Kami pun Punya Suara untuk Didengar, Meski dengan Kejam Mulut Kami Dibungkam
Identitas Buku:
Judul buku: Laut Bercerita
Penulis : Leila S. Chudori
Penerbit: PT Gramedia Jakarta
ISBN: 978-602-424-694-5
Ilustrasi sampul dan isi: Widi Widiyatno
Perangcang sampul: Aditya Putra
Penyunting: Endah Sulwesi dan Christina M. Udiani
Penataletak: Landi A. Handwiko
Cetakan pertama: Oktober 2017
Jumlah halaman: 379 halaman
Panjang dan lebar buku: 13,5cm ×20 cm
Peresensi: Lia Afiana
Laut bercerita merupakan sebuah novel yang tidak hanya sekadar rangkaian peristiwa dan konflik. Dari sinopsis singkat yang dipaparkan penulis mata ini seolah bergerak bebas menelusuri dunia imajinasi melalui kata-kata yang ada pada bagian sinopsis novel. Novel laut bercerita telah dicetak sebanyak 56 kali, ini juga alasan saya tertarik membaca dan mengulasnya. Tokoh-tokoh dalam novel merupakan mahasiswa dan aktivis yang pernah ditahan dan disiksa pada masa Orde Baru. Leila S. Chudori membangun karakter novelnya melalui wawancara pada para mahasiswa dan aktivis yang lolos dalam peristiwa tragis tersebut.
Novel Laut Bercerita ini, terbagi menjadi dua bab dan dua sudut pandang, sudut pandang Biru Laut sebagai tokoh utama yang menceritakan segala bentuk perlawanan dan penyiksaan yang diterima oleh mahasiswa dan aktivis. Selanjutnya sudut pandang Asmara Jati, yang berkisah tentang pencarian mahasiswa dan para aktivis yang hilang terutama sang kakak, yaitu Biru Laut yang sudah dua tahun tidak terlihat.
Matilah engkau mati,
Kau akan terlahir berkali-kali
Penggalan sajak tersebut menjadi ruh novel laut bercerita sebab sajaknya akan turut hadir di setiap bagian yang mengandung perjuangan dan keputusasaan sang tokoh utama. Segala bentuk gerakan perlawanan gerilya mahasiswa dan aktivis yang berusaha melengserkan rezim kejam masa orde baru. Para mahasiswa dan aktivis berusaha melawan dan melakukan diskusi rahasia terhadap karya-karya sastrawan negeri maupun dunia untuk menentukan strategi yang dapat digunakan untuk menjatuhkan orde baru.
Biru laut, dalam novel merupakan seorang mahasiswa Fakultas Sastra Inggris UGM yang berasal dari Solo. Sang tokoh utama ditemani oleh Ayah, Ibu dan sang adik Asmara Jati sebagai penguat perjalanan hidupnya di novel.
“Tetapi kau harus berhati-hati. Yang mencurigakan dan banyak tingkah belum tentu sang penghianat … ” (Halaman 61).
Kalimat tersebut sangat menarik untuk peresensi karena pesan singkat tersebut mengawali konflik utama dalam novel. Naratama sebagai salah satu tokoh dalam novel menjadi tersangka utama pengkhianatan dan kebocoran aksi perlawanan Laut dan teman-temannya. Mereka menganggap bahwa Naratama si paling banyak bicara dan suka mengkritik, adalah bagian dari mata-mata intel pemerintah. Dalam novel Laut Bercerita, salah satu teman dekat Laut yang bernama Gusti yang penuh misteri justru menjadi kunci di balik peristiwa penculikan Biru laut dan para mahasiswa yang melakukan perlawanan.
Akhir bab satu bercerita mengenai akhir hidup dari sang tokoh utama, sementara pada akhir bab dua diceritakan akhir dari pencarian Asmara Jati terhadap para mahasiswa yang hilang.
Kelebihan Buku:
Novel ini membuat saya sebagai pembaca sekaligus peresensi terseret dan larut dalam cerita. Alur maju mundur yang disajikan penulis mencampur aduk perasaan saya selama membacanya. Bahkan saya segan untuk membaca ulang. Maka kelebihan buku dapat saya sebutkan sebagi berikut:
- Sampul yang menarik dan penuh warna. Sampul buku juga mewakili akhir perjalanan sang tokoh utama
- Alur yang digunakan campuran, sehingga membuat pembaca semakin penasaran dari satu konflik ke konflik selanjutnya.
- Konflik yang diambil menarik berlatarkan masa orde baru.
- Bahasa novel berkualitas dan menarik tapi masih bisa dipahami oleh pembaca awam.
- Memberikan pengetahuan baru pembaca zelenial terkait beberapa istilah ataupun peralatan elektronik yang disebutkan dalam novel
- Berdasarkan pengalaman nyata mahasiswa dan aktivis yang sempat hilang dan akhirnya kembali
- Merupakan kasus nyata salah satu pelanggaran Hak Asasi Manusia pada masa orde baru
- Memberikan dorongan pembaca untuk menyukai bacaan melalui karakter tokoh Laut dan Asmara Jati.
Kekurangan Buku:
Ada satu hal yang menurut saya kurang mendapat penjelasan secara detail. Apa alasan tokoh bernama Gusti melakukan penghianatan terhadap teman-temannya sendiri? Hal inilah yang menjadi kelemahan dari Laut Bercerita.
Rekomendasi:
Novel laut bercerita memang direkomendasikan untuk usia delapan belas tahun ke atas. Ada beberapa bagian novel menggunakan bahasa kasar. Jadi saya sarankan carilah bacaan yang sesuai dengan mental dan usia kita. Novel ini tidak saya rekomendasikan bagi siswa Sekolah Menengah Pertama.