Toleransi Dalam Perbedaan Agama Tak Jadi Masalah di Desa Linggoasri
Pekalongan–Jurnalphona.com Toleransi adalah nilai penting dalam masyarakat yang beragam, karena membantu menciptakan lingkungan yang lebih kondusif, damai, dan harmonis. Sikap toleransi juga membantu mengatasi konflik, mengurangi prasangka, dan mendorong kerjasama antarindividu serta kelompok. Toleransi memainkan peran kunci dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di dunia yang semakin terhubung dan beragam. Sedangkan Keragaman budaya merujuk pada beragamnya nilai-nilai, norma, keyakinan, tradisi, bahasa, dan praktik yang ada dalam suatu kelompok atau masyarakat. Keragaman Budaya merupakan ciri khas manusia dan muncul sebagai hasil interaksi antara berbagai faktor, seperti sejarah, geografi, migrasi, dan perubahan sosial.
Seperti halnya dengan Desa Linggoasri yang berada di Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Linggoasri terletak di selatan pusat pemerintahan Kabupaten Pekalongan. Menurut salah satu sesepuh, bahwa nama Desa Linggoasri berasal dari nama Batu Lingga simbol Dewa Syiwa. Lingga berbentuk bulat panjang yang terdapat di desa tersebut. Lingga dijadikan simbol bahwa Desa Linggoasri telah berumur tua dan penuh dengan peninggalan sejarah.
Linggoasri sendiri dinilai layak dinobatkan sebagai Desa Sadar Kerukunan dan Toleransi terhadap perbedaan agama, banyak kekayaan alam dan budaya serta memiliki toleransi yang sangat tinggi karena Masyarakat Linggoasri menganut agama yang berbeda yaitu Islam, Budha, Hindu dan Katolik serta terdapat dua tempat ibadah yaitu Masjid dan Pura. Namun untuk sosial kemasyarakatan masih tetap rukun dan bersama-sama atau bergotong royong.
“Untuk masalah Ibadah sendiri-sendiri, kalau sosial kemasyarakatan bersama-sama,” tutur Totok Budi Mulyanto, S.E yang hadir mewakili Bupati Pekalongan dalam acara ‘Desa Linggoasri Soft Launching Jadi Desa Sadar Kerukunan.’
Setiap agama di Desa Linggoasri memiliki keyakinan, ajaran, dan ritualnya sendiri. Perbedaan ini dapat dilihat dari cara mereka beribadah, merayakan hari-hari suci, atau melaksanakan upacara keagamaan. Setiap tradisi dilakukan dengan cara keyakinan masing-masing kepercayaan. Namun sebagian besar masyarakat Linggoasri beragama Islam, dan hal ini tak menjadi masalah bagi masyarakat nonmuslim di Linggoasri. Salah satu wujud toleransi di Linggoasri ialah santunan anak yatim bukan hanya untuk anak-anak beragama muslim tapi juga santunan untuk umat Hindu. Ketika terdapat perayaan hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Waisak, Nyepi dan lain sebagainya maka masyarakat akan saling menghormati, mendukung dan juga menghargai satu sama lain.
Dengan adanya berbagai agama yang berbeda di Desa Linggoasri ini tidak menjadi hambatan, akan tetapi mampu menciptakan kehidupan yang aman dan damai dalam meningkatkan generasi maju dalam membangun informasi yang lebih baik.
Penulis: Fridayana Sri Rejeki
Reporter: Fridayana Sri Rejeki