Feature

Tidak Perlu Mewah, Tidak Perlu Roda 4, Yang Penting Wisuda

Pekalonganjurnalphona.com IAIN Pekalongan kembali adakan wisuda pada Rabu, 1 Desember 2021. Sama seperti tahun sebelumnya, konsep wisuda kali ini masih menggunakan sistem drive-thru, mengingat kondisi terkini dimana pandemi belum juga usai. Meskipun menggunakan konsep drive-thru, senyum bahagia tetap tepancar dari wajah wisudawan dan wisudawati karena telah menyelesaikan studi dan memperoleh gelarnya.

Ada satu hal yang menarik dalam wisuda kali ini. Di saat kebanyakan wisudawan dan wisudawati diantar oleh orangtua dan keluarganya menggunakan kendaraan roda 4, ada seorang wisudawan yang diantar oleh teman-temannya dan menggunakan motor vespa klasik. Ia adalah Muhammad Wilyaksana (24), yang merupakan wisudawan S-1 Pendidikan Agama Islam. Ia menganggap bahwa menggunakan vespa lebih simpel, karena ia tidak mau repot mengantre dan ingin wisudanya lebih berkesan.

“Saya menggunakan motor vespa karena yang pertama yaitu malas untuk mengantre, dan yang kedua supaya lebih berkesan,” ujar pria yang sering disapa Wily.

Wisuda yang biasanya dijadikan sebagai ajang untuk berbahagia bercengkrama dengan keluarga, Wily memilih berangkat menuju tempat sidang senat terbuka diantar oleh teman-teman seperjuangannya dari pondok pesantren di mana ia mengabdi. Wily dan teman-temannya merupakan santri Pondok Pesantren Ishlahut Tholabah, Banyurip.

Didampingi dengan seorang teman yang mengenakan pakaian ala santri, ditambah dengan mengendarai motor vespa tua, wisuda Wily menjadi terlihat sangat nyentrik. Identitas seorang santri melekat pada diri Wily dan teman-temannya, namun karena aturan wisudawan harus berpakaian seragam, Wily tidak bisa mengenakan identitas santri seperti teman-temannya.

Kemewahan terpancar dari wisudawan wisudawati yang turun dari mobil mewah dan tersenyum sumringah, hal itu juga sama dirasakan oleh Wily. Senyum sumringah bahagia juga ia rasakan meskipun tidak mengenakan kendaraan yang sama dengan wisudawan lainnya.

Wisuda menggunakan kendaraan mewah memang tidak salah, namun Wily memilih untuk wisuda dengan kesederhanaannya menggunakan vespa tua bersama seorang teman. Berasal dari keluarga sederhana yang menggemari ilmu, Wily memiliki sisi kesederhanaan dan kesadaran terhadap ilmu cukup tinggi.

Ia mengawali studinya pada tahun 2016 di program studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah. Selain kuliah, ia juga menempuh pendidikan pesantren sekaligus termasuk ke dalam susunan pengurus. Di tengah bejibunnya kesibukannya kuliah dan kepengurusan pondok pesantren , Wily semasa kuliah juga sempat bergabung dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) PAI, Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMA) Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, serta Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Al-Mizan. Tentu tidak mudah membagi waktu untuk berbagai macam kegiatan, hal ini sering kali menjadi hambatan bagi Wily dalam menyelesaikan masing-masing tugas dalam kesibukannya. Namun, menurutnya itu sudah menjadi resiko yang harus dihadapi, dan dijalani sebagai seorang mahasiswa, seorang aktivis organisasi, serta seorang santri.

Seluruh wisudawan wisudawati tentunya meletakkan harapan besar setelah dilakukannya prosesi sakral ini, tentu Wily juga mulai memiliki angan dan harapan. Seperti, ingin beradaptasi dengan hal baru, kolega baru, dan kehidupan yang baru.

Perjalanan panjang menjadi seorang mahasiswa sudah dirasakan oleh Wily, menjadi mahasiswa yang lulus selama 5 tahun lebih 1 bulan tidak membuat Wily menyerah dan memilih untuk mengakhiri perjalanannya di tengah jalan. Wily menyelesaikan studinya dengan usaha terbaik yang ia lakukan.

“Yang penting tetap semangat, lama atau tidak lama yang penting selesai. Kuliah jangan sampai tidak selesai,” pesan Wily terhadap teman-teman atau adik tingkatnya yang sedang berjuang di bangku kuliah. (EM/SP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.