada isti’dat rohani atau persiapan yang bersifat rohani berupa menata jiwa untuk menyambut Ramadan dalam artian membersihkan hati. Kedua, komitmen untuk konsisten dalam setiap hari di bulan Ramadan, alasannya karena lailatul qadar hanya mau berkunjung ke kamar yang bersih. Pengibaratan tersebut berarti esensi dari lailatul qadar hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang mempersipkan diri menyambut kedatangannya.


Kemudian amalan yang dianjurkan untuk dilakukan selama Ramadan yakni i’tikaf. Dan melakukan qiyamul lail atau shalat malam seperti yang termaktub dalam hadits:
Man Shoma Romadhona Imanan Wahtisaban Ghufiro lahu Maa Taqoddama Min Dzanbih.”
Ketiga yaitu membaca Al-quran, karena Ramadan merupakan bulan turunnya Al-quran.
“Semua amalan yang dilakukan selama bulan Ramadan baik itu amalan vertikal maupun horizontal seperti sedekah dan membantu kepada sesama. Sehingga kedua amal itu berimbang antara vertikal dan horizontal semuanya akan mendapat pahala yang besar di bulan Ramadan. Bulan Ramadan termasuk bulan yang istimewa dikarenakan Allah mengabulkan doa-doa.” Terang M. Minanur Rohman (27).


Seperti dalam surat Al Baqarah yang berkaitan dengan serangkaian tema-tema Ramadan :
Wa’idza sa’alaka i’badi ‘aani fa’inni qorib.” (Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (Qs. Al Baqarah :186)).


Berkaitan dengan ayat di atas beberapa ulama mengatakan maksud dari kutipan ayat tentang Ramadan hikmahnya adalah dikabulkannya doa-doa oleh Allah. Waktu yang mustajab untuk berdoa adalah pada saat berbuka puasa, hal ini dicontohkan oleh Sayyidina Umar. Selain itu, pertengahan malam atau sepertiga malam lebih makbul terutama diakhir-akhir Ramadan. (CB/SP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.