Mengkritisi Anang Hermansyah Ala Gus Mul
FOTO: www.kineruku.com |
Sudah kurang-lebih (tapi banyak kurangnya) dua tahun ini saya mengenal dan berselancar ria di website mojok.co. Sejak website ini berdiri, saya nggak tahu kapan, tapi nyatanya mojok.co selalu membuat saya paling tidak tersenyum untuk kesekian kali lewat tulisan-tulisannya. Namun, yang sungguh benar saya sayangkan, tahun 2016 kalau nggak salah, mojok.co pensiun sementara, alias ditutup, entah karena hal apa itu terjadi. Kalau saya boleh berpikir negatif, mungkin itu hanya pencitraan saja, maksudnya mojok.co ingin melihat apakah pembacanya benar-benar setia dengan mojok atau malah dengan pasangannya. Eh. Nyatanya, mojok.co kembali eksis di tahun 2017 ini. Tak banyak orang yang mengenal mojok sebagai salah satu media online di Indonesia. Bagi orang Jawa tulen, mungkin mojok bisa diartikan ke hal yang negatif. Menurut kaedah bahasa Jawa yang saya paham, mojok sering diartikan sebagai sikap atau posisi seseorang yang sedang ada di pojok, entah pojok lemari atau pojok kamar mandi, yang jelas dalam kaedah bahasa Jawa yang saya tahu, orang yang sedang di pojokan sering disebut mojok. Tahukah anda kalau orang yang sedang mojok itu berarti dia sedang apa? Oke, silakan resapi sendiri. Hahaha.
Lanjut, ah. Saya sebenarnya ingin meresensi buku yang tidak begitu kebetulan saya jumpai. Dulu, saya juga agak kurang yakin kalau mojok.co bisa nerbitin buku. Bukannya mojok.co hanya website yang berisi kicauan orang-orang yang agak “sinting”? Ups. Maaf pak Puthut, bukan bermaksud menyinggung website yang anda pimpin itu. Hehehe. Baik, saya lanjutkan, kebetulan buku yang saya jumpai tuk dibeli itu dilabeli judul “Surat Terbuka Kepada Pemilih Jokowi Sedunia” ini harganya tak mahal, bahkan jika dibandingkan dengan harga kuota internet, mungkin buku ini jauh lebih murah. Jadi, harapannya kalian sudi tuk mencoba membeli dan membacanya. Pertama kali saya melirik buku ini, yang ada di otak mesum, eh maaf, maksudnya otak saya, buku ini hanyalah berisi tulisan mojok.co yang agak provokatif, dan cenderung ke politik.
Tapi, jangan salah. Ketika saya bawa kerumah ibu saya, dan membacanya disana. Saya mulai enak untuk membaca buku ini sampai habis. Saya tidak akan membahas tulisan yang secara sengaja dijadikan judul buku ini, kebetulan penulisnya bernama Iqbal Aji Daryono, dan ndengan kebetulan kedua, saya sendiri sudah muak dengan bahasan politik. Namun, alangkah indahnya saya bisa menjumpai tulisan dari penulis lugu, Agus Mulyadi, yang sapaan kerennya Gus Mul. Pria muda nan cungkring ini juga menjabat sebagai redaktur di mojok.co itu sendiri. Tulisannya cukup menarik perhatian saya, di buku ini ada beberapa tulisan Gus Mul yang wajib dibaca. Ada satu judul tulisan Gus Mul yang sukses membuat saya menertawakan tulisannya, adalah “Surat Terbuka untuk Mas Anang Hermansyah.” Hampir serupa kan dengan judul bukunya? Bedanya, cuman yang milik Gus Mul ini yang disorot adalah pejabat cum penyanyi. Hahaha.
Ceritanya, Gus Mul resah dengan tingkah konyol seorang Anang Hermansyah yang ingin menyiarkan persalinan istrinya yang entah keberapa itu secara live di salah satu stasiun televisi. Gus Mul membuka tulisannya dengan cukup lihai, bukannya langsung mengolok-olok atau minimal menyampaikan keluhannya atas tingkah konyol Anang. Dia justru mengaku mengagumi sosok mas Anang Hermansyah. Namun, yang menjadi bahan tertawaan saya, Gus Mul mengagumi mas Anang bukan karena suaranya yang serak-serak berat, tapi karena Anang Hermansyah sukses menaklukkan beberapa wanita cantik nan bahenol, serupa Syahrini. Tulisan Gus Mul ini muncul mungkin karena waktu itu kasus Anang Hermansyah yang satu ini memang lagi tren dipergunjingkan.
Gus Mul melanjutkan tulisannya, dia mulai mending serius ketika mengkritik kalau tayangan live persalinan istrinya Anang ini dianggap merampas hak frekuensi publik. Yang seharusnya publik mendapat tayangan yang bermutu, eh ini malah disuguhkan acara live persalinan, kan agak lucu ya. Hehehe. Tak hanya menyalah-benarkan apa yang dilakukan Anang Hermansyah itu, Gus Mul juga mencantumkan alasan mas Anang sampai tega melakukan hal semacam itu. Mas Anang bilang, persalinan itu dibuat live karena ada nilai edukasi di dalamnya, terutama karena istrinya pernah mengalami keguguran dan bertahan hingga melahirkan bayi perempuan setelah dua tahun pernikahan. Lagi-lagi, jawaban Gus Mul membuat saya tak tega menahan tawa, dia bersimpati, namun simpatinya itu sedikit mungkin membuat publik seolah perlu menertawakan mas Anang. Apalagi saat Gus Mul mulai menjelaskan kalau image persalinan itu suci dan sakral, eh diubah oleh mas Anang sebagai prosesi yang hingar-bingar. Jelas itu membuat saya tak sudi menahan tawa. Hahahahaha.
Terjun ke bagian akhir tulisan Gus Mul. Di menuju paragraf akhir, Gus Mul mengutarakan alasannya kenapa dia rela menyisikan waktunya hanya untuk ngomongin orang lewat tulisan. Yang jelas dia risih dengan rencana live-nya persalinan Ashanty, walau sejatinya dia nggak begitu terganggu, karena si Gus Mul ini memang jarang nonton tv. Saat Anang Hermansyah enteng bilang: “Yang terganggu tinggal pindah channelsaja,” sewaktu konferensi pers sesaat setelah proses persalinan. Dan apa jawaban Gus Mul? Beliau malah menulis, tinggal pindah channel ndasmu njebluk, Mas. Betul itu membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Hahaha.
Tak hanya mencaci seperti itu, Gus Mul juga menyayangkan soal hak publik yang dirampas karena siaran persalinan yang sangat tidak bermutu itu. Gus Mul kembali membuat saya tertawa, saat membandingkan hak publik yang dirampas, dengan istri mas Anang yang di colak-colek Gus Mul. Lalu, Gus Mul dengan enteng menjawab :”Nang, kalau sampeyan merasa terganggu karena istri sampeyan saya colek, cari istri lain saja!”. Langsung saya tertawa membacanya. Hahahahaha.
Itulah segelintir tulisan yang saya raungi di buku merah ini. Mungkin masih banyak lagi tulisan dari mojok.co yang enak dibaca. Namun, apakah para dosen, rektor, sampai mahasiswa pencari nilai itu sudi membaca tulisan mojok.co? Saran saya, sebelum kalian membaca tulisan mojok.co, lebih baik kalian hilangkan dulu pemikiran negatif dan positif kalian, hilangkan juga rasa benar sendiri pada diri kalian. Dan yang terakhir, mungkin simpan dulu ke-ilmiahan pikiran kalian! Salam Mojok!
Resensor : Muhammad Arsyad