Dua Tahun Ditiadakan, Tradisi Lopis Raksasa Kembali Dilaksanakan
Pekalongan–Jurnalphona.com Masyarakat Krapyak Kidul, Kota Pekalongan bersama Remaja Mushola Darunna’im kembali menyelenggarakan tradisi lopis raksasa setelah dua tahun ditiadakan karena pandemi. Senin, (09/05).
Lopis raksasa merupakan tradisi Kelurahan Krapyak. Tradisi ini dilaksanakan guna memeriahkan event syawalan di Kota Pekalongan. Kali ini tradisi lopis raksasa kembali dilaksanakan di lokasi baru yang telah disediakan khusus oleh Pemerintah Kota Pekalongan. Pada tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan di halaman Mushola Darunna’im, Krapyak Kidul yang lokasinya tidak jauh dari lokasi baru.
Zainul Mustofa, selaku sesepuh sekaligus panitia syawalan turut senang dan bersyukur atas terselenggaranya kembali tradisi Lopis Raksasa. “Alhamdulillah setelah dua tahun berhenti, syawalan dan lopisan ini mulai dilaksanakan,” ucapnya.
Tidak hanya memberikan izin pelaksanaan syawalan dan lopisan, Pemerintah Kota Pekalongan juga menyediakan tempat khusus untuk pembuatan dan gudang lopis raksasa baru. Zainul menjelaskan, ukuran lopis raksasa tahun ini lebih besar dan tinggi. Persiapan pembuatan lopis raksasa sudah dilakukan beberapa hari sebelum proses pembuatan. Dibutuhkan waktu sekitar 3×24 jam untuk mematangkan lopis yang berukuran raksasa itu.
“Kemudian, proses pembuatan lopis raksasa dibagi menjadi beberapa tahap. Dimulai dari mencuci ketan, mengukus ketan menjadi setengah matang, menumbuk, memasukkan ketan setengah matang ke dalam cetakan lopis raksasa, dan diakhiri pematangan lopis,” jelasnya.
Tahun ini berat lopis yang dibuat panitia mencapai 1,8 ton dengan tinggi 222 sentimeter dan bulat 250 sentimeter.
“Alhamdulillah pada hari ini ada tradisi Syawalan berupa Festival Lopis Raksasa di Kelurahan Krapyak yang berjalan lancar. Mudah-mudahan kita semua bisa memelihara tradisi asli dari Kota Pekalongan, salah satunya lopisan ini,” kata Walikota Pekalongan, H. A Afzan Arslan Djunaid yang hadir membuka kegiatan Festival Lopis Raksasa.
Khoirus Sabaq selaku sesepuh mushola Darunna’im, festival lopis raksasa ini sebagai wujud melestarikan tradisi dan budaya turun temurun untuk mempererat tali silahturahmi antar masyarakat Krapyak dan dengan masyarakat daerah sekitarnya. “Tradisi ini identik dengan sifat Lopis yang lengket, yang filosofinya mempererat tali silahturahmi antar warga Kota Pekalongan,” katanya.
Aaf menyebutkan, semangat panitia dan masyarakat yang hadir sangat luar biasa tinggi. “Alhamdulilah tempat untuk memasak lopis raksasa kali ini jauh lebih representatif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ini berkat program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku),” katanya.
Momentum Syawalan itu dimanfaatkan oleh salah seorang warga Pemalang. Novi Wahidin yang rela datang jauh-jauh untuk silaturahmi dan melihat langsung seberapa besar lopis raksasa. Jadi dalam wawancara ia menyampaikan harapannya. “Semoga tradisi syawalan ini lebih sukses dan pengunjungnya lebih banyak lagi,” tuturnya.***
Penulis: Risqi Nurrohmah
Reporter: Kharisma Shafrani