SoftNews

Ajak Masyarakat Peduli Anak, Aksa Bumi Langit Hadirkan Film Alang-Alang

Pekalonganjurnalphona.com Rumah Produksi Aksa Bumi Langit mengadakan roadshow di Pekalongan sebagai ajang promosi dan ajak masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap anak. Acara dilaksanakan di Galore Cafe, Kota Pekalongan. Rabu, (17/21).

Rumah Produksi Aksa Bumi Langit meluncurkan film ketiganya yang berjudul ‘Alang-Alang’. Film ini mengangkat kisah seorang anak pencuri ikan. Gagasan film diawali dari penulis sekaligus sutradara Khusnul Khitam, yang membuat dokumenter terkait Alang-Alang, istilah untuk anak-anak pencuri ikan di tempat pelelangan ikan di Kota Pekalongan pada tahun 2005. Dari situ muncul keinginan untuk membuat versi panjang dikarenakan masih terdapat rasa yang belum tersampaikan dalam film dokumenter sebelumnya.

Pada tahun 2010, Khusnul Khitam mulai mengembangkan dokumenter tersebut menjadi sebuah cerita dalam bentuk film fiksi. Hingga ia dipertemukan dengan Chandra Sembiring selaku produser film Alang-Alang dari Rumah Produksi Aksa Bumi Langit. Proses syuting mulai dilakukan pada Maret 2021 dan memakan waktu dua pekan di Kota Pekalongan.

“Beberapa kendala yang kita temui selama proses syuting, paling pengaruh itu cuaca,” tutur Khusnul Khitam selaku sutradara.

Cuaca yang tidak menentu seperti datangnya hujan secara tiba-tiba, hingga naiknya air laut mengingat lokasi syuting yang rawan terjadinya rob. Namun menurutnya, itu semua pertanda bahwa alam menyambut proses syuting yang akan dilakukan dan menambah kesan estetik dalam filmnya.

Ada yang unik saat proses pengambilan shoot berlangsung. Yaitu seluruh crew dan cast Film Alang-Alang mencoba untuk meminimalisasi penggunaan sampah plastik di lokasi. Oleh karena itu, mulai dari alat makan dan peralatan lainnya tidak menggunakan alat sekali pakai. Jadi bisa digunakan kembali dan tidak menimbulkan sampah.

Tokoh utama dari film ini adalah seorang anak bernama Huda, ia merupakan seorang anak yang terpaksa memungut ikan demi bertahan hidup. Diawali dari ia meninggalkan rumah dikarenakan perlakuan kasar ayahnya dan kehilangan sosok ibu.

Dalam film tersebut huda dikisahkan seorang anak yang hidup berjuang dalam keputusasaan. Para aktor banyak menuai pelajaran dari film ini. Mereka turut merasakan bagaimana dampak ketidakharmonisan keluarga terhadap diri seorang anak.

Meskipun film ini diperankan oleh anak-anak, namun sasaran utama dari film ini adalah para orang tua, sebagai bentuk sosialisasi terkait kepedulian yang harus diberikan kepada anak. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis akan cenderung mempengaruhi psikologis anak dimasa mendatang. Selain orang tua remaja dan dewasa juga menjadi sasaran dari film ini, remaja dan dewasa usia produktif yang nantinya akan menjadi orang tua. (CB/SP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.