Berita Daerah
Pernah Ditolak 10 Kali di PTN Impian, Begini Perjuangan Dysna Jadi Wisudawan Terbaik FUAD
Setiap manusia pasti memiliki fase tersulit dalam hidup, begitupun Dysna Riefmadanty. Mahasiswi yang akrab disapa Dysna ini mengalami perjalanan yang cukup terjal sebelum dirinya berada di posisi ini, sebagai wisudawan terbaik Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD), UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan. Era pandemi Covid-19, lebih tepatnya pada tahun 2019 dan 2020, masa-masa itu ia doktrin sebagai masa tersulit dalam hidup. Pasalnya, ia ditolak oleh 10 Perguruan Tinggi Negeri incarannya. Namun semangat melanjutkan pendidikan tinggi tidak serta merta surut detik itu juga, Dysna memberanikan diri bangkit dengan mendaftar di UIN Gus Dur Pekalongan lewat jalur mandiri, dan berhasil diterima di program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Berlatar belakang pendidikan non Islam (SD hingga SMA), awal perkuliahan menjadi masa tersulit selanjutnya bagi Dysna. Ia menjalani kehidupan awal sebagai mahasiswa dengan hati yang berat. Karakter idealis yang melekat dalam dirinya membuat Dysna sulit menjalin pertemanan. Tidak berhenti di situ, Dysna juga merasa sukar beradaptasi dengan mata kuliah keagamaan yang menjadi tabu di matanya, perasaan minder dalam dirinya muncul ketika bersanding dengan teman-temannya yang berlatar belakang pendidikan di madrasah dan pondok pesantren yang notabene lebih mahir mengenai ilmu agama. Pantang menyerah, Dysna akhirnya mencoba beradaptasi dengan segala hal baru di hadapannya. Rasa malas menjadi tantangan besar dalam perjalanan kuliah Dysna. Untuk mengatasinya, Dysna memakai jurus jitu yaitu dengan mengingat kembali mimpi-mimpinya, tujuan besar itu seolah menjadi cambuk di kala rasa malas melanda. Pada akhirnya Dysna mampu berdamai dengan pendidikan kuliahnya. Semangatnya dalam menjalani studi perkuliahan telah membawanya mewujudkan mimpi-mimpi kecil dan berkontribusi pada kampus. Tahun 2022 menjadi tahun emas bagi Dysna, ia berhasil lolos Beasiswa Bank Indonesia, menjadi Generasi Bank Indonesia (GenBI) terbaik di kampus. Pada tahun yang sama, ia menyumbangkan kontribusi pada kampus dengan menyabet 2 juara dalam kompetisi tingkat nasional dan provinsi, yaitu juara 1 lomba bussiness plan tingkat nasional, dan juara 3 lomba esai tingkat Jawa Tengah. Dengan prestasi-prestasi itulah, Dysna dinobatkan menjadi mahasiswa berprestasi non akademik oleh Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah. Tidak berhenti di situ, Dysna juga aktif dalam kegiatan sosial. Pada 2021, ia mendirikan sebuah komunitas pengembangan diri dan kesehatan mental bernama Karsa Cita yang hingga saat ini sudah memiliki 600 anggota dan 15.000 pengikut di media sosial. Tidak hanya non akademik, prestasi akademik pun Dysna torehkan dengan indeks prestasi di atas 3,79 yang konsisten ia pertahanan. Pada semester 8 tepat 24 Maret 2024, Dysna memulai masa skripsi. Dua belas bulan lamanya ia menjalani masa skripsi dengan segenap lika likunya. Dan kini, ia berhasil lulus dengan predikat wisudawan terbaik FUAD dengan perolehan IPK 3,93. Kehidupan setelah kelulusan menjadi awal bagi Dysna untuk meniti karir. Ia berencana mengikuti sertifikasi keahlian public speaking yang memang sudah menjadi passion-nya sejak SD. Ia juga akan aktif berpartisipasi bersama komunitas kesayangannya, Karsa Cita. Ke depan, Dysna juga berkeinginan untuk melanjutkan studi S2. Perjalanan ini menjadi bukti bagi Dysna untuk dirinya sendiri, bahwa sinar seseorang tidak akan redup hanya karena satu kegagalan. “Sinarmu nggak akan redup karena 1 kegagalan. Selagi ada kesempatan, cobalah dan usahakan dengan gigih karena semua yang baik butuh waktu yang baik untuk datang. Semua ini hanya fase, jadi percayalah bahwa semua orang pasti ada kesempatan, dan kesempatan itu pasti datang,” pungkas Dysna.*** Reporter: Ika Amiliya Nurhidayah Penulis: Ika Amiliya Nurhidayah
Keajaiban Bunga Melati : Solusi Alami untuk Mengusir Hama Tanaman Padi
Oleh: Wiji Indah Prasetya Tanaman padi merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia karena hasil dari tanaman padi dijadikan sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia. Setiap tahunya terjadi kenaikan dan penurunan jumlah panen. Salah satu sebab penurunan jumlah panen tanaman padi yaitu adanya hama tanaman padi seperti walang, wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens), penggerek batang (Scirpophaga incertulas), dan berbagai jenis ulat. Serangan hama ini tidak hanya mengurangi hasil panen, tetapi juga meningkatkan ketergantungan para petani pada pestisida kimia yang dapat merusak lingkungan lantaran para petani biasanya menggunakan pestisida kimia untuk mengusir hama padi tersebut (Sulistyaningsih, 2022). Namun beberapa petani di Desa Karanggondang, Kec.Karanganyar, Kab.Pekalongan menggunakan bahan- bahan alami untuk mengusir hama tanaman padi. Salah satu tanaman yang digunkan yaitu tanaman melati. Tanaman yang biasa dijadikan sebagai tanaman hias ini memiliki kandungan senyawa kimia yaitu indol, benzyl, livalyacetat, yang dipercaya dapat mengobati penyakit seperti, sakit kepala, sesak nafas, demam, kelebihan ASI dan sakit mata . Selain itu bunga melati juga memiliki aroma yang kuat dan nextar yang dapat menarik serangga seperti kupu-kupu dan lebah, dengan datangnya serangga-serangga tersebut dapat membantu atau mengurangi populasi hama tanaman padi seperti wereng. Salah satu petani padi di Desa Karangondang yang menggunakan bunga melati sebagai pestisida alami mengatakan dengan menggunakan bunga melati sangat membantu dalam mengurangi populasi hama wereng yang sering kali menjadi ancaman ketika musim panen hampir tiba. Biasanya para petani menggunakan bunga melati sebagai pestisida alami dengan cara menaburkan bunga melati di sawah yang hampir memasuki musim panen namun ada juga beberapa petani yang menanam tanaman melati di sekitar sawah secara langsung. Cara ini sangat efektif untuk mengusir hama wereng yang sangat mengganggu para petani padi. Selain itu cara ini juga ramah lingkungan dan lebih murah. Bunga Melati tidak hanya dikenal karena keindahan dan wanginya saja namun juga memiliki banyak manfaat bagi pertanian. Ekstrak bunga melati mengandung senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai pestisida alami. Bunga melati berasal dari Asia Selatan. Negara India, Myanmar, dan Sri Lanka dipercaya sebagai tempat pertama kali tumbuhnya bunga melati. Bunga melati menyebar ke indonesia melalui jalur perdagangan dan migrasi manusia. Bunga melati diperkirakan masuk ke Indonesia bersamaan dengan adanya pengaruh budaya India, karna keharuman dari bunga melati banyak warga Nusantara yang menyukai dan mulai membudidayakan tanaman ini.Sejak saat itu bunga melati tidak pernah lepas dalam upacara-upacara adat dan ritual masyarakat Indonesia. Bunga melati dalam bahasa latin disebut sebagai Jasminum Officinale.Di Nusantara, bunga ini memiliki banyak sebutan seperti masyarakat jawa yang menyebutnya dengan melati atau melur, kemudian masyarakat sunda biasa menyebutnya malati, dan masarakat bali menyebutnya dengan sebutan menuh.Di luar negeri sendiri mereka menyebutnya dengan jasmine atau yasmine yang terinspirasi dari nama latin bungamelati yaitu Jasminum. Dalam biologi bunga melati diklasifikasikan kedalam famili oleceae. Bunga melati memiliki banyak jenis seperti beberapa jenis yang umum dikenal yaitu Melati putih (Jasminum sambac ) Jenis melati yang paling umum ditemui dan sering digunakan dalam berbagai keperluan, mulai dari upacara adat hingga pembuatan minyak wangi. Melati arab (Jasminum arabicum) Jenis melati yang memiliki aroma lebih kuat dibandingkan melati putih. Melati hutan (Jasminum fruticans) Jenis melati yang tumbuh liar di hutan dan memiliki bunga berwarna kuning (Santoso, 2020). Melati yaang sering digunakan di Indonesia yaitu jenis melati putih begitu juga yang digunakan untuk pestisida alami dalam mengusir hama tanaman padi. Tanaman melati digunakan karena mudah dalam penanaman dan perawatanya, selain itu tanaman melati juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi yaitu sekitar Rp 30.000. hingga Rp 50.000 per kilogramnya. Selain untuk mengusir hama para petani juga menanam bunga melati untuk menambah penghasilan. Namun masih sedikit petani yang memanfaatkan metode ini (Rizki, 2014). Banyak manfaat yang didapatkan dengan menggunakan bunga melati sebagai pengusir hama. Penggunaan bunga melati tentunya tidak akan mencemari lingkungan karena bunga melati tidak mengandung bahan kimia sintesis yang berbahaya bagi tanah dan air. Menggunakan bunga melati sebagai pestisida alami juga dapat menjaga kesehatan manusia dan hewan karena mengurangi paparan zat kimia yang berbahaya. Penggunaan bunga melati juga meningkatkan kualitas panen yang dihasilkan tanaman, karena padi yang tidak menggunakan pestisida cenderung lebih sehat karena terhindar dari bahan kimia, tanaman yang bebas dari bahan kimia juga cenderung memiliki aroma dan rasa yang lebih alami. Referensi Rizki, N. d. (2014). INDUKSI PEMEKARAN BUNGA (ANTHESIS) TANAMAN MELATI PUTIH (Jasminum sambac L. W. Ait) DENGAN PEMBERIAN PACLOBUTRAZOLPADA BEBERAPA KONSENTRASI. Journal Pelangi , 3-4. Santoso, H. B. (2020). Semerbak Harum Namanya Melati . Yogyakarta: Pohon Cahaya Semesta. Sulistyaningsih, d. (2022). Pengendalian Hama Penyakit Pada Tanaman Padi Dengan Penggunaan Pestisida Alami Di Desa Mlandingan Wetan Kecamatan Mlandingan Kabupaten Situbondo. Jurnal Media Abdimas, 2. Sumber Data Ibu S, petani ,Wawancara tanggal 15 November 2024Observasi di Desa K Kecamatan K Kabupaten P tanggal 15 November 2024
Pejuangan Mahasiswa Menyelesaikan Skripsi Hanya dengan Smartphone, Bukti Semangat Tak Terbatas
Bagus Budi Laksono, mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, berhasil menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Etika Bermedia Sosial dalam Perspektif Tafsir Al-Azhar.” Hebatnya ia menyelesaikan karya ilmiah ini hanya dengan menggunakan smartphone android. Bagus memilih tema ini karena prihatin dengan perilaku netizen yang sering tidak beretika di media sosial, ditambah dengan munculnya tren atau video viral yang tidak senonoh membuat media sosial menjadi rusak dan tidak sesuai dengan tujuan pembuatannya sebagai sarana informasi, berita dan ilmu pengetahuan. Kondisi finansial keluarga dan ketertinggalan dari teman-temannya seolah menjadi cambuk bagi Bagus untuk konsisten menyelesaikan skripsi dengan segala keterbatasan yang ada. Meski tidak memiliki laptop karena keterbatasan biaya, ia tetap semangat menyelesaikan skripsinnya. “Tantangan besar, mulai dari layar kecil, multitasking lambat, hingga aplikasi yang membutuhkan jaringan stabil. Tapi saya sudah terbiasa mengetik panjang di smartphone,” ungkapnya. Dukungan dari keluarga, teman, dan dosen pembimbingnya, Syamsul Bakhri, M.Sos., menjadi penyemangat bagi Bagus. Ia berharap kisahnya bisa menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang meski menghadapi berbagai rintangan. “Jangan pernah menyerah, hadapi semua masalah dengan segenap kemampuan yang kita punya,” pesan Bagus. Ke depan, ia mempunyai rencana untuk melanjutkan studi S2 atau bekerja untuk membuka usaha.*** Reporter: Ika Amiliya Nurhidayah Penulis: Yuliana Sulistyaningtyas
489 Wisudawan Resmi Diwisuda, Rektor: Wisudawan Jangan Lembek!
Pekalongan-jurnalphona.com Wisuda Magister ke-22 dan Sarjana ke-50 UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan sukses terlaksana di Gedung Student Center Kampus I Rowolaku, Kajen, pada Sabtu, (30/11). Turut hadir dalam acara ini Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia Prof. Dr. Abu Rahmat, Rektor UIN Gus Dur Prof. Dr. H. Zaenal Mustakim, M.Ag beserta jajaran wakilnya, Ketua Senat UIN Gus Dur Dr. Amat Zuhri, M.Ag, perwakilan Kemenag Kota dan Kabupaten Pekalongan, Mitra Perbankan meliputi Bank BNI, BRI, Muamalat, Mayapada, dan BTN, perwakilan Paguyuban Orang Tua Mahasiswa (Pagoma), dan tamu undangan lainnya. Wakil Rektor I Prof. Dr. H. Maghfur, M.Ag dalam laporannya menyampaikan jumlah wisudawan kali ini 489 yang meliputi 95 wisudawan Fakultas Syariah, 167 wisudawan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, 91 wisudawan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, 88 wisudawan Fakultas Ekomomi dan Bisnis Isam, dan 58 wisudawan Pascasarjana. Rektor Zaenal dalam sambutannya mendorong para wisudawan untuk dapat mengikuti sertifikasi profesi yang akan diprogramkan melalui Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) pada Januari mendatang. “Januari nanti UIN akan mendirikan LSP, Lembaga Sertifikasi Profesi yang nanti kalau saudara sudah sarjana mau ikut nggak papa. Ke depan yang dibutuhkan adalah sertifikasi keahlian yang namanya sertifikasi profesi,” ujarnya. Lebih lanjut, Rektor Zaenal berpesan kepada para wisudawan untuk menjadi pribadi yang kuat dalam menghadapi kehidupan yang sebenarnya. “Saya ingin alumni para wisudawan ini jangan lembek, jangan insecure, jangan tidak percaya diri, saudara harus bisa menjadi alumni yang kuat, alumni yang punya optimisme tinggi,” pesannya.*** Reporter: Chusma Fitriana Penulis: Chusma Fitriana
Bukti Apresiasi Dunia, Kemenparekraf-Pemkot Pekalongan Resmikan Plakat Prasasti UCCN
Pekalongan-jurnalphona.com Genap 1 dekade masuk jejaring UNESCO Creative Cities Network (UCCN), Pemerintah Kota Pekalongan bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) resmikan Plakat Prasasti UCCN 2024 di halaman Museum Batik Pekalongan pada Kamis malam, (28/11). Peresmian plakat prasasti UCCN dilakukan oleh Deputi Komunikasi Pemasaran Kemenparekraf, Ni Made Ayu Martini melalui Ketua Tim Kerja TU dan Bimtek Direktorat Komunikasi Pemasaran Kemenparekraf, Alfarida Herlina bersama Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, Nur Priyantomo. Peresmian ini turut dihadiri Kepala Dinparbudpora Kota Pekalongan, Sabaryo Pramono, Wiwik Puspawati, kasubag program perwakilan dari Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah, perwakilan kepala OPD, jajaran Forkopimda, komunitas Pekalongan Creative Forum, komunitas pegiat batik Pekalongan, dan tamu undangan lainnya. Nur Priyantomo dalam sambutannya menyampaikan, Pemkot Pekalongan akan terus berkomitmen untuk mengembangkan infrastruktur kreatif. “Ke depan, Pemerintah Kota Pekalongan akan terus berkomitmen untuk mengembangkan infrastruktur kreatif yang ada dengan melibatkan semua komunitas, seniman, pelaku industri, dengan memberdayakan ekonomi kreatif,” jelasnya. Selain itu, Alfarida menjelaskan plakat prasasti merupakan sebuah penanda bahwa di kota tersebut mempunyai prestasi di mancanegara. Lebih lanjut, Nur Priyantomo berharap masyarakat Kota Pekalongan semakin bangga dengan identitas budayanya. “Kami berharap semoga masyarakat Kota Pekalongan akan semakin bangga dengan identitas budayanya sekaligus termotivasi untuk melahirkan inovasi di bidang ekonomi kreatif,” pungkasnya.*** Reporter: Ika Amiliya Nurhidayah Penulis: Ika Amiliya Nurhidayah
Oriental Silhuet Kembali Eksis di Tangan Generasi ke Lima
Setelah sempat mengalami stagnan produksi selama dua tahun, pabrik limun oriental Nyonya Silhuet kembali dengan pamornya lewat generasi ke lima. Tahun 2017 silam, limun oriental Nyonya Silhuet sempat mengalami penurunan jumlah produksi, yang semula dalam seminggu bisa memproduksi setiap hari, saat itu hanya bisa memproduksi dua hari dalam seminggu karena penurunan permintaan konsumen. Melihat kenyataan pahit di depannya, Bernard yang merupakan generasi ke lima memutuskan untuk menjemput konsumen melalui promosi langsung ke agen, toko, dan cafe sekitar Pekalongan. Hasilnya masih banyak di antara masyarakat modern saat ini yang masih menyukai limun oriental tersebut. Dengan usahanya tersebut, saat ini sudah ada sebanyak 350 agen, toko, dan cafe yang menjadi langganan. “Iya saat ini sudah ada 350 toko, cafe, warmindo yang berlangganan. Ada yang pesan lima crack ada yang dua ada yang lima belas karton seminggu sekali order,” ujarnya. Hingga saat ini, dalam satu bulan limun Oriental Nyonya Silhuet bisa menjual sebanyak dua puluh ribu botol. Saat ini dalam seminggu mampu memproduksi limun setiap hari. Cita rasa otentik dan klasik menjadi salah satu alasan limun oriental masih di gemari masyarakat. Penggunaan gula jagung menjadi ciri khas tersendiri pada limun Nyonya Silhuet ini. “Kita menggunakan gula cair dengan adonan utamanya itu tepung jagung, sehingga masa tahan lebih lama bisa sampai enam bulan dengan kualitas yang masih tetap baik,” imbuhnya. Bernard mengambil banyak siasat untuk kembali mengangkat eksistensi bisnis keluarganya yang sudah ada sejak tahun 1920. Melalui cafe limun yang bergaya klasik, cita rasa otentik dengan penggunaan gas karbondioksida (Co²) sebagai pengganti soda, serta segmentasi konsumen yang tepat. Dirinya mengaku bahwa tantangan paling nyata adalah banyaknya jenis minuman kemasan yang lebih murah dan praktis saat ini. Sementara limun sendiri memiliki kemasan botol kaca dengan harga sepuluh ribu rupiah. Untuk tetap mempertahankan konsumen, Bernard melakukan distribusi dengan cara keliling menggunakan mobil box dan memanfaatkan marketplace digital seperti Shopee dan Tokopedia. Hasilnya, penjualan limun Oriental Nyonya Silhuet bisa sampai ke luar pulau yaitu Batam, Padang, dan Balikpapan. Meski begitu, Bernard mengaku pernah mengalami kegagalan saat mencoba mengolah sendiri gula tebu sebagai pemanis limun. Hasilnya justru mudah basi dan rusak. Hingga saat ini limun Oriental Nyonya Silhuet sudah memiliki pelanggan tetap dan ramai dikunjungi beberapa konten kreator media sosial Reporter: Nanda A’bidatur Rosyidah Penulis: Lia Afiana