Benarkah Seiring Perkembangan Teknologi, Budaya Jawa Semakin Tergerus Keberadaanya?
Karya : Nazira Laela Nasta
Budaya merupakan sebuah tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun. Budaya sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang memiliki arti budi atau akal. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki berbagai banyak suku dan kebudayaan di masing-masing wilayah. Salah satu suku terbesar di Indonesia adalah Suku Jawa. Lantas benarkah semakin berkembangnya teknologi kebudayaan di Pulau Jawa akan semakin tergerus?
Berbicara tentang budaya Jawa, hal yang paling menonjol adalah bahasa, perbedaan bahasa ini kerap kali terjadi di negara Indonesia. Suku Jawa sendiri dikenal dengan penduduk yang memiliki unggah-ungguh dan tata krama, di mana suku Jawa ini memiliki penggunaan bahasa yang terbiasa digunakan pada masyarakatnya dengan bahasa Jawa. Baik bahasa Jawa kromo, bahasa Jawa lugu, maupun bahasa Jawa ngoko. Selain dari bahasanya, masyarakat Jawa juga memiliki cara berpakaian dari tradisi kuno masa kerajaan atau keraton di wilayah Jawa, yaitu berupa pakaian adat kebaya. tidak berhenti sampai di situ saja, berbagai macam kebudayaan seperti seni tari nya juga banyak dimiliki oleh suku Jawa seperti halnya Tari Gandrung, Tari Reog Ponorogo, Tari kuda Lumping, dan masih banyak lagi. Suku Jawa juga memiliki musik yang sangat khas yaitu musik keroncong dengan permainan alat musik tradisional seperti gamelan.
Budaya Jawa memang sangat kaya dan unik, bahkan masyarakat Jawa memiliki kepercayaan dan filosofi yang kuat. Hal yang paling populer di masyarakat Jawa adalah filosofi kehidupan yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga seperti Lir ilir dan Gundul-gundul pacul. Selain itu di masyarakat Jawa mengajarkan tentang perhitungan kalender Jawa atau kalender weton Jawa yang merupakan perhitungan untuk menetapkan tanggal pernikahan ataupun acara-acara besar yang lainnya. Menurut Dita Nadia dikutip dari buku A Girl Handbook of Fortune Telling perhitungan weton dapat ditentukan berdasarkan hari kelahiran kita pada kalender Jawa.
Semakin berkembangnya zaman dengan keberadaan teknologi informasi di dunia saat ini, hal ini berdampak besar terhadap segala aspek khususnya untuk budaya di Indonesia sendiri. Contohnya yaitu terhadap perkembangan budaya di suku Jawa. Hal yang paling terlihat dan sangat mudah ditemui seperti pada cara berpakaian, di mana masyarakat Jawa sekarang sudah jarang mengenakan kebaya. Kebaya hanya dipakai pada sebagian besar masyarakat yang sudah sepuh, sedangkan generasi muda di suku Jawa saat ini lebih sering menggunakan cara berpakaian kebarat-baratan atau bahkan cenderung mengikuti model fashion Korea, yang jelas-jelas itu bukanlah budaya kita.
Tidak hanya dari cara berpakaiannya saja, akan tetapi dari bahasa kesehariannya yang digunakan pun sudah sedikit berbeda. Masyarakat pada umumnya memang masih menggunakan bahasa Jawa, namun pengunaan bahasa gaul pun kerap kali digunakan oleh masyarakat, khususnya para generasi muda. Yang lebih parah adalah zaman sekarang pandangan masyarakat apabila anaknya bersekolah di sebuah jurusan entah itu jurusan bahasa Korea, bahasa Jepang, bahasa Jerman, atau bahasa Perancis justru dianggap lebih keren dibandingkan bersekolah di jurusan bahasa Jawa.
Perkembangan zaman yang sangat menguasai jagat raya, di mana segala hal dapat di akses dengan begitu cepatnya hal ini pun menyebabkan rasa cinta terhadap kebudayaan kita sendiri menjadi berkurang. Contoh yang dapat kita lihat di zaman sekarang adalah generasi muda saat ini lebih menyukai tari modern dibandingkan tari tradisional kita. Sehingga tari tradisional keberadaannya sudah hampir terancam karena kurang adanya pelestarian budaya pada masyarakatnya. Bahkan tidak hanya di peran seni tari nya saja, akan tetapi pada seni musiknya generasi muda saat ini lebih menyukai musik-musik barat dan juga K-pop dibandingkan musik-musik tradisional.
Hal lain yang dapat kita lihat adalah kebudayaan-kebudaayan itu kini nyaris hilang tak terlihat, meski tidak menutup kemungkinan masih ada beberapa wilayah di Jawa yang masih mempertahankan tradisinya seperti halnya di Yogyakarta yang masih sangat kental dengan tradisi kebudayaannya. Akan tetapi tetap saja hal ini menjadi tugas besar bagi kita semua, untuk bisa menjaga dan merawatnya. Budaya yang seharusnya menjadi pilar kebanggaan bangsa kita, kini hanya ibarat pemanis belaka yang sudah hampir tergerus oleh perkembangan zaman.
Semakin populernya perkembangan zaman, semakin populer pula budaya asing di negara Indonesia. Hal ini tentu akan sangat berdampak sekali pada kebudayaan kita kedepannya. Sebagai bangsa yang kaya raya dengan kebudayaannya, generasi muda saat ini harus bangga dengan kebudayaan yang kita punya. Sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan kita agar tetap terjaga. Karena sebaik-baiknya masyarakat berbangsa ialah yang mau mencintai dan mengakui kebudayaan kita sendiri.