Efektifkah Penerapan Pembelajaran daring di era pandemi?
Karya : Nazira Laela Nasta
Pembelajaran daring dimasa pandemi hingga saat ini belum berakhir, hampir 1 tahun lebih pembelajaran daring telah dilaksanakan di Indonesia. Masa pandemi seperti ini mengharuskan segala hal dilakukan secara online agar meminimalisir penyebaran covid-19. Lantas sebenarnya apakah pembelajaran daring efektif dilaksanakan?.
Perkembangan jaman dengan segala teknologi yang semakin canggih pada saat ini, menjadi peran pendukung dalam keberlangsungan pembelajaran daring, akan tetapi apakah pembelajaran daring sendiri di Indonesia sudah berjalan dengan baik? pada kenyataannya pembelajaran daring di Indonesia belum terlaksana secara memuaskan, apabila diamati secara langsung pembelajaran daring sendiri pada dasarnya memang lebih praktis. Karena kita tidak perlu menggunakan bangku, kursi, atau papan tulis sebagai media belajar. Namun, jika ditilik secara langsung dari segi kualitasnya, bentuk pembelajaran yang tidak bisa dipantau secara langsung ini justru membuat segala tatanan semakin terombang-ambing, bukan hanya dari segi pembelajarannya saja namun juga memengaruhi menurunya kualitas belajar para siswa bahkan mahasiswa. Selain itu pembelajaran daring ini juga bisa saja dimanipulasi dengan kecanggihan sistem teknologi, seperti halnya yang paling mudah terlihat adalah sebagian dari siswa atau mahasiswa hanyalah presensi semata, selebihnya mereka justru tidak mengikuti pembelajaran secara serius. Dari beberapa observasi yang saya amati sebagian dari teman-teman mahasiswa justru hanya sekedar log in atau bergabung ke meet atau zoom saja dan setelahnya justru mereka tinggal tidur atau mengerjakan hal lainnya, bukan hanya itu saja sebagian dari teman-teman mahasiswa juga menyampaikan bahwa mereka sama sekali tidak paham dengan apa yang di sampaikan secara online tersebut.
Pada dasarnya pembelajaran daring memang belum berjalan secara sempurna, ditambah lagi banyak dari pelajar dan juga mahasiswa yang merasa kesulitan mengikuti pembelajaran daring, hal ini dikarenakan adanya gangguan jaringan sinyal yang lemah, sehingga mereka harus mencari tempat yang sinyalnya lebih baik. Bukan hanya dari segi sinyal saja, sebagian dari siswa dan mahasiswa juga mengaku banyak yang belum mendapatkan kuota secara penuh dari pemerintah maupun pihak lembaga sekolah atau kampus. Sehingga hal ini menyebabkan mereka harus membeli kuota terus menerus, sedangkan isi dompet sudah kering keronta seakan rasanya saja ingin menjerit dan menangis. Embel-embel pembelajaran daring yang katanya akan didistribusikan kuota secara penuh kepada pelajar dan mahasiswa pada kenyataannya belum didapatkan secara penuh oleh beberapa pelajar dan mahasiswa yang mengaku kecewa akan hal itu. Seakan pembelajaran daring ini terkesan lucu bagi mahasiswa, dimana kita sudah membayar mahal namun pendistribusian kuota masih plin-plan.
Apabila kita amati lebih jauh, pembelajaran daring ini memang sangat tidak efektif untuk dilaksanakan. Kita dapat melihat beberapa contoh seperti halnya dari siswa SD yang terpaksa juga harus mengikuti pembelajaran daring yang tentunya hal ini sangat mengganggu proses perkembangan belajar mereka. Pada akhirnya yang mengerjakan tugas dan belajar justru bukan siswa tersebut, akan tetapi yang belajar ulang justru ibu dari siswa tersebut. Lebih parahnya adalah pembelajaran daring ini justru banyak membuat pelajar atau bahkan mahasiswa menjadi malas untuk belajar, karena pembelajaran tidak tatap muka tentunya hal ini memiliki banyak sekali kendala didalam proses belajar mengajar tersebut. Ujian yang seharusnya dilaksanakan secara langsung pun dialihkan secara online, hal ini membuat banyak kecurangan yang terjadi, pelajar atau mahasiswa yang seharusnya diajarkan untuk jujur dalam mengerjakan tugas, namun karena tidak dilihat secara langsung, sebagian dari mereka banyak yang hanya sekedar mengandalkan kemampuan “mbah google” atau browsing internet, lucunya lagi terkadang soal dan jawaban justru sudah bocor ke pelajar dan mahasiswa terlebih dahulu sebelum ujian dilaksanakan.
Selain dari beberapa hal di atas pembelajaran daring juga dapat menghambat psikis kesehatan seseorang. Dari beberapa hasil observasi yang saya amati dari aktivitas teman-teman yang mengikuti pembelajaran daring justru mengaku banyak yang stres. Hal ini dikarenakan mereka merasa bosan dan jenuh apabila setiap hari selalu memandangi dan menyimak layar handphone. Mereka mengaku pusing, capek, mata sakit , dan butuh hiburan, dimana yang seharusnya para pelajar atau mahasiswa bisa bertemu dan berinteraksi dengan teman secara langsung. Akan tetapi karena dilaksanakan secara online tentunya hal ini juga mengurangi interaksi mereka dengan teman-teman yang lainnya, sehingga proses diskusi yang baik pun tidak bisa berjalan secara baik.