“Prasasti Sojomerto, Sebuah Prasasti yang Lebih Tua dari Candi Prambanan dan Borobudur”
Batang- jurnalphona.com Tak kalah dari berbagai wisata menarik di Pekalongan, Batang juga memiliki beragam wisata yang tak kalah pamor dari itu. Salah satunya adalah wisata sejarah yang terletak di Dusun Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang. Jumat, (12/01).
Meskipun merupakan wisata sejarah, namun wisata ini berada di dalam pemukiman yang cukup padat penduduknya. Teepatnya terletak di halaman rumah milik Ibu Nariyah, yang merupakan warga Dusun Sojomerto, Desa Sojomerto Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Untuk menuju ke lokasi, jika lewat dari arah Pantura Pekalongan dan Batang kota, pengunjung bisa lewat lurus mengikuti arah pantura, lalu mengambil lajur kanan untuk berbelok ke jalan Kecamatan Limpung tepat setelah melewati Pasar Subah. Untuk bisa sampai ke lokasi prasasti, akan lebih baik menggunakan kendaraan roda dua. Karena letaknya di halaman rumah dan padat penduduk serta akses jalan lebih sempit. Maka kendaraan roda dua akan memudahkan bagi pengunjung yang ingin menengok wisata sejarah ini.
Wisata sejarah tersebut menyajikan sebuah prasasti masa Kerajaan Mataram Kuno yang lebih tua usianya dari Candi Prambanan dan Borobudur. Prasasti tersebut menggunakan Aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno yang terbagi menjadi sebelas baris dan berisi silsilah keluarga Dapunta Syailendra (Raja Mataram kuno). Prasasti tersebut pertama kali diterjemahkan oleh Prof. Drs. Boechari.
Sebelum menjadi wisata sejarah, tempat tersebut mulanya kebun kopi. Sampai Pak Salman (alm) menemukan batu tulis yang bertuliskan aksara jawa kuno dan asing. Lalu beliau melaporkannya kepada pihak kelurahan dan diteruskan ke Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK). Penamaan Prasasti Sojomerto disesuaikan dengan tempat penemuannya yaitu Dusun Sojomerto.
Saat ini, wisatawan yang hendak berkunjung ke Prasasti Sojomerto akan disuguhkan dengan adanya Monumen Prasasti Sojomerto yang berada di pinggir jalan tidak jauh dari lokasi prasasti aslinya. Monumen tersebut dibangun sebagai media informasi bahwa di wilayah tersebut ada sebuah prasasti batu tulis Mataram Kuno.
Untuk menjaga orisinalitas dan mencegah adanya kerusakan, maka pengunjung dibatasi dengan pagar dan joglo pembatas prasasti. Di samping batu tulis dengan aksara pallawa tersebut, terdapat keterangan isi tulisan pada Prasasti Sojomerto itu sendiri. Untuk maknanya sendiri Ririn selaku anak dari Ibu Nariyah mengatakan bahwa selain berisi silsilah keluarga Dapunta Syailendra, Prasasti Sojomerto juga merupakan persembahan kepada Dewa Siwa dan Prameswara.
“Prasasti Sojomerto ini diibaratkan kartu keluarga dari Dapunta Syailendra. Yang mana dalam prasasti disebutkan nama ayahnya Santanu, ibunya bernama Badrawati, dan istri dari Dapunta Syailendra itu namanya Sampula,” ujarnya.
Untuk berkunjung ke Prasasti Sojomerto pengunjung tidak dikenai tarif biaya apapun. Kapan lagi bisa belajar dan berwisata dengan gratis. Banyak pembelajaran yang bisa di dapatkan dari mengunjungi wisata sejarah Prasasti Sojomerto. Salah satunya untuk membuka pengetahuan baru, bahwa peninggalan kerajaan kuno tidak hanya menduduki wilayah Jogjakarta, Magelang, dan Surakarta saja. Di kabupaten kecil seperti Batang pun menyimpan sejarahnya sendiri. Ririn juga berpesan kepada anak muda untuk tidak berhenti belajar, agar tetap tahu peninggalan sejarah yang ada.
“Harapannya kepada anak muda untuk terus belajar, agar tetap tahu peninggalan sejarah yang ada. Atau bahkan bisa menemukan sejarah yang baru. Dan tentunya saya berharap agar anak muda bisa merawat dan melestarikannya,” ujarnya.
Penulis: Lia Afiana
Reporter: Nailis Sa’adah