KOTA SANTRI RAYAKAN HARI SANTRI
Assalamu’alaikum akhi ukhti..
Masih ingat enggak niih tanggal 22 Oktober kemarin hari apa?
Pemuda pemudi muslim pasti tahu dong..
Yups, Sabtu kemarin adalah hari kebanggaan para santri yaitu Hari Santri Nasional. Harus bangga dong, kita mempunyai hari yang dirayakan oleh seluruh umat muslim di Indonesia. Termasuk Pekalongan niih, yang kemarin Sabtu, 21 – 22 Oktober ikut meramaikan peringatan hari santri. Kebetulan niih kemarin divisi dakwah bekerjasama dengan jurnalistik turut serta meramaikannya. Ingin tahu keseruannya??Yuk intip ceritanya!!
Gb. salah satu peserta pawai dari pondok pesantren di Kab. Pekalongan |
Sebelumnya penulis masih penasaran apa sii definisi santri itu sendiri. Apakah ia yang mondok? Atau ia yang mengaji Al – Qur’an setiap malam? Atau ia yang menuntut ilmu agama Islam di tempat manapun? “Santri ya berbudi pekerti, suka ngaji dan taat pada nyai, walaupun sering nakali”, ujar Muhammad Aqib Hilmi, mahasiswa KPI semester tujuh. Sedangkan menurut Masrurotul Ula (mahasiswa KPI semester tiga), santri itu mereka yang memunyai sifat sopan, santun, ramah, ngabdi kaliyan pak nyai, tidak harus mereka yang mondok cukup memiliki sifat santrisaja. Lalu bagaimana pendapat K.H Muhammad Nur Alif Wasnadi selaku pengasuh pondok pesantren Nurul Huda, Kedungswuni?? Berikut penuturannya, “santri itu orang mengaji ilmu agama karena kata mbah Hasyim, orang yang memperjuangkan agama adalah santri bahkan bisa dimiliki oleh semua elemen masyarakat tidak hanya oleh jamaah pengajian, santri pondok, semua orang yang mengaji ilmu, orang yang sholeh, yang berpendidikan adalah santri tapi secara khusus tetap dalam keagamaan, pendalaman ilmu agama, pondok, dan masjid sebagai sarana tafaqquh fid-diiin”.
Nur Alif juga menyatakan bahwa acara peringatan hari santri tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini diadakan selama dua hari yang mana pada tanggal 21 Oktober atau Jum’at malam diadakan acara 1 Milyar Sholawat Nariyah se-Indonesia dan Pekalongan berhasil melaksanakan 15.000 pembacaan sholawat. Lalu pada tanggal 22 Oktober atau Sabtu siang diadakan pawai kirab hari santri, inilah acara puncak dari peringatan hari santri. Pawai ini diikuti sekitar 12.000 orang dari berbagai latar belakang. Acara dimulai dari pukul 13.00 – 17.00 WIB dan para peserta berjalan kaki dengan rute Lapangan Capgawen – Jalan Raya Pasar Kedungwuni – Jalan Raya Gembong – Podo – Paesan bebekan – finish di kantor NU cabang, Jalan Karangdowo. Meskipun berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh namun antusias dan semangat para peserta pawai tinggi, para peserta berjalan kaki sambil bersholawat ataupun memainkan grup drumband dengan berbagai aksi dan kreasi busana. Masyarakat sekitar pun cukup antusias menyaksikan pawai kirab hari santri ini.
Melihat jumlah peserta dan antusias warga, dari sistem keamanan acara ini dijaga oleh sekitar 700 petugas keamanan yang terdiri dari banser, ansor, IPNU, IPPNU. Serta beberapa anggota kepolisian dari polsek Kedungwuni untuk mengatur lalu lintas. “Sampai acara selesai belum ada laporan kecopetan atau kehilangan mbak, ini berarti acara berjalan dengan sukses dan aman”, ujar Sakroni, Banser rayon Paninggaran.
Adapun pesan dari panitia pelaksana acara ini yaitu sebagai umat Islam terutama santri agar terus mengenang perjuangan para ulama yang ikut serta memperjuangkan NKRI karena Allah SWT, sedangkan evaluasi untuk acara tersebut yakni banyak daerah – daerah yang belum terjangkau agar nantinya dapat turut serta berpartisipasi karenal antusias mereka cukup tinggi. “Ya agar umat muslim itu memunyai rasa memiliki agamanya”, ujar Nur Alif.
Naah itu dia cerita dari penulis, pesan penulis sii sederhana saja. “Bangga dengan sifat santrinya bukan bangga status santrinya.”
Tim Liputan : Naila, Ula, Zahida