Budaya Ngaret tetap Eksis di Lingkungan Organisasi? Real or Fake?
Oleh:
Nafisa Zunilofa
Well, unfortunately, jawabannya adalah real.
Budaya Ngaret atau tidak tepat waktu ini tentu sudah sangat familiar di telinga kita. Budaya ngaret sendiri dapat kita temukan di berbagai lingkungan, termasuk pada lingkungan organisasi. In my opinion, salah satu perwujudan budaya ngaret di lingkungan organisasi adalah keterlambatan dalam menghadiri rapat atau pertemuan organisasi, dengan catatan : TANPA melampirkan alasan yang jelas.
Keterlambatan dalam menghadiri rapat sendiri tentunya bukan masalah yang kecil, karena dalam pelaksanaannya mampu memberikan dampak negatif, diantaranya adalah penurunan produktivitas akibat kurang efisien dan efektifnya penggunaan waktu, merusak citra organisasi, dan yang paling krusial adalah merugikan pihak-pihak yang sudah datang tepat waktu.
Kalau kita menilik sistem pemberangkatan pada kereta api atau pesawat, mereka akan selalu berangkat tepat waktu, meninggalkan penumpang yang terlambat tanpa ragu. Namun yang sering terjadi, atau setidaknya yang selalu penulis alami adalah, pihak yang sudah berangkat tepat waktu harus dibebani untuk menunggu orang-orang yang terlambat, baru pertemuan akan dimulai, meski harus menunggu selama 2 jam sekalipun. Kalau begitu, bukankah menguntungkan dan menyenangkan untuk si Telat? Akhirnya inilah yang menjadikan budaya ngaret ini tetap eksis di lingkungan organisasi, karena sepertinya sudah dinormalisasikan.
Selain itu, budaya ngaret ini juga berpotensi menjadi penyakit, yang mampu menginfeksi pihak-pihak yang sudah datang tepat waktu karena kurangnya apresiasi untuk mereka. Karena lambat laun mereka akan mulai berfikir “lebih baik datang terlambat karena rapat akan langsung dimulai daripada harus menunggu selama 2 jam tanpa kepastian”. Tentu, mungkin sebagian orang akan berfikir ini adalah pola pikir yang salah, tapi memang itulah kenyataannya.
Jadi, mulai sekarang, stop memberikan perlakuan istimewa (re : menunggu) kepada orang-orang yang menunaikan budaya ngaret, dan berilah apresiasi untuk pihak pihak yang sudah datang tepat waktu dengan memulai dan mengakhiri rapat/pertemuan sesuai waktu yang sudah ditetapkan. Kemudian pesan untuk orang-orang yang sampai sekarang masih menunaikan budaya ngaret, please stop it, mulailah sadar diri, lalu benahi diri (untuk bagian ini kamu bisa mengandalkan kata-kata better late than never). Karena ingatlah bahwa perihal waktu sangat krusial karena dapat menentukan integritas diri seseorang. Last but not least, penulis berharap semoga banyak kebaikan yang akan datang untuk pihak-pihak yang selama ini sudah menghargai waktu dengan baik, you’ve been doing great, thank you.