Cerbung

Part III


Lantunan ayat-ayat suci Al-quran menjadi backsound dari kesibukanku mengangkut barang kedalam mobil bude Bendi. Aku dapat mendengar dari segala penjuru arah lantunan yang menyejukan hati itu. Suara riang anak-anak yang sedang mengikuti kuliah subuh dimushola dekat dengan rumah Akung ini begitu terdengar mengemaskan karena percakapan mereka terdengar jelas di toa mushola itu. Senyumku mengembang sangat lebar tanpa aku sadari sambil mengangkut barang.
“Kenapa kamu senyam-senyum sendiri Zi?”. Tanya bude Bendi sambil menatapku heran.
“Suara anak-anak dimushola itu lucu bude, alur percakapannya gak jelas gemes dengernya”. Jelasku sambil tertawa ringan.
“Oh … itu udah biasa Zi, disini sehabis sholat subuh berjamaah pasti ada kuliah subuh yang diikuti anak-anak. Kalo udah selesai angkutinnya kamu langsung masuk mobil aja bude mau nyiapin sarapan buat Yayahmu dulu sebentar”. Jelas bude Bendi.
Tidak lama setelah bude Bendi masuk kedalam rumah, aku mengikuti arahannya masuk kedalam mobil. Sambil menunggu, aku memotret pemandangan untuk aku bagi ke media sosialku. Aku memotret dari segala sudut pemandangan yang terlihat dari dalam mobil. Setelah puas aku pun mengecek kembali hasil jepretanku. 15 foto baru memenuhi galeri handphoneku kini. Aku memiliki kebiasan mengezoom foto saat mengeceknya. Satu persatu foto aku zoom dan aku pastikan gambarnya tidak pecah. Pada foto ke 13 aku merasakan ada sesuatu yang mengganjal, terlihat Pak Jo membawa tumpukan kunci yang dijadikan disatu rantai. Tidak percaya dengan hasil jepretanku. Aku secara otomatis menoleh dan membuktikan apa yang terjadi secara langsung. Terlihat gelagat Pak Jo yang begitu mencurigakan dari arah pintu samping rumah Akung. Ia menoleh kanan dan kiri seperti memastikan sesuatu. Kemudian ia kembali menuju kedalam rumah melalui pintu samping tersebut. Beberapa menit kemudian ia keluar dengan menggendong sesesorang yang tubuhnya ditutupi dengan kain batik hitam yang hampir menutupi separuh badannya.
            Aku sangat terkejut hingga aku tak sadar bahwa aku berlari menuju pintu samping. Belum sampai pada tujuanku mengahampiri Pak Jo, bude Bendi memanggilku dari dalam mobil. Entah mengapa pandangku terbagi, fikiranku tidak fokus. Karena aku begitu panik dan penasaran. Aku berlari menuju bude Bendi sambil berteriak memanggil namanya. Berniat untuk meminta penjelasan bude Bendi yang malah memarahiku.
            “ Zifar, kok kamu gak masuk kemobil bude cariin kirain ilang kemana”. Marahnya
“Bude…Bude…Bude tadi Bude lihat gak, lihat dipintu samping, Pak Jo…Pak Jo gendong sesorang bude. Tolongin orang itu bude”. Jelasku yang terbata-bata karena panik.
“Kamu ini ngomong apa sih, Pak Jo itu udah pulang sekitar jam 4 tadi. Bude sendiri yang nganterin kerumahnya. Mana mungkin dia kesini lagi, rumahnya lumayan jauh dari sini Zi. Ungkapanya yang namPak tidak percaya.
“Beneran bude, Zifar gak boong. Tadi Pak Jo bawa kayak sekumpulan kunci serantai. Kalo bude gak percaya Zifar sempat memfoto Pak Jo”. Mencoba menyakinkan bude dengan memperlihatkan foto ke 13 yang ku ambil.
Bude hanya terdiam melihat foto itu, mencerna apa yang ia lihat. Raut wajah terlihat bingung dan sidikit terkejut. Beberapa detik setelah melihat foto itu bude Bendi menatapku kosong namPak bingung dan tidak percaya. Tangannya yang sedikit gempal itu memberi arahan untuk aku masuk kedalam mobil.
“Cepat Zifar…bude harus memastikannya”. Pandanganya fokus mengutik prosedur berkendara sambil melihat kebelakang.
***
“Assalamualaikum, Pak Jo”. Bude Bendi memanggil sambil mengetuk pintu rumah Pak Jo.
“Walaikumsalam…”. Pak Jo menjawab yang terdengar dari dalam.
“Astagfirullah, Pak Jo. Kok Pak Jo ada dirumah?”. Terkejut sambil memandang Pak Jo begitu lekat.
“Memangnya kenapa bu Bendi?. Dari tadi saya dirumah, baru mau tidur. Tanyanya heran
“ Apakah tadi Pak Jo pergi ke rumah?”. Kembali bude Bendi menyodorkan pertanyanya untuk memastikan.
“Tidak bu Bendi, saya dirumah sejak bu Bendi mengantarkan saya pulang tadi subuh”. Menjawabnya dengan penuh kenyakinan.
Aku hanya bisa terdiam dan berfikir sangat keras. Apakah Pak Jo yang aku lihat dirumah itu nyata atau hanya khayalan. Bude Bendi pun terlihat sangat syok dan sedikit bingung. Terlihat sedang berfikir. Beberapa kali Bude Bendi seperti memberikan kode kedapa melalui gerakan tangannya. Kode untuk memperhatikan Pak Jo jika sesuatu ada yang aneh dengannya. Sejenak aku berfikir bagaimana bisa Pak Jo sudah ada didepanku sekrang, jika jarak yang harus ditempuh memakan 45 menit dengan begitu cepat. Sulitku cerna situasi ini. saat ini yang bisa aku lakukan hanya memperhatikan sesuatu yang janggal darinya. Kaos putih, celana hitam, sandal jepit, dan topi partai. Tanpa sadar aku mengabsen semua yang ada ditubuhnya. Sampai aku benar-benra memperhatikan raut wajauhnya. Raut wajahnya benar-benar memperlihatkan tubuh yng lelah sehabis begadang dengan ditandai kantung matanya menghitam. Aku benar-benar dalam situasi yang sulit dicerna menggunakan logika. Begitu banyak kenjanggalan dan banyaknya bukti yang dimiliki Pak Jo menjadikan kami sulit untuk memberikan tuduhan.
“ Memangnya kenapa dengan saya Bu Bendi?. Saya merasa bingung, apakah Bu Bendi ada kesulitan mungkin bisa saya bantu”. Pak Jo bertanya dengan bertubi-tubi dengan raut wajah yang kebingungan.
“Tidak Pak Jo, mungkin saya yang kurang sehat hari ini. saya hanya ingin memastikan sesuatu Pak dan itu sudah terjawab”. Jawab Bude Bendi dengan sedikit lemas sambil mengelus kepala sedikit melotot memandangku.
“Oh astagfirullah kenapa kita malah ngobrol di depan, mari bu masuk dulu”. Sambil mebuka pintu selebar-lebarnya.
“Tidak usah Pak Jo, kami sebenarnya buru-buru. Jadi kami permisi dulu, kami sudah memastikan tentang khawatiran. Kalo begitu kami permisi Pak Jo”. Jelas bude Bendi dengansenyum yang ramah
“Oh baik bu Bendi, hati-hati dijalan”.menjawab sambil tersenyum ramah dan bergerak mengantar kami ke mobil.
Pandanganku tidak bisa terlepas dari Pak Jo yang sedari tadi masih melihat mobil kami melaju cukup jauh sampai bayangan Pak Jo hilang seiring dengan tikungan jalan yang menjauh. Beberapa saat kami hening tanpa suara, sibuk dengan pikiran masing-masing. Sekilas aku memandang Bude Bendi seperti sedang berfikir. Untuk memecah suasana yang membingungkan ini aku pun mulai bebicara
“Bude, kok bisanya. Jelas sekali tadi aku melihat Pak Jo di rumah dengan membawa kunci serantai. Banyak bangat yang janggal dan foto itu menurutku cukup jelas menjawabnya”. Menjelaskan isi kepalaku
“Hmm…coba kamu lihat lagi foto tadi. Mungkin kamu mendapat jawabannya. bude benar-benar tidak bisa melogika situasi ini”. sambil fokus berkendara.
“Bude waktu, bude nganterin Pak Jo pulang beliau Pakek baju apa?”. Tanyaku penasaran
“Ya yang kayak kamu lihat tadi Zi. Makanya bude sedikit terkejut melihat Pak Jo secara langsung dan merasa kita salah. mungkin saja foto itu orang lain yang sekilas mirip dengan Pak Jo, Jelasnya berpikir logis.
“Hmm…bener juga bude difoto ini Pak Jo Pakek baju warna hitam, celana pendek, dan topi partai. Iya TOPI PARTAI. Jelasku mengagetkan
“Kenapa dengan topi partai?. Memang topi partai itu ciri khasnya Zi. Beliau selalu mengenakan topi itu”. Kata bude Bendi
“Nah, didalam foto ini, beliau juga mengunakan topi partai bude. Kenapa ini sangat membingungkan…tidak ada celah untuk membantah Pak Jo dirumahnya tadi”. Menjelaskan analisisku
“Sudah lupakan saja Zi. Bude malah merasa kamu yang ngerjain bude. Apa jangan-jangan kamu cuma cari alasan biar gak ikut bude ke sekolah jalanan?”. Kata bude curiga
“Lah Zifar aja gak tahu kalo bude mau ngajak ke sekolah jalanan. Zifar yakin bude, tadi itu bukan khayalan. Taapiiiiii tungguuu duluuuu bude. Kayak nya ada ynag aneh dengan Pak Jo tadi.” Sedikit menganalisi
“Kenapa emangnya Zi?”. Tanya bude penasaran
“Luka dilengan Pak Jo bude. Zifar ingat, Pak Jo memiliki luka dilengan sebelah kirinya yang menonjol. Seperti luka terkena benda tajam bude. Tadi Zifar mengamati Pak Jo sewaktu dirumahnya. Lengan sebelah kirinya bersih tidak ada luka bude”. Menjelaskan dengan sedikit keraguan.
“Oh luka itu, luka gores karena Pak Jo membuat pagar untu tanaman rambat Zi. Benarkah luka itu tidak ada?. Bude tidak mengamati Pak Jo tadi Zi”. Jawab bude Bendi
“Aneh sekali bude, tadi malam Zifar sempat betemu dengan Pak Jo. Tangan beliau berwarna merah seperti terkena pewarna. Tapi tadi Zifar tidak melihatnya.”.
Setelah perkataanku bude memutuskan putar arah dan sedikit meningkatkan kecepatan kendaraannya. Terlihat raut wajah yang bude sedikit gelisah dan khawtir. Membuatku semakin bertanya-tanya akan misteri ini.  
Bersambung….

By : Ofni Oftafiana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.