Seberat 1.830 Kilogram Lopis Raksasa Krapyak Ramaikan Tradisi Syawalan di Kota Pekalongan
Pekalongan–Jurnalphona.com Tradisi lopis raksasa di Krapyak Kidul Gang 8, Pekalongan, Jawa Tengah menjadi sorotan pada perayaan Syawalan tahun ini, karena Walikota Pekalongan dan sejumlah pejabat Forkopimda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah) lainnya menaiki perahu untuk menuju ke tempat pemotongan lopis raksasa tersebut. Sabtu, (29/04).
Lopis Raksasa Krapyak dihadiri oleh Walikota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid, Ketua TP PKK Kota Pekalongan Inggit Soraya, Kapolres Pekalongan Kota AKBP Wahyu Rohadi, Dandim 0710/Pekalongan Letkol Inf Rizky Aditya masing-masing beserta istri, dan sejumlah pejabat Forkopimda lainnya serta sesepuh desa. Lopis raksasa menjadi tradisi yang khas di Kota Pekalongan pada saat perayaan Syawalan, dan menjadi salah satu warisan budaya warga Krapyak.
Tahun ini, lopis raksasa memiliki berat 1.830 kg, tinggi 223 cm, dan berdiagram 250 cm. Pemerintah Kota Pekalongan sudah menyediakan tempat untuk memasak sekaligus sebagai ruang pertemuan, hal ini bertujuan untuk memudahkan proses memasak lopis.
“Dengan dukungan dari Pemerintah Kota Pekalongan saya harap proses memasak lopis lebih baik dan layak,” ujar Walikota Pekalongan.
Dalam sambutannya, Ustadz Asror selaku sesepuh desa Krapyak Gang 8 menuturkan tradisi ini sebagai bentuk persatuan tanpa memandang kasta.
“Tradisi lopis raksasa ini mencerminkan persatuan dan kesatuan dari seluruh warga tanpa memandang kasta, karena sekarang siapa saja bisa menikmati lopis ini. Hal ini disimbolkan dalam wujud lopis raksasa. Oleh karena itu, lopis raksasa harus menjadi hak paten milik Krapyak Kota Pekalongan. Tradisi lopis raksasa ini akan dijadikan warisan budaya oleh pemerintah, sehingga mengurangi risiko pengakuan dari daerah lain,” tutur Asror.
Muhammad Zuhdi Assyauqi selaku Ketua Pelaksana mengungkapkan proses pembuatan lopis raksasa sudah dimulai sejak tiga hari setelah lebaran.
“Proses memasak lopis raksasa diawali dengan pencucian beras ketan sebagai bahan dasar lopis yang dimulai sejak H+3 lebaran. Kemudian bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam dandang berukuran besar dan dikukus hingga setengah matang. Selanjutnya, bahan tersebut ditumbuk hingga menjadi adonan yang tepat, dibentuk bulat dan dimasak dengan cara direbus,” ungkapnya.
Edi, salah satu pengunjung mengaku senang bisa jalan-jalan dari rumahnya ke Krapyak untuk rahatan, ia juga berharap tradisi ini bisa lebih bagus lagi, lebih meriah, serta lebih tertib lagi.***
Penulis: Gareisya Azizulfa Aroha
Reporter: Lia Afiana, Nailis Sa’adah