Batasi Media Sosial Satu Langkah Lindungi Kesehatan Mental
Karya: Salma Aulia
Kalian pernah membayangkan tidak, bagaimana jika kehidupan kita saat ini terlepas dari adanya media sosial? Hidup di zaman sekarang, dimana teknologi semakin maju dan sangat dibutuhkan untuk mengimbangi kehidupan sehari-hari. Semakin pesatnya teknologi menunjukan semakin majunya dunia ini sehingga tidak ada tekanan untuk melakukan suatu hal yang ingin kita gapai. Dari pernyataan tersebut kita dapat mengetahui bahwa media sosial atau biasa dikenal dengan nama sosial media merupakan sebuah media untuk bersosialisasi dengan lingkup luas yang mengandalkan jaringan internet sehingga mempermudah pekerjaan manusia terutama dalam berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Mengetahui pentingnya sosial media di zaman sekarang, tidak heran apabila banyak manusia berlomba-lomba untuk mengunduh suatu platform agar mempermudah pekerjaan sehari-hari. Perkembangan teknologi yang pesat sangat terlihat di era sekarang, contohnya dirintisnya aplikasi gojek ditahun 2015 untuk mempermudah akses transportasi manusia, dan masih banyak aplikasi lainnya. Menurut survei dari We are Social pengguna sosial media secara global meningkat setiap tahunnya, dan di tahun 2021 meningkat hingga 4,2 Miliar yang menggunakan sosial media dan terdiri dari berbagai kalangan dan umur. Dari hal tersebut manusia menyadari bahwa sosial media memiliki dampak yang besar dalam kehidupan, dapat dimisalkan seperti seseorang yang berasal dari kalangan kecil dapat menjadi “besar” karena media sosial, juga sebaliknya seseorang yang berasal dari kalangan besar dapat menjadi “kecil” karena media sosial.
Ada dua hal yang harus diketahui oleh pengguna sosial media untuk memperbaiki kehidupan. Bagi pengguna sosial media yang mampu memanfaatkan dengan benar dan baik, memiliki peluang untuk mengembangkan bisnis, media pemasaran, relasi yang luas, dan informasi mengenai pekerjaan. Tetapi seseorang yang dimanfaatkan oleh sosial media akan menjadi pribadi yang kecanduang, tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial, bahkan memiliki gangguan terhadap kesehatan mental. Untuk itu, sebelum menjelajah dunia sosial media ada baiknya apabila kita mengetahui dampak terbesar dari sosial media.
Berbicara mengenai dampak sosial media, tidak memungkinkan kita sebagai pengguna sosial media bisa terjebak dalam pengaruh sosial media terhadap kesehatan mental kita. Kesehatan mental sangat penting untuk diri sendiri karena menjadi dasar terbentuknya personal branding. Apabila kesehatan mental kita terganggu akan berdampak pada lingkungan sosial kita. Hal penting yang perlu diketahui adalah kesehatan fisik sangat mendukung aktivitas kita sehari-hari, apabila kesehatan fisik terganggu atau sakit kita dapat mudah menyembuhkannya, tetapi hal tersebut tidak berlaku terhadap kesehatan mental. Apabila kesehatan mental kita terganggu akan sulit untuk disembuhkan dan berpengaruh pada diri sendiri bahkan orang lain. Sosial media sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental kita, untuk mencegah hal tersebut terjadi ada baiknya sebagai pengguna sosial media mulai memperhatikan ketika bermain sosial media.
Saat ini, sosial media kerap dikaitkan dengan salah satu faktor resiko depresi dan gangguan kecemasan. Pernah tidak kalian merasa tidak puas dengan diri sendiri ketika bermain sosial media, bahkan membandingkan diri kalian dengan orang lain. Hal tersebut akan menimbulkan sikap tidak percaya diri dan stress akibat tidak pernah merasa cukup. Jika kalian sudah merasakan hal tersebut ketika bermain sosial media, dapat diartikan bahwa sosial media membawa dampak buruk dalam diri kita. Kaitan antara depresi dan media sosial tidak hanya seputar tekanan sosial untuk membagikan atau mengikuti berita terkini. Munculnya kondisi kejiwaan yang satu ini juga disebabkan saat melihat teman atau kerabat yang memiliki pekerjaan yang bagus, pasangan yang baik, serta rumah yang indah, kita dapat merasa turut berbahagia. Namun tidak jarang, rasa iri yang dapat memicu depresi, justru muncul. Bahkan perasaan ini memicu keinginan bunuh diri, ketika melihat pencapaian kita tidak sebanding dengan teman-teman kita.
Hubungan depresi dan media sosial, juga berkaitan dengan koneksi yang Anda miliki dengan teman-teman di jejaring tersebut. Koneksi yang terbentuk di media sosial, tidak berlangsung melalui tatap muka secara langsung. Hal tersebut membuat koneksi yang terbentuk menjadi kurang memuaskan secara emosional, sehingga memicu munculnya rasa terisolasi dari kehidupan sosial. Itulah mengapa pentingnya membatasi diri dalam bermain sosial media dan cerdas dalam menggunakan. Keadaan saat ini sangat tidak memungkinkan apabila tidak bermain sosial media karena sosial media merupakan salah satu informasi yang dapat kita ketahui secara global.
Tentunya setiap manusia ingin memiliki keseimbangan antara sosial media dan lingkungan sosial nya. Orang dengan kesehatan mental yang prima dapat beraktivitas secara produktif dan menggunakan potensi yang dimilikinya dengan maksimal. Mereka juga akan mampu berpikir secara positif dan jernih ketika dihadapkan dengan berbagai persoalan. Hal ini akan menuntun dirinya untuk menjadi lebih baik dalam menyikapi masalah. Mental yang sehat juga baik untuk kehidupan sosial. Orang dengan mental yang sehat akan dapat berkomunikasi lebih baik, mudah bergaul, dan memiliki pertemanan yang sehat. Bahkan, mereka juga lebih mampu memberikan kontribusi yang baik pada komunitas atau orang-orang di sekitarnya. Untuk menjaga kesehatan mental dan tetap aktif dalam media sosial tentunya memiliki usaha atau solusi agar tetap terjaganya kesehatan mental kita dan tidak mudah terpengaruh dampak negatif ketika bermain media sosial.
Dalam masalah ini, banyak terjadi kasus didalam masyarakat dunia akibat adanya dampak buruk dari sosial media. Salah satu penelitian studi Jordyn Young dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat, mengemukakan bahwa seseorang yang lebih jarang menggunakan media sosial umumnya cenderung tidak depresi dan tidak kesepian. Ia juga menambahkan, mengurangi penggunaan media sosial dapat menyebabkan terjadinya perbaikan, utamanya dalam hal kualitas kesejahteraan hidup seseorang.
Studi tersebut melibatkan 143 mahasiswa dari Universitas Pennsylvania yang dibagi secara acak menjadi dua kelompok: kelompok yang diperbolehkan melanjutkan penggunaan media sosial seperti biasa dan kelompok yang diberikan batasan signifikan terhadap penggunaan media sosialnya.
Selama tiga minggu, kelompok yang dibatasi tersebut hanya boleh mengakses media sosial paling lama 30 menit setiap harinya. Waktu tersebut dibatasi, yaitu 10 menit untuk masing-masing tiga platform yang berbeda, yakni Facebook, Instagram, dan Snapchat.
Untuk memastikan kondisi eksperimental tetap berjalan, para peneliti melihat data penggunaan aplikasi di ponsel para peserta, yang mendokumentasikan berapa lama waktu yang digunakan untuk membuka masing-masing aplikasi setiap harinya. Pada akhir studi, didapat hasil bahwa pada kelompok yang dibatasi penggunaan media sosialnya, tampak terdapat penurunan gejala depresi serta kesepian setelah membatasi penggunaan media sosial.
Para pakar berhipotesis, ini merupakan akibat suatu konten yang biasanya telah dipilih secara saksama, dalam arti hanya menampilkan apa yang ingin orang tersebut perlihatkan. Misalnya mengunggah makan di restoran mewah, dokumentasi kebahagiaan liburan keluarga, liburan romantis dengan pasangan, pesta dengan teman-teman, atau konten lain yang umumnya ingin memperlihatkan keriaan atau energi positif lainnya.
Nah, orang-orang yang melihat konten tersebut akan membandingkan hidupnya dengan konten yang ia lihat, yang mana konten tersebut terkesan jauh lebih menarik. Adanya perbandingan inilah yang diduga memicu seseorang mengalami depresi.
Karena sudah ada hasil studi yang mengemukakan bahwa aktivitas media sosial yang berlebihan dapat mengakibatkan rasa kesepian dan depresi, karenanya anda diharapkan bersikap bijak dalam hal penggunaannya. Misalnya saat bersama dengan teman-teman atau keluarga, baiknya jangan sibuk memandangi smartphone. Ingat, kebersamaan di dunia nyata jauh lebih membahagiakan ketimbang sibuk melihat berbagai konten unggahan di media sosial.
Hal yang dapat kita lakukan untuk tetap menjaga kesehatan mental ditengah pesatnya kemajuan teknologi antara lain :
- Hargai diri sendiri, misalnya dengan tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
- Usahakan untuk selalu melihat sisi positif dari suatu masalah.
- Perlakukan dirimu seperti kamu memperlakukan orang lain yang kamu sayangi.
- Temukan cara terbaik mengelola stres untuk diri sendiri, misalnya menulis buku harian, berjalan-jalan, dan berbincang atau deep talk.
- Syukuri segala yang hal dimiliki agar dapat menerima dan mencintai diri sendiri.
- Terapkan pola hidup yang sehat, seperti konsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, dan istirahat yang cukup.
- Kembangkan potensi yang kamu miliki atau coba hal-hal baru yang belum pernah dilakukan.
- Pelihara hubungan yang baik dengan orang lain.
- Lakukan hal-hal yang membuatmu bahagia.
- Berhenti bersikap terlalu perfeksionis
Itulah beberapa hal yang perlu kita tanamkan pada diri kita, agar menciptakan kesehatan mental yang prima dan bersosialisasi dengan baik. Utamakan kesehatan diri terlebih dahulu daripada permasalahan sosial media yang dapat berdampak besar pada kehidupan kita.
Satu Komentar
lolita
waahhh, benar sekali. selain istirahat badan, kita juga harus istirahat dari media sosial. terima kasih jurnalphona untuk informasinya