Kita Yang Berbeda
Karya: Rifa Aprila Durrotul Aisy
Tok tok tok!
Seseorang membuka pintu ruang kelas yang hening, fokus dengan penjelasan dosen.
“Permisi pak, maaf saya telat pak tadi ban mobil saya kempes dijalan.” alibinya. Ngga mungkin dong dia bilang kalo telat karena kesiangan, mau ditaro dimana mukanya nanti.
Vionna melirik sebelah bangkunya setelah dipersilahkan duduk. “Lo, kenapa ga bangunin gue tadi setan?!” bisik Vionna ketus.
“Lo nya aja yang kebo!” jawab Vincent.
Setelah satu jam berlalu akhirnya mata kuliah selesai. Para mahasiswa bergegas keluar ruangan. Entah ada mata kuliah selanjutnya atau rebutan kursi di kantin. Karena jam segini kantin lagi rame-ramenya.
“Kantin yuk gue laper nihh, tadi ngga sarapan.” Ajak Vionna dengan wajah melasnya.
“Salah sendiri ga sarapan.”
“Gue kan tadi kesiangan dodol! lu sii engga bangunin gue dulu.” Balas Vionna ngegas.
Vincent berjalan keluar ruangan. “Lah salah sendiri drakoran sampe subuh bucin kok, sama oppa oppa plastik.”
“HEHH,” teriak Vio sambil menyusul Vincent, “gak semua idol Korea tuh oplas yaa mas brow, bilang aja lo iri karna muka lo ngga secakep mereka.”
“Idih gue iri? helloww gue juga cakep kali, noh banyak cewe yang ngantri sama gue” sombong Vincent.
Vio mencibir “ngaca mang! Lo tuh ngga secakep D.O. jadi ngga usah ngerasa sok cakep deh.”
“Mau secakep apapun D.O. itu, nyatanya lo ngga bisa milikin dia. Dia kenal sama lo nya aja engga.” Ledek Vin, “iyaa iyaaa si…tapikan seenggaknya dengan hadirnya aja udah bikin gue seneng. I’m so lucky!.” Jelas Vio dengan semangat.
“Timbang lu suka sama orang tapi ngga berani confes.”
Vincent menoleh “lu tau yaaa gue sama dia tuh beda!”
Dan yah, perdebatan berlangsung sepanjang jalan menuju kantin.Vincent itu saudara kembar paling nyebelin, cuman beda 7 menit tu anak brojol duluan. Waluapun dia nyebelin, suka ngerusuhin orang yaa ada juga sisi baiknya, beryukur ada sosok abang yang selalu ada. Dan gue sayang dia. Sedikit sih. Agak lebih. Orang ngiranya Vincent spek cowo kalem, cool gitu, padahal mah jauh kari kata kalem yang ada rusuh banget. Stay cool doang depan para cewe.
Vio mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kantin mencari para sahabatnya yaitu Leo, Karina, Yuri, dan Hilmy. Mereka berenam sudah bersahabat sejak dibangku SMA dan memutuskan masuk kuliah di kampus yang sama, Universitas Starlight.
“Vio!” panggil Yuri. Vio yang mendengarnya pun berlari kemeja yang ditempati para sahabatnya. Diikuti Vincent yang berjalan sok cool. “Lama banget deh kalian,”
Vio mencebikan bibirnya “Nohh temen lu ngajak ribut mulu,” ujar Viona mencomot kentang goreng Hilmy. “Punya gue ege!,” protesnya.
Vincent beranjak ke salah satu kedai. Meninggalkan mereka yang asik dengan dunianya masing-masing. Para cewe bergosip tentang update terbaru bias mereka. Si Hilmy yang mesem-mesem liatin ponselnya, udah ketebak nih. Bucin sama cewenya anak sastra. Dan si kalem Leo yang fokus dengan benda pipih miringnya.
Tak lama, Vincent kembali membawa nampan berisi dua porsi ayam katsu, jus alpukat, dan air mineral. Vionna yang melihatnya pun langsung mengambil jus alpukat favoritnya. “Aaaa thanks abang tercintahh.” Vincen menanggapi dengan cibiran.
Mereka lanjut melahap makanan yang mereka pesan. Sambil mengobrol dan bergurau candaan yang Hilmy ciptakan. Memang manusia satu ini hidupnya penuh dengah candaan. Kayak, bahagia terus hidupnya. Tak sadar salah satu dari mereka memperhatikan Viona sendaritadi dan itu disadari Vincent.
“Oiyaa” seru Hilmy, “lo sama si Max gimana Rin.” tanyanya pada Karina.
Yang ditanya malah seyum-senyum gajelas.
“Kayaknya udah taken nih” goda Yuri mencubit pipi Karina.
“Seriusan Rin?” tanya Vio sambil sesekali melirik Vincent yang ada didepannya. “Wah parah, ngga bilang kita-kita lu” sambung Hilmy.
Karina yang menjadi topik pembicaraan pun mengangguk “semalem gue diajak ngedate. Dan lo pada tau dia confes depan banyak orang, dia nyanyi buat gue sambil bawa bunga…itu tuhh sweet bangettt-” cerita berlanjut sampai Vio dan Yuri dibuat melthing. Disisi lain Vincent yang mendengarnya pun terlihat kesal, dan itu tidak luput dari pandangan Vionna.
Malam hari dikediaman sikembar lebih rame dari biasanya, karena kedatangan tamu yang tak diundang. Akhir-kahir ini mereka memang jarang berkumpul bersama. Masing-masing sibuk dengan urusannya.
“Mampus, Hilmy kalah lagiii.”
“Udah woi udah!, muka handsome gue astaga!” seru Hilmy.
Mereka berenam memang sedang bermain ABCD lima dasar, dan yang kalah dicoret pake lipstik. Sialnya, Hilmy dari awal yang paling banyak kalah mainnya. Jadilah mukanya penuh dengan lipstik.
“Sumpah Hil, muka lo mirip badut mampang.” Tawa Yuri melihat wajah frustasi Hilmy. Membuat seisi ruangan tertawa lagi dibuatnya. Leo pun yang notabenya kaku dan cuek ikut tertawa tak habis pikir dengan kelakuan para sahabatnya.
“Kalian nggak laper apahh?” tanya Vio sambil rebahan, “lapeeeeeer,” jawab Yuri dan Karina bersama.
Leo melirik “order aja biar cepet.” Sahutnya.
Vio membuka ponselnya mulai mencari apa yang akan mereka makan malam ini. “Hmmm, makan apaya,” gumamnya, “kalian pada mau makan apaan?” lanjutnya.
“Terserah” jawab mereka kompak.
“Busettt, kompak amat mang,” seru Vio yang kemabali fokus pada ponselnya.
Posisi mereka sekarang diruang tengah rumah. Para cwe rebahan dikarpet bulu dan Hilmy yang ngusel di tengah-tengah mereka. Vin yang berada di dapur mendekati Leo yang sedang memperhatikan seseorang dari sofa. “Lo naksir ade gue?” tanya Vin. Yang ditanyapun hanya diam.
“Gue tau, udah dari lama kan. Kenapa nggak diungkapin aja?” sambungnya.
Leo melirik sambil menghela nafas berat. “Kalaupun confes nggak mungkin jadi juga, Vin.” Jawab Leo diangguki Vin yang paham maksudnya.
“Berat ya…suka sama temen sendiri,” Vin dengan senyum terpaksa.
“Karina.” Singkat Leo.
Vin agak terkejut dia kira hanya Vio yang tau tentang ini, ternyata Leo juga mengetahuinya. Leo memang terkesan kaku dan cuek tapi diantara mereka berenam dia yang paling peka, Vin mengakui itu.
“Gue udah buang jauh-jauh perasaan ini sejak lama. Jadi yaa it’s okay, sama kaya lo temboknya terlalu tinggi.” ucap Vin ditanggapi kekehan dari Leo.
Berhubung besok weekand dan kedua orang tua si kembar di luar kota. Mereka memutuskan untuk menginap. Tidak heran, bukan sekali dua kali mereka bilang akan bermain saja. Namun ujungnya malah menginap. merepotkan.
Ting tong! Ting tong!
Beberapa saat kemudian Vin masuk membawa makanan yang Vio pesan tadi. “Lo order mekdi Vi?” tanya Hilmy mengubah posisinya menjadi duduk, “padahal gue lagi pengin yakiniku.” Lanjutnya yang langsung mendapat jitakan dari Vio. Mereka menyantap makanan sambil berbincang ringan.
Vio yang haus pun pergi kedapur guna mengambil minum untuknya dan yang lain. Leo menghampiri Vionna yang terlihat kesusahan membawa beberapa kaleng. Dan mengambil alih semua kaleng tanpa sepatah katapun. membuat jantung Vio berdesir.
“Nonton yukkk, gue ada recomend drakor bagus nihh,” ajak Karina setelah mereka selesai makan.
“Kalian kalo mau nonton di kamar aja, cowo pada mau ps-an,” sahut Vin.
“Yaudah yuk girls, let’s go!” seru Vionna beranjak kekamar diikuti yang lain.
Drama sudah diputar sekitar satu jam lebih dan mereka masih menikmati drama tersebut sampai salah satu dari mereka berkata “kalian pernah ga si…suka sama temen sendiri?” itu suara Yuri. Yang lainpun langusng menatap si pembicara. Vio perfikir sejenak “gue pernahh, dan mungkin sampe saat ini.” Ungkapnya membuat Yuri dan Karina terkejut.
“Rumit ya kalo suka sama temen sendiri. Kalo diungkapin takut jadi renggang, ga diungkapin juga nyesek,” ujar Yuri lesu.
Vio menghela nafas “gue, lebih rumit dari apa yang kalian bayangin.”
“Bentar dehhh, kalian lagi ngomongin temen yang mana??” sahut Karina bingung, “temen kampus, apa temen yang mana?” sambungnya bingung.
“Yang maen ps dibawah” jawab Vio dan Yuri kompak.
Mereka bertiga saling pandang. Karina makin dibuat bingung olehnya.
“Ayoklah girls, biasanya kalian kalo ada apa-apa cerita tapi kok, sekarang…” ujar Karina merasa tidak tau apapun.
“udah dari lama gue suka sama Leo.” Final Vio mengakui.
“Lo, lo seriusan Vi? Tapi kalian kan…” Yuri menggantungkan pertanyaannya, diangguki Vio “i know, tapi…mau gimana lagi perasaan ini tumbuh gitu aja,” menunduk mulai terisak, “gue ngga tau harus gimana Tuhan gue sama dia beda.”
Tak sadar dibalik pintu kamar ada seseorang yang mendengarkan percakapan mereka.
“Hil kanan woi kanan!”
“Lo yang kanan tai” sahut Hilmy tak mau kalah.
“Depan lo awas heh! Ada musuh!”
Vin menoleh sekilas pada Vionna yang menuruni tangga, “si Leo kemana deh, lama banget ganti baju doang.”
Vio yang mendengarnya pun. “Emang Leo kemana?” tanyanya.
“Kamar Vin kali. Tadi ketumpahan soda bajunya. Au dah kemana tu orang.” Kini Hilmy yang bersuara.
Vio melanjutkan jalan ke dapur mengambil minum, berfikir keras apakah tadi Leo mendengarkan percakapan mereka dikamar atau tidak. Saat kembali menaiki tangga Vio berpapasan dengan Leo yang hendak turun. Mereka bertemu tatap cukup lama yang entah apa artinya itu.
Pukul 1 dini hari, mereka semua sudah teler alias tidur. Kecuali dua orang yang diam-diam memiliki perasaan yang sama. Namun, terhalang tembok yang sangat amat tinggi.
Ting!
Vio yang sedang melamun pun tersadar. Membuka ponsel dan melihat notifikasi yang ternyata pesan dari Leo.
Leleoo
dah tidur?
Belum ngantuk gue Le, kenapa emang?
Turun
Hah?
Gue mau ngobrol
Ohh okayy
Saat Vio turun dia ngga liat Leo dimanapun. Yang ada malah Vin dengan Hilmy tidur dikarpet bulu.
Ga ada, lo dimana Le?
Samping deket kolam
“Gue cariin disini ternyata” Vio duduk di samping Leo. Setelah itu, hening terjadi diantara mereka. Sesekali sambil menikmati sepoi-sepoi angin malam yang berhembus.
“Sorry” ucap Leo memecah keheningan.
Vio mengernyit heran “sorry? Sorry kenapa Le?” tanyanya.
Leo menghela napas panjang “tadi gue denger pembicaraan kalian bertiga.” Vio terkejut memandang Leo.
“Jujur gue nggak tau harus merespon kaya gimana Le” jawab Vio.
“Gue ngga tau kenapa bisa perasaan ini tumbuh” isak Vio lagi yang tadi sudah menangis pada kedua sahabatnya. Leo yang melihatnya pun menghapus air mata yang jatuh dipipi Vio
“Hei, udah jangan nangis Vi.”
“Gue tau kita sahabatan udah dari lama Le, gue ngga mau itu rusak cuman karna perasaan yang seharusnya ngga boleh ada,” ujar Vio masih terisak. “Perasaan ini biar gue yang urus Le. Lo ngga usah kawatir, lo tau gimana persaan gue aja udah cukup ngga usah dibales Le.” Lanjutnya dengan senyum yang dipaksakan.
Leo yang sedari tadi diam pun angkat bicara, “gue juga sebenarnya jatuh hati sama lo dari lama.” Ungkap Leo yang langsung ditatap Vio terkejut. Mereka berdua saling menatap hanyut pada pikiran masing-masing.
“Walaupun kita tau saling jatuh cinta. Tapi Tuhan ngga menakdirkan kita untuk bersama.” Leo menatap Vio dalam,
“kamu boleh mencintainya, tetapi kamu tidak boleh merebut dia dari Tuhannya. Itu yang orang katakan Vi.” Leo sangat ingat dan paham betul maksud dari pesan tersebut.
“Kita adalah dua manusia yang ditakdirkan saling jatuh cinta namun, tidak dengan saling memliki.” Vio dengan air mata yang turun dengan deras.
Mereka sadar bahwa sampai kapanpun mereka tak akan pernah bersatu. Antara lonceng yang berdentang dan adzan yang bekumandang. Diantara tasbih yang ku pegang dengan salib yang kau genggam. Perbedaan ada bukan untuk disamakan. Namun, untuk dihargai. Mereka bersukur, Tuhan telah menghadirkan seseorang yang mencintai dan dicintai dengan tulus. Dan berharap Tuhan juga menghadirkan seseorang sepertinya dalam hidup mereka yang seiman dan seamin.
-TAMAT–