Berita Kampus,  Feature

Refleksi Kemerdekaan Bagi Kalangan Mahasiswa

Pekalonganjurnalphona.com Halakah Intelektual dengan Tema Melacak Ghiroh Kemerdekaan dari Pekalongan diadakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dan dihadiri oleh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Khusus (UKK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan. Minggu, (22/08).

Indonesia dijajah oleh bangsa Eropa selama 350 tahun dan dilanjutkan oleh penjajahan Jepang selama 3 tahun. Waktu yang sangat lama hingga akhirnya Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Kemerdekaan ini tidak diperoleh dengan mudah, melainkan dengan usaha dan perjuangan bangsa Indonesia itu sendiri. Perjuangan dengan gerakan bersenjata maupun gerakan intelektual muncul seiring dengan semakin dekatnya hari kemerdekaan. Diawali dengan perjuangan yang bersifat kedaerahan, hingga yang bersifat nasional.

Dalam suasana memperingati hari kemerdekaan, DEMA IAIN Pekalongan mengadakan Halakah dalam rangka sebagai refleksi kemerdekaan. Dengan mengambil tema Melacak Ghiroh Kemerdekaan dari Pekalongan, diharapkan hadirin mengerti dan memahami esensi dari kemerdekaan itu sendiri. Semangat dan perjuangan para pahlawan harus tetap dilanjutkan meskipun Indonesia sudah merdeka.

Dahulu bangsa Indonesia berjuang merebut kemerdekaan. Dan sekarang bangsa Indonesia harus tetap mempertahankan kemerdekaan. Semangat dan perjuang harus disertai dengan keyakinan. Keyakinan yang dimaksud adalah akan ada pertolongan dan perlindungan dari yang maha kuasa.

Seperti kisah Pangeran Diponegoro bisa lolos dari kejaran pasukan Belanda. Pangeran Diponegoro yang saat itu terdesak di Rawa Pening melantunkan sholawat burdah dengan segala kepasrahan yang total. Lalu Allah menjawab doa sholawat melalui perantara malaikat dan memerintahkan Pangeran Diponegoro untuk menyeberangi rawa pening. Atas izin Allah dan keyakinannya, ia bisa melewati dalamnya rawa itu tanpa terperosok atau tenggelam. Sedangkan pasukan Belanda yang mengejar terperosok dan tenggelam ke dasar danau.

“Perlindungan Allah jauh lebih berlimpah, dari sekedar baju besi berlapis, dan dari benteng yang kokoh dan tinggi,” ujar Mahmud Masykur sebagai sesepuh Kota Pekalongan. (CB/SP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.