Mahasiswa KW 3

Kebetulan model pembelajaran kami dibentuk letter U. Sayapun duduk didepan samping kiri dosen saya. Seolah sayalah mahasiswa yang paling siap memulai perkuliahan. Oh iya, Saya selalu senang duduk didepan dekat dosen. Entah kenapa saya juga heran. Kenapa saya tidak seperti teman-teman mahasiwa lainnya yang justru berebut kursi dibelakang. Namun setau dan seingat saya itu, karena saya pernah membaca suatu artikel (yang entah sayapun lupa kapan tepatnya) mengatakan bahwa duduklah didekat sumber ilmu (dalam ihwal ini: dosen). Maka kau akan dengan mudah meneguk ilmu itu. Nah semenjak itulah saya suka duduk di barisan paling depan. Tapi sejak saya SD kelas tigapun saya sudah senang duduk dibarisan paling depan. Saya justru tidak bisa dan merasa nggak kerasan jika duduk dibelakang.
Oh ya, saat itu sebelum bapak dosen membuka perkuliahan dengan salam, terlihat ada sebagian mahasiswa yang masih membenarkan posisi duduknya karena merasa belum pw (posisi wuenak). Ada juga yang meraih botol minumnya dari tas dan meneguknya. Sebagian lagi ada yang sibuk membuka Whatsapp(walaupun yang dibuka hanya chattingan dari grup),mendengarkan musik, merapikan kerudung didepan kamera selfi dan kebanyakan berbincang obrolan ringan.“Sudah bisa dimulai?” tanya dosen atas kesiapan mahasiswanya.
“Sudah pak”, jawab mahasiswa serentak. Kemudian beliaupun mengucap salam dan dilanjutkan absen.
Setelah selesai mengabsen, beliau langsung membuka prolog perkuliahan dengan sedikit cerita (walaupun sebenarnya banyak sih). Awalnya saya agak kaget ketika beliau mengatakan tentang mahasiswa KW 3. Anda pasti tau kan apa itu KW? Iya betul sekali. KW ialah lawan kata dari ori alias asli. Istilah KW merupakan singkatan dari “kwalitas” yang mana memiliki tingkatan seperti KW 1, KW 2, KW 3, dan seterusnya. Semakin tinggi angka KW, maka semakin rendah mutu barang itu. KW ini biasanya disandingkan dengan sebuah produk atau barang. Tetapi kali ini bukan produk, bukan barang namun manusia, yaitu mahasiswa. Mahasiswa disandingan dan disatukan dengan kata KW hingga akhirnya muncul sebutan mahasiswa KW. Dosen tersebut mengatakan bahwa Mahasiswa KW itulah sebutan untuk mahasiswa-mahasiswa di Pekalongan tak terkecuali mahasiswa IAIN Pekalongan.Bahkan tidak sekedar KW, tapi ditambahi angka 3 dibelakangnya.
Mahasiswa KW 3 berarti bahwa mahasiswa itu bisa diartikan sebagai mahasiswa abal-abalan. Mahasiswa yang sebenarnya bukan mahasiswa yang sebenar-benarnya. Sudah disebut KW ditambah belakangnya angka 3 lagi. Betapa menunjukkan kualitas mahasiswa Pekalongan rendah (baca:buruk) bukan? Lantas anda yang merasa kuliah di Pekalongan dan menjadi mahasiswa, apakah lantas diam saja ketika ada yang mengatakan bahwa mahasiswa Pekalongan itu mahasiswa KW 3. Apakah anda pasrah begitu saja dan masa bodo saja dengan orang yang menjuluki mahasiswa KW 3. Atau justru anda terlecut dan agaknya marah, malu dan tidak terima dengan sebutan mahasiswa KW3? Jika seperti itu adanya itu lebih baik dari pada anda merasa bodo amat.
Saya sendiri merasa tidak terima jika saya dikatakan sebagai mahasiswa KW 3. Atas dasar apa kita disebut mahasiswa KW 3? Apakah kita seburuk itu? Parameternya apa?
Mahasiswa KW, jelas beliau, bisa dilihat dari banyak faktor. Diantaranya terlihat bahwa mahasiswa Pekalongan ini tidak banyak yang pro aktif. Terlihat jarangnya kultur diskusi antar mahasiswa. Seolah mahasiswa hanya berangkat dari rumah/ kosan kemudian masuk kelas, duduk, mendengarkan lantas pulang. Bisa dilihat pula ketika sedang presentasi makalah atau diskusi kelas pasti jarang sekali ada yang mau bertanya. Jika ada yang bertanyapun pertanyaannya dirasa kurang berbobot. Namun pernyataan tersebutpun tidak lantas digeneralisasikan untuk semua mahasiswa. Begitu seterusnya beliau memkomparasikan mahasiswa IAIN Pekalongan dengan mahasiswa-mahasiswa di kota besar lainnya, terutama di Jogja. Iya karena dulu beliau kuliah di Jogja.
Ketika ada permasalahan atau isu nasional yang sedang boomingpun terkadang mahasiswa pekalongan mayoritas skeptis dan apatis. Mereka hanya berdiam diri saja. Yang mereka pentingkan ialah nilai. Banyak orang berkata bahwa di Pekalongan (IAIN Pekalonga) untuk mendapatkan nilai A itu mudah. Tinggal absen lengkap, mengerjakan UTS, UAS dan presentasi. Selesai. Tanpa mereka berfikir kualitas dari apa yang mereka kerjakan. Maka jangan heran jika di kampus kita ini banyak mahasiswa yang protes nilai. Padahal jika di kampus lain jarang (dan bahkan mungkin tidak ditemui mahasiswa) yang protes nilai.
Faktor lain lagi misalnya mengenai kedisiplinan dan daya saing. Bisa dilihat bahwa kebanyakan mahasiswa selalu datang terlambat. Entah itu memang karena disengaja oleh mahasiswanya ataupun memang sudah menjadi kultur mahasiswa ataupun juga karena memang keterlambatan itu memang sering ditolerir oleh para dosen. Tentunya masing-masing otonomi dosen berbeda bukan? Daya saing (kompetitif) menjadi hal yang patut dipertanyakan pula. Jangan sampai mahasiswa IAIN Pekalongan disebut sebagai jago kandang alias tidak berani unjuk gigi diluar dan kalah saing dengan mahasiswa dari kampus lain.
Namun selain hal-hal yang disebut diatas, menurut saya sungguh tidak lazim jika kita melulu hanya memandang secara kasat mata saja. Kita hanya melihat mahasiswanya saja tapi kita tidak memandang dosen yang justru perannya itulah yang harus dipertanyakan. Dipertanyakan dalam hal ini yaitu karena dosenlah yang mendidik dan bertugas untuk mengubah mindset para mahasiswanya. Dosen inilah yang menjadi bahan rujukan alias referensi dan suri tauladan bagi mahasiswanya. Jadi dalam hal ini mahasiswa IAIN Pekalongan dikatakan sebagai mahasiswa KW maka perlu dipertanyakan juga kompetensi dosen yang mengajar mahasiswa selama ini. Kasarnya, saya bisa mengatakan jika selama ini dosen yang mengajar di IAIN Pekalongan tidak kompeten makanya ada penilaian mahasiswa IAIN Pekalongan mahasiswa KW 3.
Yang jelas bagi saya, dosen yang mengatakan mahasiswa IAIN Pekalongan merupakan mahasiwa KW 3 itu merupakan kritik dan masukan bagi segenap sivitas akademika IAIN Pekalongan. Khususnya kritik tajam bagi mahasiswa IAIN Pekalongan. Apakah kita mau disebut sebagai mahasiswa KW 3? Apakah kita hanya diam saja dikatai sebagai mahasiswa yang jago kandang? Apakah kita sebagai mahasiswa (yang sejatinya kaum intelektual) tidak malu dengan kedisiplinan kita selama ini? Yang ketika masuk kelas selalu terlambat dan bahkan menunda-nunda masuk padahal dosennya sudah di dalam kelas?
Kalau misalkan saya menawarkan anda barang yang ori dan juga KW, kira-kira barang mana yang anda pilih? Pastinya barang yang ori bukan? Barang yang berkualitas bagus dan bukan abal-abal. Begitupun kita, apakah kita ingin menjadi mahasiwa ori atau mahasiwa KW. Jika mahasiswa KW sudah saya sebutkan diatas, maka bagaimana sebenarnya mahasiswa yang ori itu? Tentunya mahasiswa yang benar-benar mempunyai tekad yang bulat untuk belajar.
Tekad yang bulat untuk belajar dapat dilihat dari disiplinnya mahasiswa itu ketika di kelas dan tidak hanya dikelas saja, diluar kelaspun dia disiplin. Dapat juga dilihat dari keaktifannya dalam organisasi baik didalam maupun diluar kampus. Tentunya keaktifan disini merupakan keaktifan dalam berfastabiqul khoirot. Adanya kultur diskusi untuk meningkatkan wawasan dan wacana tanda mahasiswa haus ilmu dan rasa ingin menumbuhkan sensitivitas kemanusiaan. Mahasiswapun mampu bersaing dan mempunyai jiwa yang kompetitif.