Canting Perempuan: Eksplorasi Mendalam Kisah dan Kecantikan Batik Tradisional
Menjadi seorang wanita menuntut usaha dan kesabaran yang besar. Tidak hanya dalam kegiatan sehari-hari serta dalam berbagai usaha seni. Seni batik merupakan salah satu seni yang menampilkan keindahan dan kepekaan perempuan dalam berkarya. Setiap tema dan warna yang indah memiliki latar belakang yang menceritakan kisah seorang wanita yang berjuang untuk menciptakannya. Oleh karena itu, canting, alat internal yang umum digunakan oleh perempuan, menjadi diasosiasikan dengan mereka.
Perempuan sangat berperan penting dalam proses membatik karena mereka adalah perajin terampil yang memerlukan kesabaran tingkat tinggi. Dengan mengatur secara hati-hati setiap tetes tinta yang keluar dari canting, mereka menyampaikan keindahan. Seorang perempuan pembatik harus gigih untuk memperbaiki kesalahan atau bahkan memulai kembali. Dengan memperhatikan. Dalam hal ini canting mempunyai makna metaforis yang melambangkan perempuan dalam kehidupannya.
Bentuk seni tradisional Indonesia yang dikenal sebagai batik telah dinobatkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO. Dalam teknik membatik, khususnya Batik Tulis, canting alat kecil dengan gagang panjang dan ujung seperti jarum digunakan untuk membuat sketsa dan mewarnai kain. Lubang kecil pada canting digunakan untuk mengalirkan tinta sebelum diaplikasikan pada kain.
Ibu Fatimah, seorang pembatik asli Pekalongan yang telah mengabdikan dirinya pada seni batik selama lebih dari 30 tahun, adalah salah satu contoh perajin wanita di bidang seni batik. Dia telah menghadapi banyak kesulitan dan hambatan sepanjang hidupnya, yang menguji ketabahan dan ketahanannya. Setiap coretan canting yang dibuatnya merupakan cerminan usaha Bu Fatimah dalam menciptakan batik. Dia dengan susah payah menciptakan pola rumit itu selama beberapa jam, memperhatikan setiap detailnya. Kesempurnaan, menurutnya, hanya bisa dicapai dengan usaha yang tiada henti. Selain berbagi pengalaman, Ibu Fatimah juga mengajarkan generasi muda membatik dan mendorong mereka untuk mewujudkan potensi diri.
Berdasarkan wawancara yang dilakukannya, Ibu Fatimah membahas pandangannya tentang perempuan dan canting. Bu Fatimah memandang canting merupakan representasi perempuan yang kuat dan peka. Dijelaskannya, agar hasil jadi bisa menarik hati orang lain, kesabaran dan ketekunan merupakan kualitas yang dibutuhkan dalam proses membatik. Canting menjadi perpanjangan tangan feminin batin, menghasilkan karya seni yang bersinar secara visual. Selain itu, Ibu Fatimah juga membahas tentang pentingnya warisan budaya dalam seni lukis batik. Melalui karya seninya, ia ingin memberikan perhatian terhadap nilai-nilai kuno dan kearifan lokal yang terdapat pada batik, agar dapat dihargai dan dilindungi untuk generasi mendatang.
Kreasi batik yang luar biasa menjadi bukti tak terbantahkan bahwa perempuan mampu berkontribusi pada seni dan menciptakan keindahan. Mereka menjadi landasan pelestarian budaya dan tradisi karena dapat tergantikan. Tanggung jawab yang diemban perempuan dalam seni dan masyarakat masih relevan di dunia yang terus berubah. Wanita seperti Ibu Fatimah yang merupakan pewaris berharga warisan batik, memastikan keberlangsungan seni ini sambil menambahkan sentuhan estetika yang segar. Mereka mengganti setiap canting yang digoreskan dengan kelembutan, ketekunan, dan kecerdikan yang tak tertandingi.
Di balik kisah dari keindahan karya seni batik yang memukau, terdapat kesabaran dan ketekunan mereka, yaitu para perempuan pengrajin seni batik yang terus hidup dan berkembang. Mari kita menghormati dan mengapresiasi peran perempuan dalam seni ini, sambil terus mendukung mereka dalam menjaga warisan budaya yang tak ternilai harganya***
Reporter: Rismawati
Penulis: Rismawati