Netizen Cerdas, Cermat Monitoring Medsos
Berbicara media sosial bukanlah hal yang tabu lagi bagi kita. Kemajuan peradaban zaman, globalisasi dan westernisasi berkembang pesat layaknya kilat. Melesat mengiringi langkah generasi millenial. Ya generasi jaman now. Media sosial hampir keseluruhan dimiliki oleh semua orang. Bahkan saat ini gadjet sudah menjadi candu bagi pemiliknya, yang mana sulit untuk dilepaskan.
Jalur akses yang terhitung sangat mudah, praktis dan tentunya instan menjadikan orang berbondong-bondong memiliki akun medsos sebanyak-banyaknya dengan varian yang berbeda. Dari internet kita bisa mengetahui hal-hal baru yang sebelumnya terdengar asing di telinga kita. Banyak pula kata ataupun istilah baru yang kerap membanjiri laman medsos dan muncul dipermukaan. Diantaranya yaitu nitizen. Acapkali orang yang bermain internet menyebut bahwa dirinya adalah nitizen.
Nitizen berasal dari kombinasi kata “Internet dan Citizen (warga, penduduk). Netizen yaitu pengguna Internet, atau bisa disebut penghuni aktif yang terlibat di komunitas online di Internet. Aktiftas itu bisa bermacam-macam jenisnya, dari yang sekadar ngobrol dan seneng-seneng sampai aktivisme yang menuntut perubahan di dunia maya atau bahkan dunia nyata.
Sebagai warga net yang notabene-nya aktif dalam dunia maya, baiknya harus jeli dan tidak mudah terprovokasi akan isu hoax yang kerap terjadi. Situasi akun media sosial yang tanpa tedeng pembatas, menjadikan orang tahu privasi orang lain secara telanjang.
Michael F. Hauben mengungkapkan idenya tentang para pengguna Internet di tulisannya, “The Net and Netiens: The Impact the Net Has on People’s Lives”. Secara fisik mungkin anda sedang hidup di satu negara, tapi anda sedang berhubungan dengan sebagian besar dunia melalui jaringan komputer global. Secara virtual, anda hidup bersebelahan dengan setiap Netizen di seluruh dunia. Perpisahan secara geografis sekarang diganti dengan keberadaan di dunia virtual yang sama.”
Internet memang membawa kemaslahatan umum untuk dunia. Komunikasi antar negara dengan jarak tempuh berjuta bahkan ribuan kilo pun dapat di jangkau dengan mudah melalui internet. Perkembangan ilmu dan pengetahuan mengepakkan sayapnya, tekhnologi sudah tak tertandingi lagi.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Hal itu menunjukan bahwa penguna medsos sangat mendominasi zona internet.
Akan tetapi, sebagai warga net kita perlu menimbang apa-apa saja yang diberitakan, dinformasikan, dimuat ataupun disebarkan. Mencakup konteks apa saja didalamnya. Karena saat ini penggerak aksi terorisme berbau radikal cenderung memanfaatkan kecanggihan teknologi agar pola pergerakan mereka semakin luas. Mereka dengan leluasa menyebarkan isu-isu provokatif untuk mempropaganda calon jihadis.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mewaspadai pola perkembangan terorisme di dalam negeri yang bergerak cepat. Penegak hukum tak hanya memasang mata dan telinga di masjid dan pesantren, tapi juga harus lebih dalam menyelami dunia digital. Salah satunya situs-situs berbau radikal. Penegak hukum harus sadar betul bahwa perkembangan teknologi memudahkan teroris melebarkan jaringannya.
Maka dari itu pentingnya untuk nitizen dalam memonitoring pergerakan-pergerakan kaum perekrut terorisme yang secara terus menerus mencuci otak lewat akun-akun radikal. Nitizen merupakan organ vital dalam laju dan perkembangan dunia maya. Disinilah kita berperan dalam siskamling media sosial dan menjaga ronda situs-situs yang berbau terorisme maupun radikalisme. Mari galakan gerakan social media monitors untuk implementasi deradikalisme.
Penulis : Hunik Kharamah