Mahasiswa Komunikasi Sulit Cari Kerja?
Oleh: Ika Amiliya Nurhidayah
“Hampir 70% mahasiswa jurusan komunikasi menyesal karena sulit mendapatkan pekerjaan.” Benarkah demikian? Dalam menghadapi era globalisasi, tenaga kerja Indonesia dituntut agar berstandar internasional, memiliki daya saing tinggi, dan mampu menyesuaikan diri dengan determinasi kebutuhan (Ruhimat, 2016). Serta yang paling penting yaitu harus memiliki skill penguasaan teknologi informasi dan komunikasi yang mana saat ini telah bersemi dalam fase digital. Namun realitanya, kasus para pencari kerja yang kesulitan mencari pekerjaan masih saja menjadi perbincangan. Adakah mahasiswa komunikasi di antara kerumunan mereka? Akankah mereka yang berbekal kemampuan digital tetap sulit mendapatkan pekerjaan di Indonesia?
Jurusan komunikasi adalah program studi yang mempelajari informasi dari komunikator kepada komunikan secara efektif melalui berbagai media serta komunikasi dengan berbagai tingkatan mulai dari individu, media, periklanan, komunikasi interkultural, hingga komunikasi media sosial. Setelah mengetahui definisi tersebut, kita akan dengan sangat mudah menangkap betapa fundamentalnya peran komunikasi dalam kehidupan. Mungkin terdengar klise, namun hal tersebut adalah jawaban atas sebagian besar motivasi seseorang memilih jurusan komunikasi hingga membuatnya berlabel sebagai jurusan paling populer. Bagaimana tidak? di dalamnya mahasiswa akan mempelajari mengenai public relation, komunikasi pemasaran, periklanan, performing arts communication, manajemen komunikasi, dan lain sebagainya, yang mana semua fokus studi tersebut sangat relevan dengan perkembangan zaman saat ini. Dengan peluang yang mudah terbaca tersebut membuat program studi ini banyak diminati. Namun perlu diperhatikan bahwa program studi yang populer tidak akan menjamin mahasiwanya memiliki peluang karir yang baik.
Peluang kerja dalam dunia media memang terbuka lebar untuk program studi komunikasi. Namun karena timpangnya jumlah calon tenaga kerja lulusan program studi komunikasi dengan lapangan kerja yang ada, membuat persaingan di dalamnya terjadi semakin ketat. Di tambah satu artikel populer yang mengatakan bahwa pekerjaan yang berada dalam lingkup komunikasi seperti broadcaster, public relation, jurnalis, divisi marketing komunikasi, dan pekerja periklanan adalah pekerjaan semua jurusan (Ibtisam, 2017). Artinya, pekerjaan ini masih mungkin dilakukan oleh mahasiswa selain lulusan komunikasi, ini adalah kekhawatiran kedua bagi mahasiswa komunikasi setelah jumlah lulusan yang membludak.
Mahasiswa komunikasi bisa saja menjadi bagian dari hampir 70% lulusannya yang sulit mendapatkan pekerjaan, jika ia tidak memiliki kesadaran untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Sebaliknya, mahasiswa komunikasi juga sangat mungkin memiliki kesempatan emas dalam dunia kerja jika dirinya mampu meningkatkan kualitas diri. Maka untuk mematahkan anggapan ‘sulit cari kerja’ ini, selain memiliki kesadaran dan peningkatan wawasan, mahasiswa komunikasi juga perlu menekuni beberapa fokus studi komunikasi agar semakin banyak kesempatan kerja yang didapatkan. Misal, ketika seseorang ingin menjadi seorang jurnalis, ia tentu harus menguasai beberapa skill, di antaranya adalah kemampuan berburu berita, berkomunikasi dengan masyarakat, menulis, serta fotografi dan videografi. Dengan beberapa skill tersebut, tidak akan hanya membuatnya stuck kepada satu peluang kerja. Dengan kemampuan menulis ia juga bisa menjadi copywriter, content writer, atau blogger, dengan kemampuan bicara dan komunikasi yang baik ia juga bisa menjadi reporter, penyiar radio, dan MC, dengan kemampuan fotografi ia juga bisa menjadi fotografer, dan dengan kemampuan videografi juga dapat membawanya menjadi seorang videografer. Memang pada kenyataannya sangat banyak peluang kerja bagi mahasiswa komunikasi, tinggal bagaimana ia menjalani peran di dalamnya. Kesempatan emas tidak akan pernah didapatkan oleh mereka yang bermalas-malasan.
Satu Komentar
Lia
betul dan setuju sekali