Berita

Click Here
Click Here
Click Here
Click Here
Previous
Next

Gen Z Lebih Suka Mana? Antara Baca Buku atau Tiktok?

Generasi Z atau Gen Z lahir sekitar tahun 1997–2012, mereka tumbuh bersama teknologi digital yang berkembang pesat. Tidak heran jika mereka sudah akrab dengan internet dan media sosial sejak kecil. Salah satu aplikasi yang jadi favorit Gen Z adalah tiktok (platform video pendek), di tiktok sendiri tidak hanya untuk hiburan, tetapi juga untuk cari info, belajar hal baru, bahkan mendapatkan inspirasi. Dari konten edukasi, kutipan buku, cerita alternatif universe, sampai video motivasi, semuanya bisa ditemukan di tiktok. Di sisi lain, Indonesia masih punya masalah serius soal literasi. Data dari PISA tahun 2019 menunjukkan Indonesia ada di peringkat 62 dari 70 negara dalam hal kemampuan membaca. Survei kecil yang dilakukan penulis juga menunjukkan bahwa 64,2% Gen Z lebih suka scroll tiktok dibanding baca buku (35,8%). Ini jadi gambaran nyata bahwa budaya membaca masih kalah saing dengan hiburan digital yang lebih instan dan menarik perhatian. Menariknya, Gen Z sebenarnya tetap bisa dapat manfaat dari tiktok, asalkan tahu cara mengelolanya. Banyak konten informatif dan edukatif di sana yang dikemas dengan cara menyenangkan. Bahkan, kutipan buku yang dibacakan dengan musik bisa membantu mereka yang malas baca buku tebal. Video tutorial, ceramah singkat, dan motivasi juga bisa untuk bahan belajar, jadi tidak membosankan. Akan tetapi, tetap harus waspada karena tidak semua konten di tiktok bisa dipercaya, dan ada juga konten negatif yang harus disaring. Sayangnya, banyak Gen Z yang masih anggap buku itu membosankan karena isinya hanya teks. Padahal, buku bisa membahas lebih dalam yang tidak dimiliki oleh tiktok dan bisa melatih cara berpikir kritis. Buku self-improvement, novel, atau biografi bisa membantu mereka mengenali diri sendiri, memahami emosi, dan bahkan jadi referensi tugas kuliah. Jadi, meskipun tiktok seru, buku tetap penting buat memperluas wawasan. Kesimpulannya, baik tiktok maupun buku punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tinggal bagaimana kita sebagai pengguna bisa bijak dalam memilih dan mengatur waktu. Jika bisa memanfaatkan tiktok untuk hal positif tanpa lupa pentingnya membaca buku, itu baru keren. Karena di zaman sekarang, pintar itu tidak hanya soal banyak wawasan, tapi juga soal bisa memilih mana yang bisa bikin kita berkembang. Referensi: Laili Nurin Nabila, F. P. (2023). Aksentuasi Literasi pada Gen-Z untuk Menyiapkan Generasi Progresif Era Revolusi Industri 4.0. Journal of Education Research . Sofie Dewayani, P. R. (2017). Literasi sebagai Praktik Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Yulian Dwi Putra, D. J. (2024). Realitas Keterlibatan Gen Z dalam Media Sosial Tiktok Perspektif Sosiokultural. Intercode – Jurnal Ilmu Komunikasi.

Read More »

Cara Efektif Mengelola Stres Akademis Bagi Mahasiswa

Menjadi mahasiswa memang penuh tantangan, banyaknya tugas menumpuk, ujian, dan tuntutan akademis lainnya sering kali membuat stres. Stres akademis yang tidak dikelola dengan baik bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan prestasi belajar mahasiswa. Nah, bagaimana cara mengelola stres akademis agar tetap sehat dan produktif? Berikut adalah lima cara mudah agar dapat mengelola stres akademis mahasiswa : 1). Buat Jadwal Belajar yang Teratur dan RealistisSalah satu penyebab utama stres mahasiswa adalah banyaknya tugas yang belum dikerjakan dan biasanya mahasiswa mengerjakannya dengan mendadak. Mulailah dengan membuat jadwal belajar yang jelas dan realistis dan prioritaskan tugas berdasarkan deadline dan bagi waktu belajar menjadi sesi – sesi kecil, agar tidak merasa kewalahan. Dengan perencanaan yang baik, mahasiswa bisa menghindari kebiasaan menunda – nunda yang justru memperparah setres. 2). Jangan Ragu untuk Meminta DukunganStres akan terasa lebih ringan jika mahasiswa mempunyai tempat untuk berbagi cerita. Ceritakan beban yang dirasakan pada keluarga, teman, atau dosen pembimbing. Kadang hanya dengan didengarkan, pikiran bisa menjadi tenang dan jangan lupa juga manfaatkan layanan konseling di kampus jika merasa perlu bantuan. 3). Terapkan Teknik Relaksasi dan Mindfulness Cobalah teknik pernapasan dalam, meditasi singkat, atau latihan mindfulness untuk menenangkan pikiran. Luangkan waktu 5 – 10 menit setiap hari untuk fokus pada pernafasan dan melepas ketegangan, cara ini terbukti efektif untuk mengurasi kecemasan dan dapat meningkatkan konsentrasi. 4). Rutin BerolahragaOlahraga bukan hanya baik untuk tubuh, tapi juga untuk pikiran. Aktivitas fisik seperti jalan kaki, jogingg, atau yoga dapat membantu melepaskan hormon endorfin yang membuat Anda merasa lebih bahagia dan rileks. Sisihkan waktu minimal 30 menit setiap hari untuk bergerak aktif. 5). Jaga Pola Tidur dan NutrisiTidur yang cukup dan makan makanan bergizi sangat penting untuk menjaga stamina dan kesehatan mental. Hindari begadang dan belajar terus – menerus karena justru membuat otak lelah dan stres makin menumpuk. Pastikan tidur 7 – 8 jam setiap malam dan konsumsi makanan sehat seperti sayuran, buah, dan protein. Oleh: Yuliana Sulistyaningtyas

Read More »

Belenggu Ketakutan

Di bawah hangatnya selimut aku mengasingkan diri Menutup mata dan telinga dari bisingnya duniaDitemani dengan kesunyian dan keheningan Panggilan dari hari esok memaksaku untuk bangunTapi hari kemarin terus menarikku agar tetap diam Pikiran ini selalu berputarRasa ingin bangkit dan berubah Tapi rasa takut kian menyelimuti selalu berbisikSeakan tak lupa untuk menyapa Rasanya inginku berlari dari terowongan yang gelap ini Tapi mengapa jiwa ini tak dapat digerakkanHari kemarin semakin erat mengikat Bisakah aku membuka ikatan ini?Bisakah aku keluar dari terowongan ini? Karya: Wiji Indah Prasetya

Read More »

Aksi Peduli: HMPS KPI UIN Gus Dur Selenggarakan Ramadhan Action dan Buka Bersama

Pekalongan-jurnalphona.com Himpunan Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (HMPS KPI) UIN K.H. Abdurrahman Wahid (UIN Gusdur) Pekalongan selenggarakan Ramadhan Action dan Buka Bersama di gedung FUAD lantai 2 pada Sabtu, (22/03). Ramadhan Action dan buka bersama merupakan acara tahunan yang dilakukan oleh HMPS KPI UIN Gus Dur Pekalongan. Dengan mengusung tema “Peduli dengan Aksi” dan menghadirkan Prof. Dr. Imam Kanafi, M.Ag sebagai narasumber. Acara dibuka dengan sambutan ketua pelaksana Achmad Bagas Pranata yang mengungkapkan rasa terimakasih atas antusiasme peserta yang hadir. Achmad Bagas Pranata selaku ketua pelaksana menjelaskan tujuan acara ini yaitu sebagai wadah berkumpulnya mahasiswa prodi KPI dan diharapkan dapat menumbuhkan sisi kemanusiaan. “Ramadhan action sendiri itu sebagai tempat berkumpulnya seluruh mahasiswa dari program studi KPI dan menumbuhkan sifat kemanusiaan kita.“ Dyah Putri Septiani selaku demisioner yang hadir berharap acara ini kedepannya lebih baik dan semakin banyak peserta yang antusias hadir dalam acara ini. “Aku berharap kedepannya lebih banyak peserta yang antusias dan meramaikan acara ini.“ Penulis: Nabilla Rahayuningtyas C. A.Reporter: Wiji Indah Prasetya

Read More »

Ketindihan

Oleh: Nanda ‘Abidatur Rosyidah Al Mabruroh “Mira Mir, tolong” Aku berteriak sekuat mungkin. Aku melihat Mira masih tertidur pulas, seakan tidak mendengar apapun, aku melihatnya dengan mata yang tidak bisa terbuka sempurna. Aku kembali mencoba menggerakkan tubuhku, namun benar-benar tidak bisa digerakkan, seperti ada yang berada diatas tubuhku. “Mir, tolong” Aku mencoba berteriak lagi. Keringat mulai membasahi seluruh tubuh, aku kembali mencoba menggerakkan tangan, mencoba meraih tangan Mira. Tapi, tetap saja tidak bisa. Nafasku mulai tidak beraturan, seperti habis lari memutari lapangan bola sebanyak sepuluh kali. Seperti dalam mimpi, namun ini terasa terlalu nyata. Aku melihat ada seseorang yang menyentuh tangan kiriku. Aku terkejut bukan main, tangannya berkuku panjang dan sangat tajam. Digerakkan dari ujung kuku sampai menyentuh pundakku. Tubuhnya tepat berada diatas tubuhku. Nafasku semakin tidak beraturan, aku tidak berani membuka mata. Mulutku mulai membaca do’a-do’a penangkal jin, tapi tidak bisa. Aku semakin ketakutan, keringat bercucuran membasahi baju yang aku kenakan, mungkin sampai membasahi kasur. Dalam hati, aku sudah memaki-maki jin ini, malam-malam begini masih saja mengganggu. Aku mencoba memberanikan diri membuka mata, tubuhku semakin kaku, tepat didepan wajahku, ada wajah seseorang seperti kingkong raksasa, berbulu, berwarna hitam, dan matanya merah menyala. Menatapku dengan penuh amarah, seakan-akan marah kepadaku. Aku kembali menutup mata, tapi anehnya tidak bisa. Aku menangis, benar-benar ketakutan. Aku kembali mencoba membaca do’a-do’a, kali ini bisa, tapi dia belum hilang juga. Sampai ku ulangi beberapa kali, tetap saja belum hilang dan masih menatapku. Aku semakin kesal, seingatku aku masih mengerjakan tugas kuliah. Aku teringat, Mira pernah bercerita kalau sedang diganggu jin begini, dibacakan do’a-do’a tidak mempan, diumpat saja dengan makian. “Jin sial!n, anak an*ing, pergi kau” Aku mengumpat, sudah sangat kesal. Tanpa ku sangka, dia malah semakin marah. Menggeram, semakin menekan tubuhku. Keberanianku hilang, dia semakin menakutkan. Dalam hati, aku mengutuk Mira, kenapa dia memberi saran konyol ini, anenhnya aku percaya dia. Aku sudah pasrah, Mira masih tertidur pulas disampingku. Disaat itu juga, Mira berpindah posisi, kakiku ditendang Mira. Seperti bangun dari mimpi buruk, lega sekali rasanya. Aku duduk, menatap sekitar. Kemudian membangunkan Mira. “Mir, bangun” Aku menggoyangkan tubuh Mira. “Mirr, ayo bangun. Aku habis diganggu jin, Mir” Aku menepuk-nepuk pipi Mira. “Hah, diganggu siapa, Nay?” Mira bangun, terkejut. “Diganggu jin, bentuknya kayak kingkong, jelek banget kaya kamu” Aku kesal, karena sudah percaya dengan saran Mira. “Serius, Nay? Terus gimana, Nay?” Mira penasaran. “Awalnya aku bacain do’a-do’a, tapi gak mempan, terus aku inget kamu pernah bilang. Kalo jin gak mempan digituin, harus dimaki-maki.” Aku masih membayangkan kemarahan jin sial!n itu. “Iya iya, terus gimana? Mempan?” “Emang jin kurang ajar, dia malah semakin marah. Kamu juga Mir, kurang ajar. Kamu bohong kan?” Aku menatap Mira. “E e e… udah, Nay. Yang penting kamu udah gak papa, makanya besok lagi sholat dulu, wudhu sama bersih-bersih. Jin suka yang kotor-kotor, kaya kamu” Mira mencoba bercanda. Aku menuju ke kamar mandi, wudhu, bersih-bersih kemudian sholat.

Read More »

“Fatherless: Luka yang Tak Terlihat, Rindu yang Tak Terucap”

Identitas Buku:Judul Buku: Fatherless: Andai Ayah Dengar IniPenulis: Rachmat RezaPenerbit: Buku MojokISBN: 978-623-8463-13-8Cetakan: Pertama, Januari 2024Jumlah Halaman: 99 halamanPenyunting: Elya Ra FananiDiresensi oleh: Mazda Ghazali Hidayat Setiap anak datang ke dunia dengan harapan akan pelukan yang hangat, suara yang menenangkan, dan sosok yang selalu ada untuknya. Namun, tak semua mendapatkan anugerah itu. Ada yang tumbuh dengan ruang kosong dalam hatinya—sebuah kehilangan yang tak selalu tampak, tapi terus terasa. Rindu yang samar, keheningan yang berteriak, dan pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban. Sebagian memilih mengabaikan luka itu, sementara yang lain menghabiskan hidup untuk mencari kepingan yang hilang. Bagaimana rasanya tumbuh tanpa kehadiran sosok yang seharusnya menjadi pelindung? Inilah awal dari perjalanan yang dituangkan dalam buku ini—sebuah kisah yang menggali kehilangan, merajut harapan, dan mencari makna di balik sunyi. Dalam Fatherless: Andai Ayah Dengar Ini, penulis mengajak kita untuk menyelami pengalaman mereka yang tumbuh tanpa kehadiran ayah atau tanpa hubungan emosional yang sehat dengannya. Banyak di antara mereka yang tak menyadari bahwa ketidakhadiran sosok ayah telah membentuk cara mereka melihat dunia, membangun relasi, hingga memahami diri sendiri. Dengan kejujuran dan empati, penulis berbagi kegelisahannya sebagai seorang fatherless, merangkai kisah pribadinya dengan wawasan yang ia dapatkan dari berbagai bacaan dan refleksi. Buku ini bukan sekadar catatan perasaan, melainkan ruang yang mengajak pembaca untuk memahami, menerima, dan mungkin, mulai menyembuhkan luka yang selama ini tersembunyi. Buku ini dimulai dengan kisah masa kecil penulis, yang tumbuh besar tanpa pernah mengenal ayah kandungnya. Dibesarkan oleh ibu kandung dan ayah sambung, ia mengalami secara langsung bagaimana rasanya hidup tanpa figur ayah. Pada bagian awal, pembaca diajak melihat kehidupan seorang fatherless dari sudut pandang anak yang bertahan dalam kesunyian, mencari sosok yang tak pernah ada. “Ada saatnya aku ingin memanggilmu ‘ayah’, hanya untuk melihat apakah kata itu bisa menyembuhkan ruang kosong dalam jiwaku.” Kalimat ini menggambarkan kerinduan yang tak terucapkan—perasaan yang mungkin juga dirasakan banyak orang yang memiliki kisah serupa. Pembahasan berlanjut dengan mengupas luka yang ditinggalkan oleh ketiadaan ayah. Ketidakhadiran figur ini tidak hanya menciptakan kehampaan, tetapi juga meninggalkan bekas yang membentuk karakter dan perjalanan hidup seseorang. Penulis menguraikan empat kategori fatherless dan menghadirkan sebuah matriks yang mengidentifikasi empat tipe ayah: ayah ideal, ayah patung, ayah memori, dan ayah hantu. Dengan cara ini, buku ini tidak hanya menggambarkan realitas pahit seorang anak tanpa ayah, tetapi juga membantu pembaca memahami bagaimana hubungan—atau ketiadaan hubungan—dengan ayah dapat membentuk kehidupan seseorang. Lebih jauh, buku ini menyoroti dampak dari kondisi fatherless terhadap perkembangan emosional dan sosial anak. Luka batin yang diderita sering kali membuat mereka mencari pelarian, baik dalam bentuk yang positif maupun negatif. Namun, buku ini tidak berhenti pada luka dan kehilangan semata. Sebagai penutup, penulis membawa pembaca ke dalam proses penerimaan dan penyembuhan. Ia menawarkan pemahaman dan solusi bagi mereka yang hidup dengan kekosongan ini, memberikan jawaban atas pertanyaan yang selama ini mengendap dalam hati mereka yang tumbuh tanpa kehadiran ayah. “Anak-anak punya lubang berbentuk sosok ayah di jiwa mereka. Jika sang ayah tidak mau atau tidak mampu mengisinya, maka lubang itu menjadi sebuah luka yang sulit disembuhkan.” Kutipan ini menjadi refleksi mendalam bahwa peran ayah bukan sekadar keberadaan fisik, melainkan juga kehadiran emosional yang membentuk jiwa seorang anak. Kelebihan Buku ini ditulis dengan bahasa yang mengalir dan penuh emosi, membuat pembaca mudah terhubung dengan isi dan pesan yang ingin disampaikan. Pengalaman pribadi penulis memberikan kedalaman yang autentik, menjadikan buku ini lebih dari sekadar teori tentang kehilangan. Selain itu, konsep tentang empat tipe ayah dan matriks kehadiran/pengaruh ayah memberikan perspektif baru yang membantu pembaca memahami kompleksitas hubungan ayah-anak. Kekurangan Dengan jumlah halaman yang relatif sedikit, buku ini terasa singkat dan mungkin belum cukup untuk menggali lebih dalam aspek psikologis dan sosial dari kondisi fatherless. Beberapa bagian mungkin terasa kurang mendetail, terutama bagi pembaca yang menginginkan pendekatan lebih akademis atau studi kasus yang lebih luas. Rekomendasi Buku ini sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang dinamika hubungan ayah dan anak, terutama bagi mereka yang merasakan kehilangan atau kehampaan dalam hubungan dengan ayah mereka. Bagi para fatherless, buku ini bisa menjadi teman yang memahami, menguatkan, dan mungkin, membantu menemukan cara untuk berdamai dengan masa lalu.

Read More »

FUAD Hadirkan Pakar Ilmu Filsafat dalam Studium General 2025

Pekalongan-jurnalphona.com Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan gelar Studium General yang berlangsung di Aula Gedung Fuad lantai 2. Selasa, (25/02). Studium General diadakan setiap Semester genap yang wajib diikuti seluruh mahasiswa FUAD, dengan mengusung tema “Filsafat dan Pengembangan Ilmu- Ilmu Keislaman (Ushuluddin dan Dakwah) di Era Milenial.” Menghadirkan Dr. H. Fahrudin Faiz, S.Ag., M.Ag pakar dalam filsafat Islam. Selain itu turut hadir Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah Prof. Sam’ani, M.Ag serta segenap jajaran pimpinan FUAD. Acara dibuka dengan sambutan Dekan FUAD Prof. Sam’ani, M.Ag yang menyampaikan rasa syukur dan terimakasih atas antusiasme seluruh peserta yang hadir. Miftahul Ula, M.Ag selaku ketua pelaksana menjelaskan tujuan acara ini yaitu untuk keperluan akademis serta diharapakan mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai filsafat dengan baik. “Tujuannya yaitu supaya mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai filsafat dengan baik, seperti yang kita tahu banyak mahasiswa yang belum paham mengenai pentingnya ilmu filsafat dalam kehidupan sehari-hari.” Fahrudin Faiz selaku pemateri acara mengungkapkan bahwa sudah banyak anak muda sekarang yang berfilsafat. “Sekarang ini saya lihat banyak anak muda yang sudah berfilsafat.” Azrotul Anam salah satu peserta mengungkapkan harapannya agar acara dapat berlangsung dengan baik setiap tahunnya, “untuk kedepannya diharapkan lebih baik lagi, semoga isi pesannya mengedukatif dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.” Penulis: Wiji Indah PrasetyaReporter: Chusma Fitriana

Read More »

Panggung Budaya Meriahkan Acara Puncak Haul Gus Dur

Pekalongan-jurnalphona.com UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan menyelenggarakan Panggung Budaya dalam rangka Haul Gus Dur, yang berlangsung di kampus II, Gedung Student Center pada Kamis, (13/02). Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh hebat yang turut memeriahkan jalannya rangkaian acara, Alissa Wahid (putri Gus Dur), Pendeta Martin Sinaga, Abah Kirun, serta tokoh-tokoh besar lainnya. “Acara ini mengusung tema Refleksi Jejak Pemikiran Gus Dur dalam Kebhinekaan yang melibatkan seluruh komponen anak bangsa, lintas iman lah saya kira, karena ada dari unsur gereja dan segala unsur dari masyarakat,” tutur Mukhtar, Ketua Pelaksana. Tujuan utama diselenggarakannya Panggung Budaya ini adalah untuk menyeru kepada anak masa muda sekarang ini untuk lebih mengenal siapa sebenarnya Gus Dur ini. Gus Dur yang dikenal sebagai bapak pluralisme, memiliki jiwa toleransi yang begitu kuat dan autentik yang pada acara ini dituangkan dalam kolaborasi antara paduan suara gereja dengan paduan suara UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan. Menyanyikan Syi’ir Tanpo Waton dengan begitu hikmat dan kompak serta diiringi oleh alunan musik hadroh, membuat siapa saja yang mendengarnya kagum. Para pengunjung juga sangat antusias dengan acara ini. “Yang ada di dalam diri Gus Dur itu disajikan disini, mulai dari penghargaannya terhadap keragaman itu kita saksikan tadi, melalui paduan suara lintas agama yang diisi oleh teman-teman dari gereja dan juga temen-temen dari muslim, dan menariknya lagi diiringi dengan hadroh yang mana identik dengan orang Islam,” ucap Sokhifah, sebagai pengunjung. Melalui acara ini juga para anak muda menjadi lebih mengenal siapa Gus Dur sebenarnya. “Jadi di sini kita bisa melihat bagaimana penjabaran kepribadian seorang Gus Dur,” ujar Umi, pengunjung yang lain.*** Penulis : Nanda ‘Abidatur Rosyidah Al Mabruroh Reporter: Chusma Nur Fitriana

Read More »

Studium General 2025 UIN Gus Dur Hadirkan Tokoh Kristen Murid Gus Dur

Pekalongan-Jurnalphona.com Pendeta Dr. Martin Lukito Sinaga, seorang tokoh kristen yang merupakan murid Gus Dur menjadi narasumber Studium General UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan pada Kamis, (13/02). Kegiatan ini dibuka dengan sambutan oleh Rektor UIN Gus Dur Pekalongan Prof. Dr. H. Zaenal Mustakim, M.Ag yang menyampaikan apresiasi dan rasa syukurnya atas antusiasme mahasiswa yang hadir. Edi Zubaedi, S.Ag., M.A.P selaku penanggung jawab acara sekaligus kepala bagian tata usaha Fakultas Syariah, menjelaskan bahwa tujuan acara ini adalah untuk memperingati haul Gus Dur dan Dies Natalis UIN Gus Dur, sekaligus untuk transfer ilmu terkait menghargai dan menghormati keragaman. Pemilihan tokoh kristen sebagai narasumber sebagai pengisi acara mendapat perhatian khusus. Penangung jawab Edi menyebutkan sebelumnya belum pernah mengundang tokoh lintas agama, diharapkan dengan mengundang tokoh lintas agama sebagai narasumber kita dapat menumbuhkan sifat moderat. “Kita sendiri sebelumnya belum pernah mengundang tokoh lintas agama sebagai narasumber, diharapkan dengan mengundang tokoh lintas agama kita dapat menumbuhkan sikap moderat kita,” ujarnya. Riska Amalia, salah satu pengunjung yang hadir, mengungkapkan harapannya agar acara seperti ini dapat terlaksana dengan baik setiap tahunya. “Harapannya acara seperti ini bisa terus berjalan dengan baik kedepannya,” ucapnya. Edi juga berharap agar kegiatan serupa dapat terus diadakan di masa mendatang, dengan menghadirkan banyak tokoh lintas agama untuk transfer ilmu ketuhanan dan kemanusiaan. “Diharapkan kita dapat mengadakan kegiatan serupa, dengan menghadirkan beberapa tokoh lintas agama untuk menambah pemahaman kita mengenai ketuhanan dan kemanusiaan.”*** Penulis: Wiji Indah Prasetya Reporter: Marchella Dika Aristawidya

Read More »

Meriahkan Imlek 2025: Pekalongan Gelar Kirab Ritual dan Budaya

Pekalongan-jurnalphona.com Kirab Ritual dan Budaya Imlek 2025 diselenggarakan di halaman Klenteng Po An Thian Kota Pekalongan pada Selasa (11/02). Acara ini diawali dengan serangkaian ritual dan atraksi barongsai, serta marching band. Terdapat 11 tandu yang terdiri dari 10 tandu Dewa & Dewi dan tandu pendupaan yang ikut memeriahkan kirab ritual dan budaya kali ini. Slain 11 tandu yang ikut dalam kirab ini, ada enam barongsai dan satu naga dari perkumpulan Liong Samsie, Dharma Asih Semarang, serta cosplay tiruan Dewa dan Dewi dari sanggar seni Tridharma Mekar Teratai Semarang, Marching Band Gita Jala Nusantara SUPM Nusantara Batang, musik Rampak Putra Pandawa Pekalongan yang menampilkan musik khas bambu tradisional, serta Sanggar Kudo Bekso Utomo 1970 yang menampilkan kesenian sintren, jaranan, jamang, dan bantengan. Kirab Ritual dan Budaya ini memang sudah dilaksanakan bertahun-tahun di Pekalongan, setiap hari ke 14 di bulan pertama penanggalan Imlek dengan tujuan bersyukur kepada Tuhan YME dan alam semesta karena dapat diberikan kelimpahan berkah, dan juga memohon kepada Tuhan YME dengan perantara para Dewa dan Dewi untuk dapat dijauhkan dari segala macam bencana. “Tujuan di adakannya ini kan dalam rangka rangkaian hari Imlek dan memang dari tahun 1930 an Klenteng Po An Thian sudah menyelenggarakan setiap hari ke 14 atau 15 di bulan pertama penanggalan Imlek,” ucap Wisnu Budianto, selaku panitia. Wisnu juga menjelaskan harapannya agar masyarakat Pekalongan lebih maju dan dapat terbebas dari segala macam bencana. “Harapannya semoga Pekalongan nanti tambah maju, makin maju, dan kita semua terbebas dari bencana apapun, termasuk bencana banjir yang di tahun-tahun ada terus,” ucapnya.*** Reporter & Penulis : Yuliana Sulistyaningtyas

Read More »

Dua Dimensi

Judul: Sekeping Anomali Penulis: Jurnalmistik Penerbit: LovRinz Publishing Tahun Terbit: 2024 SBN: 5710108240059 Jumlah Halaman: 295 halaman Peresensi: Ika Amiliya Nurhidayah Antologi Cerpen berjudul “Sekeping Anomali” merupakan sekumpulan karya cerita pendek dari para penulis terpilih dari kompetisi menulis cerpen horor serta anggota dan pengurus Divisi Jurnalistik HMPS KPI UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Dengan jumlah hampir tiga ratus halaman, buku ini terlihat cukup tebal karena menyimpan tiga puluh cerita horor yang siap membuat pembaca terjebak dalam balutan cerita-cerita dengan ciri khas dan tingkat keseraman masing-masing. Kalimat “Sekeping Anomali” bertengger manis di tampilan cover buku ini ketika pembaca pertama kali melihatnya. Pertama, pembaca mungkin akan dibuat bertanya-tanya akan eksistensi buku ini yang belum menyiratkan kesan menakutkan dari judulnya. Sekeping Anomali sendiri berasal dari dua kata yaitu “sekeping” yang artinya “sebagian kecil” dan “anomali” yang artinya “ketidaknormalan.” Jadi, judul tersebut berarti sebagian kecil dari hal-hal yang tidak normal di dunia, di mana di dalamnya terdapat cerita-cerita bergenre horor yang menyiratkan ketidaknormalan kehidupan yang bersinggungan dengan dimensi lain. Pertama membuka antologi ini, pembaca akan disuguhkan dengan cerita mengenai pengalaman lucid dream yang dialami oleh tokoh utama, Daniel. Masuk pada portal berikutnya, pembaca akan menyaksikan betapa menyeramkannya dihantui oleh sosok duplikat diri sendiri yang konon menjadi pertanda kematian. Selanjutnya, kisah tokoh bernama Andi yang tidak pernah merasa puas akan membangkitkan rasa geram pembaca, Ia harus membunuh manusia-manusia tak bersalah demi memenuhi hasratnya. Lebih jauh, pembaca akan dibuat turut terengah-engah dengan pengalaman rep-repan yang dialami Dian. Terakhir, antologi ini ditutup dengan kisah Rangga yang bertekad mengungkap kebenaran di balik villa angker. Antologi cerpen ini sangat direkomendasikan untuk pembaca, terlebih bagi yang ingin merasakan sensasi baru dalam membaca cerita fiksi. Antologi cerpen ini juga dihadirkan untuk membuat masyarakat Indonesia jatuh cinta lagi dengan membaca, mengingat buku ini menghadirkan cerita-cerita seram yang cukup ringan dan memancing animo untuk membacanya. Kelebihan: Terdapat banyak pilihan cerita. Cover berbahan doff menambah kesan elegan. Layout halaman menarik. Ukuran font standar dan mudah dibaca. Kekurangan: Masih terdapat typo minor.

Read More »

Antara Remaja dan Dewasa

Oleh: Nailis Sa’adah Alya pernah berpikir bahwa menjadi dewasa itu menyenangkan. Bayangannya tentang dewasa adalah sosok yang bebas, mandiri, dan bisa melakukan apa saja yang ia inginkan. Namun, kenyataan berkata lain. Sejak menginjak bangku kuliah, Alya merasa terjebak dalam rutinitas yang membosankan. Kuliah, tugas, organisasi, dan tuntutan orang tua seakan tak pernah ada habisnya. Sehingga ia burn out terhadap kehidupanya. Dulu, Alya adalah remaja yang ceria dan penuh semangat. Ia aktif di berbagai kegiatan ekstrakurikuler, punya banyak teman, dan selalu punya cerita seru untuk dibagikan. Tapi sekarang, senyumannya terasa dipaksakan dan matanya selalu terlihat lelah. Ia sering merasa kesepian di tengah keramaian, dan rindu masa-masa ketika masalah terbesarnya hanyalah memilih baju apa yang akan dipakai ke sekolah. Suatu hari, Alya bertemu dengan seorang nenek tua di taman kampus. Nenek itu sedang duduk di bangku sambil membaca buku. Alya penasaran dan memutuskan untuk menghampirinya. Mereka kemudian terlibat dalam percakapan yang panjang. Nenek itu bercerita tentang pengalaman hidupnya, tentang suka duka menjadi seorang dewasa. “Nak, menjadi dewasa itu tidak semudah yang kamu bayangkan,” kata nenek itu. “Ada banyak tanggung jawab yang harus kamu emban, banyak keputusan sulit yang harus kamu ambil. Tapi, di balik semua itu, banyak juga keindahan yang bisa kamu rasakan.” Nenek itu juga bercerita tentang pentingnya menemukan jati diri. “Setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing. Jangan terpaku pada ekspektasi orang lain. Dengarkan suara hatimu dan ikutilah jalanmu sendiri,” lanjut nenek Kata-kata nenek itu membuat Alya merenung. Ia menyadari bahwa selama ini ia terlalu sibuk mengikuti arus. Ia takut gagal dan ingin selalu terlihat sempurna di mata orang lain. Padahal, menjadi diri sendiri adalah hal yang paling penting Sejak pertemuan itu, Alya mulai mencoba untuk lebih menghargai dirinya sendiri. Ia belajar untuk mengatakan tidak ketika merasa kewalahan, dan tidak takut untuk membuat kesalahan. Ia juga mulai mengeksplorasi minat dan bakatnya, dan menemukan kembali semangat yang sempat hilang. Perjalanan Alya menuju kedewasaan memang tidak mudah. Ada banyak rintangan dan tantangan yang harus ia hadapi. Namun, ia yakin bahwa dengan terus belajar dan beradaptasi, ia akan mampu menemukan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya.

Read More »

Refleksi Kehidupan : Belajar Bersikap Adil Dan Proposional Dalam Memandang dan Menilai Sesuatu

Identitas Buku Judul Buku : Dua Barista Penulis : Najhaty Sharma Penerbit : Telaga Aksara Tahun terbit : 2020 Tebal halaman : 495ISBN : 978-623-91852-4-4 Peresensi : Nailis Sa’adah Sebagai mahasiswa yang punya waktu luang disaat liburan semester, saya meluangkan waktu untuk membaca buku “Dua Barista” karya Najhaty Sharma. Buku yang bersampul 2 kopi ini saya kira cerita tentang dunia perkopian, namun salah besar. Novel ini menceritakan dunia poligami berlatar belakang pesantren. Awalnya enggan membaca tapi setelah di pertengahan bikin nagih untuk menyelesaikan hingga halaman terakhir. “Dua Barista” adalah novel yang cukup fenomenal, terutama di kalangan pembaca yang tertarik dengan kisah-kisah bernuansa Islami dan roman. Novel ini mengangkat tema poligami dalam konteks pesantren, sebuah topik yang cukup sensitif dan jarang diangkat secara terbuka dalam karya fiksi. Novel ini juga benar benar mengajak kita merasakan apa yang dialami masing masing karakternya. Rasa cemburu Ning Maza, dilema Gus Ahvash, harapan Meysaroh, hingga karakter karakter pendukung seperti Kang Badrun dan Mba Asih.Jika kamu membaca novel ini secara keseluruhan, kita diajarkan bagaimana mengolah rasa marah dan cemburu, serta bagaimana cara mengendalikan nafsu.Beribu ribu kutipan yang ada dalam novel ini. Saya suka salah satu kutipan yang dilontarkan Ning Mazarina kepada Gus Ahvash pada halaman 429. “Bila hati telah mati, tak ada gunanya dinasehati. Bagai tanah yang gersang. Hujan datang pun sudah tak ada gunanya.” Kelebihan Novel Dua Barista 1. Pesan Moral yang Kuat Novel ini berhasil menyajikan pesan-pesan moral yang mendalam tentang kesabaran, pengorbanan, dan cinta sejati. Kisah Mazarina yang rela menerima kenyataan dimadu menjadi cerminan kesabaran seorang istri. 2. Gaya Bahasa yang Menarik Penulis berhasil menyajikan cerita dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami, sehingga pembaca dapat dengan mudah terbawa dalam alur cerita. 3. Penggambaran Karakter yang Mendalam Karakter-karakter dalam novel ini digambarkan dengan cukup mendalam, terutama tokoh Mazarina dan Ahvash. Pembaca dapat merasakan emosi dan perjuangan yang dialami oleh kedua tokoh ini. 4. Kritik Sosial: Novel ini juga menyajikan kritik sosial yang halus terhadap praktik poligami, terutama dalam konteks pesantren. Meskipun tidak secara eksplisit, namun pembaca dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Kekurangan Novel Dua Barisasta 1. Penggambaran Tokoh yang Ideal Beberapa pembaca mungkin merasa bahwa penggambaran tokoh-tokoh dalam novel ini terlalu ideal. Baik Mazarina maupun Ahvash digambarkan sebagai sosok yang sempurna, baik rupa maupun akhlak. Hal ini dapat membuat pembaca merasa kurang relate dengan karakter-karakter tersebut. 2. Alur Cerita yang Terlalu Melandai Beberapa bagian dalam novel ini terasa terlalu melandai dan kurang memberikan kejutan. Alur cerita yang cenderung lambat dapat membuat pembaca merasa bosan. 3. Bahasa Jawa yang Kurang Diterjemahkan Adanya beberapa kalimat dalam bahasa Jawa yang tidak diterjemahkan dapat menjadi kendala bagi pembaca yang tidak memahami bahasa Jawa. Hal ini dapat mengurangi kenyamanan dalam membaca.Kesimpulan”Dua Barista” adalah novel yang layak dibaca bagi Anda yang menyukai kisah-kisah romantisme dengan nuansa Islami. Novel ini menawarkan banyak pesan moral yang dapat menginspirasi pembaca. Meskipun ada beberapa kekurangan, namun secara keseluruhan novel ini cukup menghibur dan meninggalkan kesan yang mendalam.

Read More »

Strategi Memaksimalkan Kuliah Sejak Awal Semester

Oleh: Hadi Subhan Bagi sebagian mahasiswa baru, perkuliahan di awal semester sangat membingungkan. Selain karena proses adaptasi dari jenjang sekolah ke perguruan tinggi, mereka juga harus riset bagaimana birokrasi kampus bekerja. Sering kali, mahasiswa hanya mengikuti arus tanpa arah dan tujuan yang jelas. Alih-alih mendapatkan ketenangan, hal semacam ini justru dapat menjadikan mahasiswa terbawa arus perkuliahan yang dapat membawa mereka pada hilir yang tidak jelas. Adanya Program Studi (Prodi) dan gambaran orientasi pekerjaan, seharusnya sudah memberikan visi yang konkret bagaimana seharusnya mereka belajar sesuai fokus dan ruang lingkup Prodi. Untuk memperjelas visi, beberapa tips dan trik ini akan diperlukan mahasiswa untuk mencapai perkuliahan yang sistematis dan terarah: 1. Tentukan Tujuan dari Sekarang Tujuan sangat diperlukan untuk membatasi diri Anda agar berjalan sesuai koridor yang ditetapkan. Dengan adanya tujuan atau goal, Anda bisa memilah hal atau kegiatan apa yang sekiranya dapat menunjang untuk tujuan Anda. Hindari prinsip “mengikuti arus saja”, karena prinsip semacam itu akan menjadikan Anda seorang yang memiliki sikap inferiror, tidak adanya rasa kepercayaan diri untuk bersaing dalam melaksanakan kebaikan. Sedangkan, Allah telah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِ (Berlomba-lomba dalam kebaikan). Jadi, tunggu apa lagi? Tentukan tujuanmu! 2. Dosen Pembimbing Akademik (DPA) merupakan Orang Tua Anda di Kampus Jangan terpaku pada pikiran-pikiran tidak berdasar bahwa seorang DPA hanya perantara kita kepada Sekprodi, Kaprodi, tukang ACC KRS, TTD dokumen, dsb. Tapi, tugas DPA lebih daripada itu. Anda harus mengenal dan mampu membangun hubungan yang baik dengan DPA, karena melalui DPA, Anda akan menemukan jari diri Anda di dunia perkuliahan. Penulis tidak akan menjadi _Research Assistant_ apabila tidak direkomendasikan oleh DPA kepada peneliti yang bersangkutan. Penulis tidak akan juara lomba poster di kancah Nasional dan berani mempresentasikan karyanya jika bukan karena dorongan dari DPA. Penulis tidak akan mendapatkan kesempatan mengikuti Konferensi Panel, Diseminasi Penelitian, dan pembicara seminar jika bukan karena perantara DPA. Ya! Sosok DPA sangat penting dalam masa-masa perkuliahan Anda. Siapa DPA Anda? dan bagaimana hubungan Anda dengan beliau? 3. Asah Kemampuan Anda dengan Mengikuti Organisasi Dari beberapa pengalaman Penulis, seringkali mahasiswa mengikuti organisasi didasari karena FOMO (Fear of Missing Out). Sikap ini didasari pada stigma “Karena teman-teman Saya berorganisasi, maka Saya juga harus berorganisasi!”. Ya boleh saja, akan tetapi perlu diingat, bahwa organisasi tidak wajib. Daripada mengikuti organisasi hanya karena tidak ingin ketinggalam tren, lebih baik fokus saja untuk kuliah atau gunakan waktu Anda untuk hal yang bermanfaat lainnya. Ikutlah organisasi karena Anda memang ingin mencapai tujuan yang selaras dengan yang ada di organisasi tersebut, sebagai contoh “Saya mengikuti Divisi Jurnalistik, supaya Saya bisa menjadi Reporter yang andal dan kompeten.” Artinya, organisasi yang Anda pilih juga harus memiliki impak untuk orientasi pekerjaan, atau penunjang proses akademik Anda. 4. Cobalah untuk Berpartisipasi dalam Kelas yang Produktif Tidak usah takut atau merasa inferior ketika Anda dikucilkan karena banyak bertanya. Karena keaktifan di kelas cukup memengaruhi nilai semester Anda. Biasanya, Dosen memberikan sekitar 10-15% untuk nilai keaktifan. Karena budaya kritis dimulai dari bagaimana Anda menerima, mengolah, dan menyampaikan informasi yang diterima. Melalui diskusi yang interaktif, kemampuan berpikir dan menganalisa seseorang akan terus bertambah. Tidak perlu menggebu-gebu atau overthinking “bagaimana jika pertanyaan Saya tidak bagus?” karena esensi dari pertanyaan adalah ketidakpahaman. Jadi, ketika Anda bertanya hal sekecil apapun, itu akan berguna untuk melatih mental Anda supaya mampu berbicara dan mengutarakan pendapat di depan khalayak. Mungkin itu beberapa tips dan trik berdasarkan pengalaman penulis. Semoga apa yang dituliskan dapat menginspirasi Sobat Jurnalphona.

Read More »

Mengenal Tuhan Lebih Dekat

Identitas Buku Judul buku : Seni Merayu TuhanPenulis : Husein Ja’far al HadarPenerbit : PT Mizan PustakaTahun terbit: 2023Cetakan ke: 9Jumlah halaman: 222ISBN: 978-602-441-255-5Harga: Rp 69.000,- Sobat mahasiswa pasti tidak asing dengan nama habib Jafar. Sosok dengan pemikiran filsafat dan tasawufnya memberikan efek damai dalam diri. Persoalan tasawuf dan nalar logika filsafat di kemas dalam bentuk dialog naratif yang amat menarik. Ringan dibaca dan tetap mudah dipahami tentunya dengan isi yang berbobot. Lewat karyanya yang berjudul Seni Merayu Tuhan, Habib Ja’far telah berhasil menarik ribuan pembaca dibuktikan dengan jumlah cetak ulang sebanyak 9 kali. Inti yang menjadi gagasan utama dalam buku tersebut adalah bagaimana sang penulis mengajak pembaca untuk terus merayu Tuhan dengan berdoa dan terus berusaha menjadi versi terbaik dari diri sendiri setiap saat. Dalam bukunya, habib ja’far mencoba menyampaikan poin oenting yang hadus ada dalam pribadi seorang hamba Allah. Yaitu tidak mudah berburuk sangka dan berputus asa terhadap rahmat Allah swt. Bisa jadi lebih baik pendosa yang selalu merasa rendah diri ketimbang penggemar ibadah yang selalu tinggi hati begitu sang habib menggambarkan luasnya rahmat Allah yang bisa datang kapan dan di mana saja. Nilai moderat juga senantiasa hadir dalam isi buku. Salah satu bab menerangkan bagaimana seharusnya muslim beragama. Dalam bab berislam ala GPS dijelaskan bahwa seorang muslim ketika mendapati curhatan saudara muslim lainnya yang baru saja atau pernah melakukan kesalahan, jangan dihakimi. Melainkan berilah solusi alternatif ke jakan yang benar. Sebagaimana GPS yang senantiasa memberikan solusi jalan alternatif ketika penggunanya telah melewati jalur semestinya. Beberapa alasan penulis merekomendasikan buku ini Kelebihan: 1. Mudah dipahami. Penyampaian tidak berat dan dengan bahasa gaul 2. Berisi ajaran islam moderat dan nilai sufistik 3. Penyampaian pesan dakwah diambil dari realita kehidupan yang relevan 4. Ilustrator gambar dan kutipan yang menarik dan estetis 5. sudah mendapatkan testimoni dari budayawan legendaris Sujiwo Tejo Kekurangan: 1. Versi asli buku seni merayu Tuhan baru bisa didapatkan dengan harga 69 ribu. Sedikit mahal untuk yang baru belajar senang membaca. Rekomendasi: cocok untuk Islam milenial dan gen Z Islam yang nilainya bisa diterapin di tengah masyarakat modern dan masyarakat urban. Bagus untuk yang mau belajar Islam tanpa rasa jenuh dan kesan kaku.

Read More »

Kisah Unik untuk si Problematik

Identitas buku Penulis: Agus Mulyadi Judul: seni memahami kekasih Penerbit: Shira media Tahun terbit: 2024 Cetakan ke: 8 Jumlah halaman : 94 ISBN: 978 602 5868 90 0 Harga: 49,000 Kategori : non fiksi komedi Kalau sobat mahasiswa pengen belajar seneng baca. Ada satu rekomendasi buku yang mungkin bakal pecah buat selera kalian yang memang senang humor, santai, tapi tetep pengen kliatan asik pas lagi baca. Ada satu buku berjudul Seni Memahami Kekasih karya Agus Mulyadi, yang sebenarnya buku tersebut ditulis dari kisah nyata pengalaman dari sang penulis sendiri. Genre komedi sangat cocok dengan karakter Agus Mulyadi atau lebih akrab disapa Agus Magelangan.  Kisah cinta Agus dan sang istri waktu pacaran jadi ide utama dalam buku seni memahami kekasih. Kalau kata si penulis, buku ini emang narsis dan megalomaniak sehingga cocok jadi bahan bacaan awal untuk mendorong sobat mahasiswa agar lebih mudah belajar senang membaca.  Selain karena genre yang dibawakan ringan dan menarik, seni memahami kekasih merupakan buku yang ramah literasi. Jumlah halaman tidak terlalu banyak, dengan narasi tiap halamanya juga terbilang singkat. Tidak membuat mata perih dan perasan jenuh di tengah bab. Dan yang paling krusial dari rekomendasi buku kali ini adalah, harga buku yang terjangkau uang lima puluh ribu bisa dapat kembalian dan satu buku original.  Dalam bukunya, Agus Mulyadi tidak hanya ngobrol dalam bahasa Indonesia yang baik ala jurnalis. Ia menggunakan bahasa Jawa untuk menambah kelucuan dan branding dalam tulisannya. “Aku sok nek rabi janjane pengin nganggo gun koyo ngene, tapi aku samar lengenku ketok lemu…” “Yo wis sok rabine rasah nganggo gaun, nganggo mukena wae,” kutipan tersebut merupakan salah satu bagian menarik yang membuat saya juga ikut tergelitik.  Tak dipungkiri, sisi menarik dari buku seni memahami kekasih ini mampu mendorong produser film untuk melirik dan mengangkatnya ke layar lebar. Seni memahami kekasih mampu mencuri perhatian publik kali pertama dirinya tayang di layar lebar. Seni memahami kekasih berhasil menemukan seni menarik perhatian pecinta film.  Kelebihan: 1. Sudah difilmkan 2. Murah dan original 3. Unik, menarik, dan lucu 4.halaman tidak terlalu banyak 5. Sudah cetakan ke delapan 6. Karya salah satu penulis kawakan Agus Mulyadi Kekurangan: 1. Jumlah halaman terlalu sedikit penulis sangat menikmati kelucuan di setiap halamannya.  Rekomendasi: Untuk manusia problematik dan butuh hiburan akn sangat cocok membaca buku asik dan unik ini. Sangat bagus bagi sobat mahasiswa yang sedang belajar senang membaca. Rating usia untuk 15+ namun sejauh penulis membaca tidak ada hal yang mencolok pada tata bahasa bagi usia di bawah lima belas tahun.

Read More »

Mirat

Oleh: Fadina Amilia Izati Rakaman Aku tidak ingat kapan terakhir kali kehidupan terasa begitu menyesakkan, kurasa tiga atau dua hari yang lalu? Entahlah aku tidak ingat persisnya. Hari ini aku kembali mengurus setumpuk berkas yang melelahkan, mendengar banyak dengungan lebah yang sibuk menjilat di depan atasan, tak heran memang, mengingat sulitnya mendapat penghidupan yang layak jika tidak berlaku demikian. Kali ini aku sudah selesai. Lihatlah seonggok bayangan di sana. Aku benar-benar berantakan, dasi kendur, surai acak-acakan, kantung mata yang berkerak kian menghitam, dan jangan lupakan aroma tubuhku yang berkutat dengan segerombolan orang di minibus. Mengusap wajahku kasar. Aku mulai menyadari banyak hal. “Apa kau baik-baik saja?” suara di hadapanku. Menatap cermin gamam, Aku tidak mengerti harus bereaksi seperti apa? Kupikir benda dengan analog wajah sempurna itu mungkin bisa menjadi rekan membual yang kapabel mengambil tindakan dan sikap. Aku menunduk malu, janggal rasanya melihat ia juga ikut menatap gamang di seberang sana. apa dia juga ikut mengkhawatirkanku? Aku meliriknya, iris kami bertemu, raut wajah sayu, tatapan kosong, gurat penat yang menggantung di bawah mata, jelas menggambarkan betapa buruk kondisinya saat ini. Segelintir pertanyaan mulai bergulir dan menyesaki spasi sempit di dalam otakku, bukankah aku juga harus menanyakan hal yang sama kepadanya? “Aku lelah kau tahu?” jawabku lirih. Menghembuskan nafas pelan, mencegah bulir kepedihan cergas melewati pipiku, aku dapat melihatnya ikut menahan tangis. Aku tidak yakin, tapi dia menangis untukku? Sejujurnya Aku lelah harus terus membual dengannya. Tapi… “Apa yang kau khawatirkan?” Ia menatap lurus, penuh penekanan namun begitu rapuh, seolah sentuhan kapas lembut pun dapat meruntuhkan seluruh pertahanan. Entah peramal atau apa pun itu ia bahkan tahu aku tengah menghawatirkan banyak hal. “Aku menghawatirkan banyak hal, semua orang ingin yang terbaik untuk kehidupannya. Bukan begitu?” jawabku balik bertanya. Ia kembali merengut sedih. “Tidak ada salahnya untuk berbagi keluh kesah, kau punyaku aku.” Aku tersenyum miring, “Iya, lebih tepatnya aku hanya punya kau.” Yang dilempari pernyataan hanya diam, tidak bergeming, mengingat tsunami fakta yang datang tanpa diduga. Tentu saja, apa yang kau harapkan dari diriku yang kesepian ini. Kurasa membual dengan cermin bukan pilihan yang buruk. Aku tidak perlu membebani kehidupan orang lain dengan celotehku yang memekakkan. Aku menunduk pelan, kepalaku berdenyut. Meremas rambutku kuat, aku kembali menatap Ke arahnya, saat itu aku tidak melihatnya coba menghentikanku, di balik kaca ia hanya mampu menatap nanar. “Hidup bukan sebuah perlombaan.” begitu ujarnya ketika melihat diriku hampir sekarat dengan gejolak di kepala. Seraut wajah di hadapanku kembali melanjutkan, “Lantas, mengapa kau harus terus membandingkan dirimu dengan orang lain, kalau seperti ini terus, kau akan kehilangan kehidupanmu yang sesungguhnya.” “Aku hanya… kau tahu? Tidak ingin gagal, aku ketakutan tentang hari esok dan esoknya lagi, terus seperti itu tiap harinya,” jawabku gemetar. Aku menatapnya lekat, mendapati ia tengah berusaha keras menyusun penggal kalimat berikutnya, “Kau tahu mengapa dunia ini mendapat julukan si negeri fana?” Ia tidak memberikan jeda untuk menjawab, menatapku hangat sepenggal bayangan di hadapanku kembali melanjutkan, “Sebab dunia tempat kau berpijak saat ini sering kali menyuguhkan kerlip negeri dongeng yang indah, namun manusia sendiri sering kali melupakan satu hal terpenting, negeri ini hanya lah sebuah permainan yang akan segera berakhir.” “Itulah yang membuat hakikat kehidupan terasa begitu melelahkan, bukankah sebuah pertanyaan jika kau tidak merasa lelah menjalani kehidupan? Jika kau tidak merasa lelah itu artinya kau tidak mempersiapkan segalanya dengan baik dan kau banyak membuang waktu. Saat ini kau sudah berusaha keras. Kau tidak perlu membandingkan dirimu dengan orang lain, kau dan dirimu sudah cukup. Beristirahatlah. Aku menyayangimu.” Aku menarik segaris senyum, menatapnya lembut ketika mendapati ia juga tersenyum kepadaku.

Read More »

Dulu, Kakekku Seorang Pelukis

Oleh : Nafisa Zunilova Ketika berkunjung ke rumah Segara, anak pertamanya, sosok laki-laki tua itu menarik napas dalam-dalam saat ia menemukan cucu semata wayangnya tengah sibuk dengan kanvas dan berbagai peralatan melukis di halaman belakang rumah. Fakta bahwa cucu kesayangannya itu mulai menekuni hal yang sama dengannya, sempat lelaki tua itu menjadi gugup sekejap. Ingatan tentang kejadian yang pernah menimpanya dulu kembali terbayang. Perlahan tapi pasti, ia berjalan maju untuk mendekati cucunya. “Apa yang sedang kau lukis, Timur?” tanyanya. “Ini hanyalah sesuatu yang ada di kepalaku saja, Kakek,” jawab Timur dengan malu-malu. “Pantas saja. Jujur, kalau Kakek boleh kasih komentar pada lukisanmu, lukisanmu sangat tidak memiliki nilai jual. Bahkan tidak memiliki nilai seni itu sendiri. Kau sebaiknya berhenti melukis. Tidak ada artinya!” sebenarnya, si Kakek juga dibuat terkejut oleh perkataan yang baru saja ia ucapkan. Namun, ia berusaha untuk menutupinya. “Apa maksud, Kakek? Memang kita tidak diperbolehkan untuk mengerjakan berdasarkan apa yang kita suka saja?” sontak Timur mulai membereskan peralatan melukisnya dan segera pergi dari taman itu. Segara, ayah Timur, diam-diam telah menyaksikan peristiwa tersebut dari kejauhan. Ketika ia hendak menghampiri, Bapaknya sudah terlebih dahulu mendekatinya. “Apakah semua baik-baik saja, Pak?” tanya Segara memastikan. “Ya, semua baik-baik saja. Tetapi sepertinya Bapak sudah harus kembali pulang. Sudah hampir gelap,” pamit laki-laki tua itu. Setelah mobil menghilang di ujung jalan, Sagara mencari Timur. Ia menemukan anaknya termenung di kamar, memandangi lukisan yang tadi dibuatnya. Dengan hati-hati, Sagara mendekati anaknya. “Timur, apakah semua baik-baik saja? Tadi ayah melihat sepertinya ada perdebatan kecil antara kamu dan Kakek.“ “Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Kakek. Entah bagaimana ceritanya tiba-tiba saja ia mendekatiku, bertanya apa yang sedang kulakukan, lalu berkata buruk tentang lukisanku. Tanpa ingin menghilangkan hormat kepadanya, tetapi ini sangat tidak masuk akal!” Protes Timur dengan wajah yang sangat marah. “Jadi itu masalahnya..”Sagara terdiam sejenak. Ia bimbang apakah harus menceritakan sesuatu yang menyangkut Bapaknya. Namun, pada akhirnya ia memutuskan untuk berbicara. “Kamu tau, Timur? Sebenarnya ada alasan dibalik Kakek mengatakan hal itu. Sebelumnya, apakah kau sudah tahu bahwa Kakekmu juga dulu adalah seorang pelukis hebat pada masanya?” tanya Sagara. “Kakek? Seorang pelukis?” Timur mulai penasaran dengan jawaban Ayahnya. “Ya. Dulu, Bapak—Kakekmu, adalah seorang pelukis juga. Ia sudah menekuni dunia melukis jauh sebelum bertemu Nenekmu. Mungkin sama denganmu, saat ia sedang duduk di bangku sekolah. Bahkan Kakekmu juga konon sesekali sering mengikuti pameran lukisan besar berskala internasional. Tidak jarang, lukisan Kakek juga ditaksir dengan harga yang tinggi.” “Lalu? Apa yang terjadi setelah itu? Mengapa kakek tidak pernah menunjukkan atau sekadar menceritakannya padaku?” “Sesuatu buruk terjadi. Ayah tidak mengerti jelasnya, karena ini juga terjadi sewaktu Ayah kecil, saat itu ayah belum mengerti tentang dunia dan masalah orang-orang dewasa. Tetapi, kata Nenekmu, suatu waktu Kakekmu sudah tidak bisa lagi melukis berdasarkan kemaunya, berdasarkan kepuasan hatinya. Ada beberapa pihak-pihak yang mendistraknya. Untuk itu, Kakek akhirnya memilih untuk meninggalkan dunia melukisnya dan beralih untuk membuka tempat makan ayam itu. Sangat berbalik, bukan?” jelas Sagara panjang. “Lalu apa kaitannya denganku? Apakah kakek tidak ingin melihatku melukis lagi karena kejadian yang menimpanya di masa lalu? Sangat tidak adil,” jawab Timur. “Entahlah. Bisa jadi Kakek tidak ingin kejadian yang sama juga menimpamu.” Tidak lama setelah mereka berbincang, tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Kakek tua itu kembali lagi. “Timur, tolong bukakan pintu itu. Sepertinya ada tamu,” perintah Sagara. Melihat kakeknya, dengan berat hati Timur membuka pintu rumahnya. “Timur, maafkan ucapan Kakek tadi sore. Kakek sangat menyesal telah mengatakan itu kepadamu. Kamu tidak pantas mendapakatkan perkataan itu,” ucap Kakek. “Tidak mengapa, Kek. Timur mencoba untuk memahami kondisi Kakek.” “Apakah Ayahmu memberitahumu?” “Ya, tetapi Ayah tidak mengerti detil dari ceritanya. Dan sebenarnya aku juga masih penasaran apa alasan Kakek melakukan itu semua.” “Baiklah, mari kita habiskan malam ini dengan cerita yang memilukan itu. Tapi, aku ingin menceritakannya sembari melihat kau melukis. Apakah boleh?” “Dengan senang hati, Kakek.” Akhirnya malam itu, dengan cahaya lampu yang kekuningan, Kakek dan Cucunya menghabiskan waktu bersama. Cerita masa lalu Kakek menginspirasi Timur untuk selalu berkarya berdasarkan hati nuraninya.

Read More »

Elok

Oleh: Nanda A’bidatur Rosyidah Malam itu, angin berhembus tiada henti Walau begitu malam itu indah sekali Bintang jatuh pun ikut merayakannya Sama halnya bintang jatuh, dia juga sama indahnya Senyuman seindah tingginya pegunungan Kehangatan yang terbungkus rapi kedinginan Terasa tanpa tersentuh Lumayan untuk sikapmu yang teduh Di wajahmu kulihat langit berbisik Lembut, teduh, membawa damai yang klasik Wahai engkau yang mempesona dunia Ketahuilah, keindahanmu sejati adanya Kau adalah bait yang belum terucap, Tersimpan rapi dalam hati yang senyap, Keindahanmu tak butuh pengakuan, Sebab hadirnya cukup jadi alasan

Read More »

$a particular Bank On line casino Bonus deals In $you Least Money Gambling house

Content The top end a person European Added: Downpayment a person As well as have some Located at Zodiac Gambling establishment Perhaps you Dependable $1 Minimum Deposit On line casino? $a single Pound Transfer Gambling house Extra Alternate options Can i Find a Space or room With the Preferred Signup bonuses? What are the Good and bad Associated with $a person Most miniscule Down payment Online casino? Whether you are performing all night, you should probably take a break to an compeer period of a chance to speculate the best way to respond up coming. After looking at a different online casino justification from the email research correlation, you’re aimed towards the bank clerk space. At that point, it is advisable to choose the right technique presenting non piling up.

Read More »