Mahasiswa? Jangan Gagap Komunikasi dan Etika
Dunia perkuliahan merupakan peralihan dari masa sekolah menengah (SMA) ke jenjang yang lebih tinggi. Sebagai seorang mahasiswa, kita diharuskan untuk memanajemen diri sendiri agar tujuan dari pembelajaran lanjutan benar-benar tercapai. Berbeda dengan SMA, di perguruan tinggi kita lebih dituntut untuk mendisiplinkan diri dengan setiap sudut pandang pembelajaran formal. Namun, tidak sepenuhnya berbagai hal yang berkaitan dengan dunia perkuliahan bersifat mengekang. Faktanya, seorang mahasiswa memiliki kebebasan berpikir yang cukup radikal, yaitu kebebasan akademik dan kebebasan lahiriyah berupa bebas berpendapat dan berekspresi.
Beberapa waktu lalu, terdapat sebuah tulisan pada papan tulis putih di ruang kelas lantai tiga gedung Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN K.H Abdurahhman Wahid Pekalongan yang bertuliskan kurang lebih seperti ini:
From: ****21 (nama dan angkatan mahasiswa)
To: Mas-mas TP 21 inisial R.I.B
Mas kamu itu kaya tropicanaslim, manisnya kamu tu kebangetan tapi menyehatkan ea :v
Dan beberapa tulisan lainnya, kurang lebih berjumlah tiga dan terdapat juga balasan dari mahasiswa yang kebetulan mungkin turut membaca tulisan tersebut. Tulisan tersebut mencuri banyak perhatian mahasiswa khususnya mahasiswa yang melaksanakan perkuliahan di ruangan tersebut. Beberapa dari mereka mengunggahnya di media sosial dengan berbagai caption nyentil, ada yang meyakini sebagai seru-seruan saja namun tak sedikit yang sinis dan kurang suka. Hal ini juga menuai banyak pertanyaan di benak saya. Mengapa di tengah arus teknologi yang makin canggih ini masih ada manusia yang berekspresi tidak pada tempatnya.
Perasaan “gumun“
Gumun dikutip dari bahasa jawa yang berarti terheran-heran. Idealnya seorang akademis seperti mahasiswa telah memiliki tingkat kedewasaan yang lebih tinggi, ia akan jauh lebih paham etika dimana ia harus menorehkan pendapat ataupun mengekspresikan gejolak yang ada dalam jiwanya.
Izza Himawati, salah seorang Dosen di UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan turut memberikan tanggapannya terkait hal tersebut. Menurutnya, tindakan yang dilakukan oleh oknum mahasiswa tersebut kurang etis. Terlebih lagi dilakukan dalam lingkup kampus. Dimana kampus sendiri merupakan media akademis. Hal ini juga berkaitan dengan etika sopan santun seorang mahasiswa di lingkup Universitas.
“Menurut saya tidak etis, apalagi kita kan konteksnya di kampus. Kampus kan tempat melakukan media akademis,” ungkapnya.
Hal lain yang membuat bertanya-tanya adalah terkait motif penulisan hal tersebut. Jika ditinjau dari segi bentuk komunikasi, penyampaian informasi melalui media tulis termasuk dalam bentuk komunikasi. Dimana seorang informan menyampaikan pesan melalui sebuah media agar sampai pada si penerima. Namun, yang perlu diperhatikan adalah seperti apapun bentuk komunikasinya harus menjunjung tinggi etika. Alih-alih mengekspresikan diri si penulis malah menunjukan kualitas diri yang menihilkan substansi seorang mahasiswa.
Izza Himawati juga memaparkan beberapa faktor yang mungkin melatar belakangi oknum mahasiswa melakukan tindakan tersebut. Seperti ingin mendapat perhatian, memiliki tujuan tertentu atau hidden letter (pesan terselubung) maupun bentuk keisengan saja. Alasan-alasan tersebut berangkat dari paparan media digital maupun lingkungan yang membentuk karakter seseorang.
Meskipun tulisan tersebut kini telah dihapus, ini dapat menjadi pelajaran bagi para mahasiswa secara keseluruhan. Bahwa terdapat etika yang harus dimiliki dan diterapkan oleh seorang akademisi. Kebebasan berekspresi tidak serta merta menjadikan ia bersikap layaknya tidak memiliki aturan dan norma. Lebih lanjut Izza Himawati menyampaikan pesan-pesannya, gunakanlah platform-platform yang lebih pantas, ruang-ruang berekspresi yang jauh lebih baik serta tunjukan bahwa mahasiswa memiliki kualitas yang lebih tinggi untuk lebih banyak menorehkan prestasi.
Mahasiswa Elegan, Mahasiswa yang taat pada aturan
Penulis: Choerul Bariyah
Reporter: Choerul Bariyah
2 Komentar
Stepan
Semoga pesanya tersampaikan ya
Jurnal Phona
Tersampaikan, juga terbalaskan