Resensi Buku

Self Healing: Akhir Konflik Dengan Diri Sendiri

Identitas buku
Judul buku : what’s so wrong about your self healing
Penulis : Ardhi Mohamad
ISBN : 978-623-970002-1-18
Penerbit : Alvi Ardhi Publishing
Desain sampul : Maulidita Kirana
Tata letak : Dana Sudarto
Penyunting : Alvi Syahrin & Dana Sudarto
Cetakan : 3
Tebal : 13 x 19 cm
Tahun terbit : 2021
Jumlah halaman : 276 halaman

Peresensi: Rifa Aprila Durrotul Aisy

Buku ini ditulis oleh Ardhi Mohamad yang sudah dicetak sebanyak 3 kali pada bulan desember 2021. Sebelumnya Ardhi Mohamad menulis buku yang judulnya sedikit mirip, yakni dengan judul What’s So Wrong About Your Life yang terbit pada tahun 2019 yang cukup banyak diminati. Buku keduanya juga termasuk best seller yang banyak diminati oleh masyarakat karena mengangkat isu tentang self healing yang sekarang sedang terjadi.

What’s So Wrong About Your Self Healing ini bukanlah buku fiksi melainkan sebuah buku yang berisi motivasi dan tips-tips mengenai permasalahan yang sering terjadi pada setiap orang. Buku ini juga menceritakan permasalahan yang relate dengan kehidupan pembacanya. Dari mulai membahas keluarga, pertemanan dan juga permasalahan yang sering terjadi pada diri sendiri. Ardhi Muhammad membahas berbagai isu permasalahan pada bukunya menjadi 10 bab yang disetiap babnya memiliki karakter yang berbeda.

Dituntut untuk menjadi sempurna sejak dini, berharap bisa membanggakan orang tua, melakukan yang terbaik berusaha tidak melakukan kesalahan apapun. Memang, itu semua bagus tapi apa yang kita lakukan belum tentu itu yang mereka inginkan. Jadi terkadang kita mengesampingkan keinginan kita demi untuk menjadi sempurna versi mereka.

Setiap orang tua pastinya menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun, setelah kita melakukan apa yang mereka mau responnya biasa saja. mungkin merasa usaha yang telah dilakukan masih kurang dan tidak puas dengan hasilnya dan itu bisa terjadi secara berulang-ulang. Pola asuh orang tua kita sangatlah berpengaruh pada kehidupan kita.

Terkadang sebagai anak kita pernah merasa kecewa dengan mereka “mengapa orang tuaku bigini, andai orang tuaku dulu begitu, mengapa dulu aku tidak seperti itu” kalimat yang muncul setelah kita menjadi dewasa dan menyadari menjadi orang tua tidaklah mudah. Percayalah mereka sebagai orang tua juga sudah berusaha yang terbaik dalam mendidik kita. Dari pengalaman semacam kecil kita beranggapan bahwa kita bisa menjadi orang tua yang lebih baik lagi namun, tidak bisa dihindari juga kesalahan tersebut dapat terjadi dan mengecewakan anak kita. Jadi kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan orang tua.

Pada dasarnya hubungan orang tua dan anak adalah hubungan emosional pertama yang seharusnya terjalin dengan harmonis supaya kita punya self esteem yang baik. Dalam hidup kita mengira orang yang saat ini bersama kita akan bersama selamanya namun, semua iu akan hilang dan pergi pada waktunya. Pada saat itulah kesepian datang, merasa tidak memiliki siapa-siapa, tidak memiliki teman sampai merasa ditolak pada lingkungan dan akhirnya memilih untuk menjauh.

Semua orang akan mengalami fase kesepian seperti ini, fase sebuah pembelajaran bahwa kita tidaklah bisa selalu bersama-sama. Ada dua cara untuk mengatasi perasaan seperti ini:

Pertama, Reconnection yaitu mulai kembali berinteraksi dan berhubungan dengan lingkungan.

Kedua, Deeping yaitu memperdalam hubungan dengan kedekatan yang bertahan lama. Untuk melakukan itu kita membutuhkan waktu, menyingkirkan gengsi dan balik lagi pada masing-masing orang yang akan melakukannya. Ketika kita merasa sendiri ingatlah bahwa allah selalu ada untuk kita. Seseorang yang dekat dengan allah maka allah juga akan dekat dengan kita. Dan itu bisa menjadi acuan ketika kita sedang merasa kesepian.

Pada dasarnya rasa cemas itu baik untuk menjadi alarm saat kita dalam bahaya namun, rasa cemas yang berlebihan juga tidak baik kita perlu membatasi raca cemas tersebut. Kita seringkali berfikir apa yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan. Membuat skenario yang belum tentu terjadi pada diri kita dan itu membuat kecemaan. Memikirkan hasil yang belum tentu terjadi juga sia-sia, memikirkan hasil yang belum terjadi justru membuat kita tidak maksimal dalam proses.

Setiap orang tidak tahu masa depan mereka seperti apa bahkan hari esok pun tidak ada yang tahu apa yang terjadi nanti.

Kita hanya bisa melakuan yang terbaik saat ini untuk hasil yang maksimal esok. Menikmati setiap proses dan tidak bisa memastikan masa depan seperti apa yang akan kita alami nanti. Terkadang memang apa yang jerjadi itu adalah yang terbaik untuk kita. Yang pasti hanyalah satu, apa yang akan ditakdirkan pada kita itu pastilah terjadi dan apa yang tidak ditakdirkan maka tidak akan terjadi.

Kelebihan dari buku ini adalah sangatlah memotivasi para pembacanya agar bisa menjadi lebih baik lagi. Dari isu permasalahan yang diangkat penulis menggambarkan mulai dari awal mula mengapa hal tersebut terjadi bagaimana prosesnya dan juga disertai penyelesain yang sederhana. Penulis juga meyertakan gambaran ilustrasi dari sebuah permasalahan sehingga pembaca tidak mersa bosan membacanya.

Kekurangan dari segi bahasa, pada buku ini terdapat banyak sekali kosakata berbahasa inggris sehingga bagi orang yang awam akan sedikit kesulitan dalam membacanya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.