Nasib Pedagang di Tengah Pembangunan Wisata Air di Pekalongan Kota
Pekalongan–jurnalphona.com Dalam proses pembangunan wisata air di Kota Pekalongan memiliki dampak tersendiri bagi pedagang. Rabu, (29/6).
Kota Pekalongan memiliki sumber daya alam yang cukup besar di bidang wisata air. Terbukti, dengan adanya kebijakan pemerintah Kota Pekalongan pada tahun 2020 tentang rencana pembangunan wisata air terbesar di Indonesia, yang terletak di empat titik pantai sekitar Kota Pekalongan. Pembangunan ini mempunyai dampak tersendiri di kalangan pedagang sekitar pantai tersebut. Salah satunya pedagang di area wisata Pantai Pasir Putih Kencana, yaitu penggusuran pedagang kaki lima. Penggusuran ini sebagai langkah antisipasi adanya gangguan di tengah pembangunan.
Wisata air terbesar digadang-gadang sebagai salah satu ikon baru yang menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar Kota Pekalongan. Namun, pada tahap pembangunannya, beberapa pelaku usaha di sekitar pantai merasa dirugikan, terlebih dengan adanya pembangunan di sekitar pantai, berdampak pada menurunnya jumlah pengunjung.
Meski sempat ditolak oleh para pedagang kaki lima, dengan terpaksa mereka harus pindah. Tempat usaha yang sudah mereka dirikan sejak 32 tahun silam di dalam area wisata Pantai Pasir Putih Kencana digusur pada tahun 2020.
Seperti yang disampaikan oleh Mulyati (58), “Meskipun kami sempat menolak, tapi ya mau tidak mau kami harus pindah, dan itu memakan biaya tidak sedikit,” salah satu mantan pedagang di area wisata Pantai Pasir Putih Kencana.
Maka dengan berat hati harus meninggalkan dan memilih berjualan di sekitar wisata mangrove, akan tetapi ditempat tersebut sering terjadi banjir rob, akhirnya banyak pedagang yang memilih membuka usaha diatas lahan tanggul di pinggiran Pantai Sari. Dan itupun pada akhirnya terkena gusur, karena lahan tanggul tersebut masih masuk dalam area proyek pembangunan.
Pedagang kak lima yang berjumlah empat kios di lahan tanggul tersebut, akhirnya berjualan di pinggiran jalan Pantai Sari. Hal tersebut baru berjalan selama 2 hari, dan selama itu pula belum ada pengunjung yang datang. Menurut penuturan pedagang di jalan Pantai Sari, hal ini terjadi karena adanya proyek pembangunan di sepanjang jalan tersebut, sehingga pengunjung tidak ada yang berdatangan.
Dalam pemindahan area dagang, Dinas Pariwisata Pekalongan Kota tidak menyediakan tempat relokasi sementara. Sebagai gantinya Dinas Pariwisata Pekalongan Kota menjanjikan kepada pedagang kaki lima akan memberikan tempat usaha di dalam area wisata. “Dinas Pariwisata bilangnya setelah pembangunan selesai akan memprioritaskan pedagang lama, yang nantinya untuk berjualan kembali di dalam area wisata, asalkan memiliki sertifikat izin dagang,” tutur Lusmana (48), salah satu pedagang.
Banyak harapan atas kesuksesan wisata air terbesar tersebut, tidak hanya berasal dari pihak pemerintah saja, namun juga masyarakat terutama para pedagang yang berjualan di area pantai berharap yang terbaik pada proyek tersebut. Dengan adanya wisata air terbesar di Pekalongan, nantinya diharapkan bisa berkembang menjadi lahan usaha kembali setelah pernah redup ketika proses pembangunan berlangsung.
“Harapan kami ya jelas pengunjung kembali ramai, tidak peduli dagangnya dimana, yang penting pengunjung ramai saja,” harap Mulyati. (EM/RN)