
Sulung yang Hilang
Karya: Choerul Bariyah
Telah lahir, Si Jelita dengan gema paling sendu
Dan malam meminjamkan merdu pada tahun kedua di dua ribu
Lilin-lilin dari dawai kasih, meleleh pada ujung netra ibu
Kabar itu serupa musim yang pecah dan berserak di udara
Menyapu air mata, dahulu kala…
Namun di tahun ke dua puluh dua
Netra Si Jelita telah merah penuh nanah air mata
Dan apa yang terlahir tak mampu satupun menawar matinya
Si jelita terluka…
Dipundaknya, kabut ego meraung minta jadi nyata
Mengiringi ia tumbuh dewasa
Di suatu pagi…
Ia duduk menghadap mentari
Memandangi rasa cemas yang kian hari kian dipecundangi
Orang tuanya bilang, dunia harus jadi miliknya sendiri
Merobek mimpi menuai prestasi
Tiba di titik kelelahan,
Si Jelita kehilangan pundak untuk mendamaikan kesedihan
Ambisi-ambisi itu, terlempar begitu saja seperti jangkar yang melupakan kapal, membuat lubang pusara tepat mengenai jantung, ia mati sendirian
Baginya, hidup hanyalah istilah yang sering ditertawakan

