Berita Daerah

Masih Suasana Pandemi, Klenteng Po An Thian Gelar Ibadah Imlek dengan Sederhana dan Taat Prokes

PekalonganJurnalphona.com Belum usai pandemi COVID melanda Indonesia, berbagai aktivitas masyarakat juga turut terkena dampaknya. Pada peringatan tahun baru Imlek 2573 ini, Klenteng Po An Thian kembali menggelar ibadah Imlek dengan sederhana dan taat protokol kesehatan (prokes) sesuai anjuran pemerintah. Selasa, (01/22).

Imlek merupakan hari raya bagi masyakarat Konghucu. Hampir tiga tahun ini perayaan Imlek diliputi keprihatinan dan suasana haru. Layaknya Idul Fitri, Natal dan perayaan hari besar agama lainnya, Imlek turut terkena dampak dari adanya pandemi yang melanda negeri.

Perayaan Imlek yang identik dengan kirab lampion merah yang menyala menghiasi sudut kota dan rumah masyarakat Tionghoa, namun itu tidak terjadi di tahun ini.

Sesuai dengan surat Edaran (SE) Nomor SE 02 Tahun 2022 tanggal 2 Januari 2022, pelaksanaan Hari Raya Tahun Baru Imlek 2573 Kongzili pada prinsipnya dapat dilaksanakan di semua kelenteng/miao/litang/xuetang dengan catatan harus digelar secara terbatas, maksimal 10 persen (sesuai level PPKM daerah), dari kapasitas tempat perayaan. Kemudian umat tidak dianjurkan untuk keluar kota atau mudik.

Prokes secara ketat harus dilakukan dalam setiap penyelenggaraan, baik Persembahyangan Er Shi Sheng An (Hari Persaudaraan), Persembahyangan Chu Xi (Akhir Tahun), Persembahyangan Hari Raya Tahun Baru Imlek 2573 Kongzili, Persembahyangan Jing Tian Gong (kepada Tian/Tuhan), maupun Persembahyangan Shang Yuan/Yuanxiao/Cap Go Meh.

Mengambil dasar dari surat edaran tersebut, Klenteng Po An Thian menggelar kegiatan peribadatan dengan berbagai ketentuan sesuai anjuran. Hal ini diungkapkan oleh Lien Teklie, selaku pengurus Klenteng Po An Thian dalam wawancaranya dengan tim.

“Tahun ini masih sama dengan tahun sebelumnya, Klenteng tetap terbuka bagi para jemaah yang hendak berdoa. Akan tetapi rangkaian tradisi seperti kirab yang biasanya diadakan setiap perayaan Imlek, kali ini terpaksa untuk ditiadakan. Hal ini disebabkan karena tidak mendapatkan izin, sehingga untuk tahun ini masih sama seperti tahun sebelumnya yakni dirayakan dengan sederhana. Tidak ada kirab maupun perayaan lainnya, hanya ada kegiatan ibadah sembahyang saja,” tutur Lien Teklie.

Dalam kondisi pandemi ini, sebenarnya pihak Klenteng tidak membatasi jumlah jemaah yang hadir untuk berdoa. Namun kesadaran membatasi diri muncul dari para jamaahnya sendiri. Hal ini terlihat dari penerapan prokes dan kedatangan yang bergantian sehingga tidak menciptakan kerumunan diantara jemaah.

Pelaksanaan ibadah Imlek berlangsung dari tanggal 31 Januari Malam hingga lima belas hari mendatang. Bagi masyarakat Tionghoa, Imlek adalah titik awal dalam menentukan nasib dan kehidupan baru di tahun yang akan datang.

Perayaan Imlek di tengah pandemi ini banyak mengubah tradisi yang dilakukan oleh umat Konghucu. Namun, yang paling terasa adalah tradisi berkumpul. Meski begitu, ini tidak mengurangi antusiasme masyarakat Tionghoa dalam memperingati tahun baru. Menurut salah satu jemaah, pandemi ini tidak masalah baginya, ibadah tetap terlaksana tanpa hambatan apa-apa. Meski sebagian besar perayaan tidak ada, tidak mengurangi hikmatnya berdoa kepada Yang Maha Kuasa.

Lien Teklie, kembali mengungkapkan harapannya untuk Imlek tahun depan. Meski ia belum pasti mengetahui kapan usainya pandemi, ia berharap para jemaah dapat tetap beribadah dan melaksanakan rangkaian upacara spiritual di Klenteng Po An Thian tanpa dibayangi kecemasan karena pandemi.

Penulis: Satria Putra
Reporter: Satria Putra, Choerul Bariyah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.