Ilustrasi antrean spbu
Opini

BBM Naik? Begini Kata Mahasiswa

Oleh: Zidni Mubarok

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat di Indonesia. Bahan bakar digunakan masyarakat untuk menghidupkan mesin motor mereka. Tidak bisa dipungkiri kendaraan menjadi faktor penting bagi masyarakat, baik untuk bekerja, berbelanja, bersekolah, dan masih banyak hal lainya. Namun baru-baru ini pemerintah secara resmi mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi dan non subsidi pada hari Sabtu (3/9/22) kemarin. Dimana harga BBM jenis Pertalite semula Rp 7.650 per liter kini menjadi Rp 10.000 per liter. Tidak hanya itu, jenis Pertamax juga naik dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. Kemudian Solar subsidi naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.

Hal ini tentu akan menimbulkan banyak pro dan kontra dikalangan masyarakat. Bagaimana tidak? keseharian mereka tidak terlepas dari kendaraan, baik pribadi maupun angkutan umum. Lalu apakah sudah tepat menaikan harga BBM ditengah situasi sulit menurut para Mahasiswa

Menarik kita bahas bukan, tentang langkah pemerintah kita tercinta ini. Apakah mereka sudah memperhitungkan secara jauh tentang dampak yang dirasakan masyarakat tanpa terkecuali oleh Mahasiswa. Sekarang kita akan coba membahas tentang dampak kenaikan harga BBM dari segi Mahasiswa. Imbas dari kenaikan BBM yang paling terasa oleh mahasiswa yaitu semakin bertambahnya pengeluaran mereka. Bagaimana tidak? misal, yang semula pengeluaran uang bensin Rp 20.000 bisa untuk 3-4 hari, sekarang hanya cukup untuk 2 hari saja.

Salah satu Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan. Arby Akbar Ananda, dari jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) semester tiga turut menyampaikan dampak yang dia rasakan. Menurutnya seorang mahasiswa juga membutuhkan uang saku dan harus membagi dengan keperluan membeli bensin. Namun setelah mendengar kabar BBM naik, dia harus memikirkan secara lebih untuk bisa mengatur keuangannya.
“Kita sebagai mahasiswa kan juga butuh yang namanya uang saku, dimana harus dibagi untuk keperluan membeli bensin. Tapi sekarang malah harus berpikir keras supaya cukup uangnya” tuturnya.

Dampak yang sama juga dirasakan oleh Muslihatun Nazilah, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Dia menilai bahwa langkah pemerintah kurang tepat saat menaikan harga BBM ketika situasi masyarakat yang sedang memulihkan ekonomi di pasca pandemi. Selain menilai tentang langkah pemerintah, Nazilah juga mengakatan bahwa kenaikan harga BBM terlalu banyak. Dimana per jenisnya bisa naik sampai dua ribuan, dan dia merasa keberatan dengan kenaikan tersebut. Disisi lain Nazilah juga berharap bahwa Pemerintah bisa segera menurunkan harga BBM seperti semula dan jika kenaikan harga jangan terlalu tinggi.

Terlepas dampak yang dialami oleh para Mahasiswa, Pemerintah seharusnya lebih memikirkan kembali masyarakat kalangan menengah kebawah. Dengan harga BBM yang naik, tentu akan membuat biaya hidup mereka menjadi naik. Karena naiknya harga BBM akan memicu harga-harga kebutuhan pokok dan kebutuhan hidup menjadi naik juga.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.