
Memeluk Luka
Hai aku Kiran, hidup dengan didampingi luka. Ya, luka adalah teman sedari aku kecil hingga aku dewasa, Dia selalu bersamaku.
Awal pertemuan kami mungkin saat usiaku lima tahun, saat seorang lelaki yang kupangil ayah itu sering memukuliku. Ya, itu adalah bahasa sayangnya padaku dan dari situlah aku mengenal luka.
Hampir setiap hari aku bermain dengan luka, membuat ukiran-ukiran di setiap sisi tubuhku.
Kadang aku sempat terbayang saat-saat aku berpisah dengan luka ah.. Mungkin akan sedikit menyenangkan, hingga tiba saatnya si dewasa datang. Si dewasa yang katanya menyenangkan, si dewasa yang katanya sebuah penentuan dan kebebasan.
Aku sempat menaruh harap pada si dewasa untuk membawaku pargi menjauh dari luka. Namun aku salah, justru luka semakin dekat danganku, dewasa kampret.. Heeei dia malah kabur entah kemana.
Aku hanya penasaran apakah semua dewasa itu sama? Lalu apakah semua orang punya luka?
Karya: Wiji Indah Prasetya
