Dilema Kuliah Offline: Harus Adaptasi Lagi
Oleh: Rizka Amalia
Wabah COVID-19 sampai saat ini masih terus melanda dunia, termasuk di Indonesia. Pandemi ini ada di Indonesia sudah sekitar 3 tahun lamanya. Selama itu pula, segala jenis aktivitas dan kegiatan dibatasi dan dialihkan dengan berbagai cara, salah satunya dilakukan secara online. Suatu kebijakan dan istilah baru pun terus bermunculan, seperti lockdown, Work from Home, luring, daring, New Normal, PPKM, PSBB dan masih banyak lagi.
Dilansir dari Alodokter.com, Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit akibat infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Infeksi virus Corona yang disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Oleh karena itu, pemerintah di Indonesia, menetapkan suatu kebijakan dan membuat suatu perubahan dalam melaksanakan kegiatan.
Dengan adanya suatu perubahan tersebut, awalnya merasa asing, untuk beradaptasi pun merasa sulit karena dihadapkan dengan situasi baru yang belum pernah dialami sebelumnya. Hal-hal yang biasa kita lakukan secara langsung atau tatap muka, berubah menjadi tatap maya. Yang biasanya suka berkumpul sekedar menghabiskan waktu luang bersama teman, hangout, liburan, dan lain sebagainya, terpaksa harus berdiam diri di rumah semenjak ada pandemi ini. Semuanya berubah menjadi serba online. Mulai dari sekolah, kuliah, kerja, belanja, bahkan olahraga juga dilakukan secara online.
Menurut mahasiswa IAIN Pekalongan, kuliah online sangat menyiksa. Tugas menumpuk, materi sulit dipahami, kurang fokus, minat belajar menurun, mengantuk, terlebih rasa malas yang kian bertambah. Belum lagi hambatan-hambatan lain yang sering dialami oleh mahasiswa terutama yang tinggal di daerah sinyal kurang mendukung, teknologi kurang memadai, menyebabkan boros kuota, hingga dilema biaya kuliah yang tetap dibayar meskipun perkuliahan berlangsung secara online. Itulah keluhan sebagian besar mahasiswa ketika kegiatan perkuliahan dialihkan menjadi kuliah online pada awal pandemi.
Namun, seiring berjalannya waktu, hambatan-hambatannya pun sedikit demi sedikit dapat diatasi. Bantuan kuota dan keringanan biaya kuliah diberikan oleh kampus kepada mahasiswa selama kuliah online ini. Di samping beban kuliah yang ada, mahasiswa merasa diringankan bebannya karena bantuan-bantuan tersebut.
Perkuliahan terus berlangsung secara online, dan mahasiswa mulai terbiasa dengan pandemi ini. Meskipun pada awalnya banyak sekali keluhan, namun sekarang banyak yang mulai merasakan sisi positif dari kuliah online. Salah satunya, saat ada jam perkuliahan bisa di sambi dengan kegiatan lain seperti membantu orang tua maupun bekerja. Namun, beredar suatu berita jika warga Indonesia sudah melakukan Vaksinasi, maka kegiatan bisa dilakukan secara tatap muka seperti biasa namun dengan jumlah terbatas.
Mulai 6 Desember 2020 lalu, Indonesia telah menerima vaksin tahap ke-1 dan kemudian mulai gencar melaksanakan vaksinasi pada tahun 2021. Vaksinasi ini dilakukan guna mencegah penyebaran virus COVID-19 di Indonesia. Adanya vaksin ini juga menjadi sebuah harapan bagi seluruh masyarakat Indonesia maupun di dunia agar pandemi ini lekas berakhir.
Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan, total suntikan dosis pertama telah mencapai 177,577,002 suntikan atau 85,26%, sementara dosis kedua 120,985,959 suntikan atau sekitar 58,09% dan dosis ketiga 1,676,424 suntikan atau 0,80%. Vaksinasi pun telah dilaksanakan di seluruh wilayah di Indonesia hingga ke daerah-daerah terpencil.
Banyaknya masyarakat yang telah menerima vaksinasi, menyebabkan semakin besarnya kemungkinan pandemi akan segera berakhir dan keadaan dapat kembali normal. Hingga saat ini pun, sudah cukup banyak sekolah yang telah melakukan pembelajaran dengan tatap muka. Sehingga kemungkinan besar nantinya perkuliahan offline juga akan dapat dilaksanakan.
Mendengar rumor atau isu terkait akan kembali dilaksanakannya perkuliahan tatap muka ini, kembali menjadi sebuah dilema bagi mahasiswa. Berdasarkan riset yang dilakukan melalui wawancara terhadap beberapa mahasiswa, pada dasarnya banyak mahasiswa yang mengharapkan bisa kembali melakukan kuliah offline. Namun, tidak sedikit juga mahasiswa yang merasa berat untuk kembali kuliah offline karena telah nyaman kuliah online. Bagaimana tidak? Kita tidak perlu pergi ke kampus untuk menghadiri perkuliahan, kita tidak perlu takut terlambat atau terkena macet di perjalanan, dan kita bisa kuliah dimana saja. Dengan begitu, kita bisa menghemat biaya transportasi. Kita juga tetap bisa kuliah sambil mengerjakan pekerjaan lain.
Sisi positif lainnya yang dapat dirasakan adalah banyak sekali waktu luang yang bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat. Seperti menghabiskan waktu bersama keluarga yang dapat memperkuat rasa kekeluargaan, mencoba hal baru yang mungkin dulunya belum sempat dicoba, dan banyak juga yang membuka usaha baru serta menghasilkan uang selama pandemi. Hal-hal tersebut sudah berjalan hampir dua tahun dan akhirnya membuat banyak mahasiswa merasa betah kuliah online.
Apabila kuliah offline kembali dilaksanakan, maka mahasiswa harus kembali beradaptasi dengan kebiasaan baru dengan kurun waktu yang lama. Dilema ini sangat dirasakan terutama bagi mahasiswa dari daerah yang sudah terbiasa kuliah di kampung. Karena jika kuliah offline maka mereka harus kembali merantau dan jauh dari orang tua. Selain itu, kebingungan ini juga dirasakan oleh mahasiswa baru yang belum pernah merasakan kuliah offline. Mereka jadi harus lebih banyak beradaptasi karena akan mengalami perubahan yang cukup signifikan di dunia perkuliahan dari online ke offline.
Namun di samping itu, banyak juga hal yang dirindukan oleh mahasiswa saat kuliah offline. Kita bisa menghabiskan waktu bersama teman, mengerjakan tugas bersama, belajar bersama dan tentunya lebih produktif. Kuliah juga lebih seru dan tidak membosankan dibanding saat kuliah online. Bagi mahasiswa keduanya memiliki sisi positif dan negatifnya sendiri sehingga itulah yang membuat mahasiswa merasa dilema antara kuliah online atau offline.