Berita Daerah

Ponpes Syafi’i Akrom Dilanda Banjir Air Merah

PekalonganJurnalphona.com Banjir air merah yang sempat menghebohkan masyarakat Pekalongan, sampai masuk dan melanda area Pondok Pesantren Syafi’i Akrom, Jenggot, Kota Pekalongan. Sabtu, (6/2).


Hujan deras yang mengguyur Kota Pekalongan akhir-akhir ini mengakibatkan banyaknya kasus banjir. Terlebih lagi hujan ini disertai dengan angin kencang yang semakin memperparah keadaan. Pada hari Sabtu (6/2) dini hari, Kota Pekalongan dan sekitarnya diguyur hujan cukup deras sampai pagi hari, yang menyebabkan genangan serta air sungai meluap. Seperti yang terjadi di daerah Jenggot, Kota Pekalongan. Hal ini menyebabkan air naik hingga 30 cm di beberapa gang di Jenggot, Pekalongan Selatan.


Termasuk wilayah sekitar Pondok Pesantrean Syafi’i Akrom yang tergenang air banjir sejak pagi. Akan tetapi ada yang cukup aneh dengan kondisi banjir pada Sabtu pagi. Air yang mulanya berwarna coklat berubah menjadi merah sekitar pukul 09.00 WIB dan mulai berubah menjadi coklat kembali sekitar pada pukul 11.00 WIB. Dan peristiwa tersebut sempat menjadi sesuatu yang menggemparkan masyarakat Pekalongan, dan menjadi bahan pembicaraan masyarakat Indonesia di Media Sosial. Bahkan media-media nasional, juga ikut serta membicarakan banjir yang berwana merah yang terjadi di daerah Jenggot.


Menurut pengakuan warga sekitar, banjir berwarna sudah sering terjadi di Pekalongan, khususnya di daerah Jenggot sendiri. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pabrik batik yang ada di Jenggot, Pekalongan. “Banjir merah ini sudah setiap hari kalau sudah hujan, kadang juga hitam. karena banyak pabrik batik disini, jadi kami sudah tidak kaget lagi, ” ujar Alisin (59) warga setempat. Limbah kain batik dari pabrik-pabrik di sekitar Jenggot sering kali di keluhkan karena mencemari beberapa selokan, akan tetapi itu adalah hal yang sudah biasa bagi masyarakat. Karena dari beberapa pemilk pabrik terkadang sudah melakukan pembersihan selokan yang terkena limbah batik.


Banjir air merah yang terjadi di Jenggot kali ini disinyalir bukan berasal dari limbah batik pabrik kain batik seperti biasanya, akan tetapi berasal dari seorang warga yang membeli obat batik dan kemasannya bocor kemudian sampahnya dibuang sembarangan. Sumber: rri.co.id https://t.co/SKD4B3ew4S?amp=1

Menurut pengakuan salah satu santri Pondok Pesantren Syafi’i Akrom, hampir setiap tahun banjir selalu melanda wilayah Pondok, dimana banjir ini mempunyai warna yang berbeda-beda setiap tahunnya. Saat masuk ke area pondok, maka para pengurus akan menghimbau kepada seluruh santri untuk melakukan ro’an atau bersih-bersih akbar hingga banjir surut, serta menjaga kesehatan, karena air banjir terkadang yang warna-warni dan kita tidak tau apa bahayanya. “Kalo banjir datang ya nanti santri-santri tak suruh bersih-bersih akbar dan menyelamatkan barang-barang yang ada” ujar Fatmawati (20) Pengurus Pondok Pesantren Syafi’i Akrom. (NK/EM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.