Dema IAIN Pekalongan Adakan Webinar Nasional Digital Literacy dan Hoax Busting
Pekalongan– jurnalphona.com Kegiatan webinar nasional IAIN Pekalongan yang diselenggarakan Dema IAIN Pekalongan dengan tema Digital Literacy dan Hoax Busting yang dihadiri oleh lima narasumber ternama. Sabtu, (21/08).
Dengan diadakannya webinar nasional ini, Dema IAIN Pekalongan bekerja sama dengan Siberkreasi dan Perpustakan Nasional yang dibuka umum. Kegiatan ini diikuti lebih dari 600 peserta yang berpartisipasi dalam webinar tersebut. Acara ini mengusung tema Digital Literacy dan Hoax Busting yang mengundang lima narasumber yang menguasai tema tersebut, antara lain Dedi Junaedi, Anita Wahid, Yosi Mokala, Syarif Bando, dan Gol A Gong.
Tujuan diambilnya tema Digital Literacy dan Hoax Busting memiliki pesan penting untuk peserta webinar yaitu agar mahasiswa Indonesia terutama mahasiswa IAIN Pekalongan selalu mengedepankan gerakan literasi baik literasi khusus maupun umum sehingga menumbuhkan mahasiswa yang cerdas dan tidak buta dalam hal literasi dan mengelola informasi melalui internet. Semakin majunya teknologi internet semakin meningkatnya penyebaran hoax, dengan adanya webinar ini ingin meminimalisir kesadaran mahasiswa dalam menelan mentah adanya informasi yang tidak benar. Webinar ini merupakan tahapan awal sebagai pengetahuan mahasiswa untuk menyadarakan gerakan literasi dalam diri.
Meningkatkan literasi digital dalam diri tentunya membutuhkan kemampuan yang menjadi pondasi yang dinamakan literasi informasi. Tanpa adanya kemampuan untuk menemukan dan mengevaluasi informasi secara kritis akan kesulitan dalam bersosialisasi dan belajar di dunia digital. Sebagai mahasiswa tentunya harus sadar akan aspek literasi informasi yang dapat terbagi melalui kemampuan mengumpulkan sumber bahan bacaan, kemampuan memahami apa yang tersirat dari yang tersurat, kemampuan mengemukakan ide atau gagasan baru, teori baru, dan kreativitas baru serta inovasi baru agar mahasiswa dapat bergerak, dan kemampuan menciptakan barang atau jasa yang bermutu.
Dalam membantu mahasiswa meningkatkan literasi digital dalam diri perpustakan nasional memiliki program yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa, salah satu program unggulan perpustakan nasional adalah Pocadi. Pocadi yaitu tempat membaca yang menyediakan koleksi buku cetak dan buku digital (e-book) yang tentunya memiliki informasi yang akurat sehingga dapat mengurangi adanya penyebaran hoax dalam dunia digital. Agar terhindar dari adanya masalah di dunia digital mahasiswa harus mengenali, mencari, memakai, dan mengevaluasi. “Jadilah pemuda yang tangguh bukan yang tanggung, kuasai informasi, dunia akan kau genggam,” tutur Pustakawan ahli utama Perpustakaan RI Dedi Junaedi.
Kurang sempurna apabila seorang mahasiswa tidak mengasah pengetahuan mengenai hoax busting di era digital ini. Hal tersebut dapat dicegah dengan menerapkan 5W+1H. Kita harus mencari tau siapa yang menyebarkannya dengan mengecek URL, kemudian kita harus mengetahui motif apa yang digunakan dalam penyebaran berita hoax. Tidak hanya itu kita juga harus mengetahui peristiwa apa yang menyebabkan berita tersebut tersebar, kapan peristiwa tersebut terjadi. Tidak ketinggalan yaitu dimana berita tersebut terjadi yang berakhir dengan dikaitkan agama, dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana oknum tersebut menyebarkan biasanya melalui video editing dan kolase foto. Hoax itu sangat berbahaya bagi pengguna yang dekat dengan internet tetapi tidak mengetahui bagaimana cara komunikasi yang baik dalam dunia digital sehingga tidak mudah terpengaruh oleh oknum-oknum provokator digital.
Setiap kegiatan webinar tentunya memiliki harapan besar bagi peserta yang mengikutinya. menurut salah satu panitia mengatakan, “Supaya cakap digital dan tidak buta literasi artinya mahasiswa menjadi produktif dalam hal membaca dan menulis, untuk tidak terjadinya hoax busting agar menciptakan mahasiswa yang berkualitas dapat terhindar dari oknum-oknum. Harapan besarnya dengan adanya webinar ini untuk bisa menekankan materi-materi literacy digital beserta dengan progres kedepannya.” ujar Riril Widi Handoko. (SA/DR)