Feature

Makna Sedekah Bumi dan Pagelaran Wayang Kulit bagi Masyarakat Sokoyoso

PekalonganJurnalphona.com Sedekah bumi merupakan tasyakuran yang dilakukan masyarakat Jawa sebagai bentuk rasa syukur. Ada banyak bentuk tasyakuran atau acara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa dalam sedekah bumi, contohnya Pagelaran Wayang Kulit dan berbagai rangkaian acara yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sokoyoso, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan. Sabtu, (04/06).

Sedekah bumi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sokoyoso sudah berlangsung sejak lama. Acara ini digelar secara tahunan setelah bulan Syawal yang mempunyai makna sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada bumi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Sedekah bumi mempunyai banyak nilai tentang ajaran Islam, salah satunya keimanan dan kesyukuran. Pelaksanaannya sendiri ada pembacaan doa dan tahlil. Keduanya dilakukan sebagai wujud mengingat Allah SWT.

Di sisi lain, pelaksanaan sedekah bumi ini juga diramaikan dengan pagelaran wayang kulit. Menurut Tarjono, selaku Ketua Pelaksana, pagelaran wayang kulit dipilih karena dalam wayang kulit terdapat banyak pelajaran yang dapat diambil, yakni di antaranya seperti yang muda harus menghormati yang tua, semangat menuntut ilmu, dan lainnya. Selain itu, wayang kulit juga merupakan kebudayaan asli Indonesia.

“Wayangan mempunyai pelajaran, yakni yang muda harus menghormati yang tua. Selain itu, wayangan juga merupakan kebudayaan asli Indonesia. Bukan dari Eropa ataupun Arab, tapi asli Indonesia.”

Wayang kulit merupakan media yang digunakan saat penyebaran agama Islam di tanah Jawa oleh Sunan Kalijaga. Dalam pagelaran wayang kulit tersebut memiliki makna mengenai pelajaran keislaman yang dapat dipahami oleh banyak orang. Banyak lakon yang ada dalam wayang kulit, salah satunya yakni Aji Narantaka.

Dalam acara sedekah bumi di Desa Sokoyoso, mengambil lakon Aji Narantaka yang dibawakan oleh Ki Aditya Sabda Anindhita. Aji Narantaka yaitu sebuah kesaktian yang digunakan Gatot Kaca untuk melawan Dursala, yakni pimpinan Kurawa. Kesaktian tersebut dapat diperoleh Gatot Kaca dengan beberapa syarat, di antaranya harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, saling menolong, menjaga alam semesta, dan senantiasa rendah hati. Kisah Aji Narantaka mempunyai nilai patriotisme. Perkelahian yang terjadi antara Gatot Kaca dan Dursala disebabkan oleh pembelaan kebenaran dan juga keadilan.***

Penulis: Rismawati
Reporter : Choerul Bariyah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.