Bagian Kedua
Karya: Choerul Bariyah
Sepotong sore menegaskan rindu
Mengenang masa lalu, membentuk awan-awan di atas kepalaku
Seluruh patah yang tersemat semenjak hari itu
Adalah luka yang membelenggu
Aku menjumpai tubuhku terkapar diantara kesunyian ruang
Berkobar dijalan pikiran yang arahnya hilang
Macam bendera kabung setengah tiang
Ketika kau membaca perih kata dari sajak yang kucipta
Aku sedang menanggung perihnya rasa
Tidak ada luka yang mudah dilupa
Sakitnya tetap saja sempurna
Ingin sekali kuberkata…
Bu, jangan keras kepala
Tidak semua inginmu, adalah inginku juga
Sejenak mari bicara
Meredam ego, merawat hubungan manis dengan tawa
Namun apa daya..
“Aku menyayangimu” bahkan kata-kata itu tak pernah sampai ditelinganya
Bukan perihal gengsi atau tak ada upaya
Tiada ruang bagiku untuk menjadikannya ada
Aku seperti berjalan diantara mayat-mayat yang didadanya tertanam pohon duka
Sendiri memagari malam-malam buta
Sekarang Bu….
Perihal masa depanku, biar ku usahakan dulu ya