Cerpen

Kopi Kenangan Ibu

Oleh: Yuliana Sulistyaningtyas

Di sebuah desa kecil yang asri, hiduplah seorang anak yatim piatu bernama Dimas. Sejak kedua orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan, Dimas harus hidup sendiri di rumah tua peninggalan orang tuanya. Usianya baru menginjak 12 tahun, tapi Ia sudah harus hidup mandiri dan berkerja keras untuk bertahan hidup. Setiap hari Dimas berkeliling desa menawarkan jasa cuci piring , membersihkan rumah, dan pekerjaan kecil lainnya untuk mendapatkan sedikit uang. Meski hidupnya sulit, Dimas tidak pernah mengeluh. Ia selalu mengingat pesan ibunya untuk selalu bersyukur dan harus terus bekerja keras.

Suatu hari ketika Dimas sedang membersihkan gudang rumahnya, Ia menemukan sebuah kotak kayu tua. Dengan hati-hati Dimas membuka kotak itu dan mendapati berbagai peralatan membuat kopi serta buku catatan milik ibunya. Ibunya dulu memang gemar meracik kopi dan sering membuat kopi yang enak untuk keluarganya. Dimas teringat betapa nikmatnya aroma kopi buatan ibunya dan sebuah ide terlintas di benaknya. “Bagaimana jika aku mencoba membuat dan menjual kopi?” pikirnya. Dengan semangat Dimas mempelajari setiap resep dan teknik yang tertulis di buku catatan ibunya.

Keesokan harinya, Dimas mencoba meracik kopi pertamanya dan aroma yang sangat harum memenuhi rumah kecilnya. Dimas membawa beberapa cangkir kopi buatannya ke pasar dan menawarkan kepada para pedagang dan pembeli. Meski awalnya banyak yang ragu, setelah mencicipi kopi buatan Dimas, mereka mulai tertarik.

“Dimas, kopimu enak sekali! Besok buat lagi ya, aku pasti beli,” kata Pak Budi, seorang pedagang sayur. Setiap hari, Dimas semakin mahir meracik kopi. Usahanya mulai dikenal dan banyak orang datang ke rumahnya hanya untuk menikmati secangkir kopi. Dengan penghasilannya, Dimas bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan bahkan menabung untuk masa depan. Suatu saat ada seorang pengusaha kafe dari kota yang kebetulan berkunjung ke desa dan mencicipi kopi buatan Dimas. Ia terkesan dan menawarkan Dimas untuk memasok kopi ke kafenya. Tentu saja, Dimas menerima tawaran itu dengan senang hati usaha kopi Dimas semakin sukses. Ia tidak hanya mampu bertahan hidup, tetapi juga menginspirasi banyak anak di desanya untuk tidak pernah menyerah pada keadaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.