Artikel

Kurikulum Indonesia, Penghambat Bakat-Minat Anak



Membosankan dan hambat bakat-minat anak adalah masalah yang harus diselesaikan di dalam perkurikuluman pendidikan di Indonesia. Waktu belajar yang tidak efisien, daripagi hingga sore hari ditambah sistem belajar mengajarnya hanya berkutat dengan teori. Belum lagi malamnya anak harus belajar jika akan menghadapi ulangan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Selain itu, pendidikan di Indonesia dituntut harus menghafal semua aspek dari ilmu eksakta, social humaniora, hingga olahraga.

Jika anak Indonesia ingin mengembangkan bakat-minatnya bisa, namun dapat dikatakan kurang maksimal. Padahal, mengembangkan bakat-minat lebih menjanjikan kedepannya untuk anak tersebut disbanding harus menghapal mata pelajaran yang anak tidak memiliki minat dibidang tersebut.

Ambil contoh, jika anak ingin menjadi seorang atlet, si anak tersebut cukup meningkatkan latihan fisiknya saja disbanding menghapal rumus fisika. Jika anak tersebut ingin menjadi seorang fotografer tak perlu memahami hukum newton, cukup mereka memahami bagaimana mendapatkan angleyang baik. Jika anak tersebut ingin menjadi seorang dokter, tak perlu memahami rumus matematika.

Lalu, bagaimana kalau sudah seperti ini? Lagi-lagi tentang pemerintah yang harus menata ulang sistem pendidikan di negeri kita. Pemerintah harus membuat anak marasa ‘senang’ dalam bersekolah. Pemerintah juga harus mendukung mengembangkan bakat-minat anak dalam kurikulum pendidikannya karena ini lebih menjanjikan dibandingkan anak harus mempelajari semua aspek mulai dari eksakta hingga olahraga.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga bias mencotoh negara yang lebih baik dari pendidikannya, seperti AmerikaSerikat. Seperti yang dilansir di education.embassyofindonesia.org, pada jenjang SMP atau middle school/junior high para siswa negeri adidaya tersebut diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang diinginkannya dan menggunakan system moving class atau system kelas berpindah. Jadi, jika ada siswa Amerika Serikat  yang bercita-cita ingin menjadi dokter, maka sering-seringlah ia masuk kelas Biologi. Kelas Sejarah atau mata pelajaran yang lain dapat diikuti hanya untuk tambahan. Hal yang seperti inilah yang dapat mengembangkan bakat-minat anak, karena sejak SMP sudah difokuskan ke salah satu bidang.

Lain halnya di Finlandia yang tak diragukan lagi system pendidikannya. Finlandia memiliki predikat terbaik dalam system pendidikannya. Seperti yang dilansir di kompas.com, siswa di Finlandia gemar memanfaatkan waktu rehat untuk bermain dan kejar-kejaran bahkan tiap sekolah menyediakan alat bermain. Para siswa juga diminta untuk bergabung di sebuah klub minat dan bersosialisasi di tempat tinggalnya. Ini sangat memungkinkan sebab total jam sekolah rata-rata hanya 18 jam per minggunya.

Penulis : Azizah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.