Feature

Intip Kisah Widya Catur, Wisudawati Terbaik KPI 2021

Pekalonganjurnalphona.com Bisa melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi merupakan harapan dan cita-cita semua orang. Namun, bagi sebagian orang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi menjadi sesuatu yang sulit diwujudkan karena beberapa faktor, misalnya keterbatasan ekonomi. Seperti halnya Widya Catur Aura Fitri, Mahasiswi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), terlahir dari keluarga sederhana tidak menghalangi keinginanannya untuk terus berkembang di bidang akademik. Perempuan yang kerap disapa Wicat itu, menjadi lulusan terbaik Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam wisuda ke-42 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan yang digelar Rabu, (01/12/2021), di Halaman gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI). Dengan perolehan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,76.

Perempuan kelahiran Pemalang, 08 Agustus 1998 ini tidak menyangka jika dirinya akan mendapat gelar sebagai wisudawati terbaik di jurusannya. Pasalnya, selama ini ia merasa biasa saja. Namun, selalu aktif di kelas dan disiplin dalam pengumpulan tugas yang diberikan dosen adalah salah satu kunci keberhasilannya.

“Saya tidak menyangka menjadi yang terbaik. Soalnya, banyak teman-teman saya yang terbaik. Maksudnya, secara prestasi di akademik dan organisasi mereka jauh diatas saya,” ungkap Wicat.

Perempuan yang akrab disapa Wicat ini, sudah menjadi yatim piatu sejak usia 14 tahun, namun tidak mengendorkan semangatnya untuk kuliah. Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Comal, ia memutuskan melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Dan masuk di program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam melalui jalur seleksi Span-PTKIN. IAIN Pekalongan menjadi alternatifnya melanjutkan pendidikan karena pertimbangan faktor jarak dan tidak adanya kendaraan pribadi.

Wicat kuliah atas biaya dari kedua kakaknya. Selama kuliah ia tidak mendapat beasiswa apapun, jadi murni semua pembiayaan berasal dari pribadi. Setelah melewati 6 semester, pada semester ke-7 ia mulai bekerja freelance di dekat kediamannya. Hal itu ia lakukan guna meringankan keperluan skripsi dan kebutuhan kuliah lainnya.

“Dari awal sampe semester 6 masih di biayain. Tapi begitu semester 7 karena udah bebas teori, baru mulai nyambi kerja di toko dekat rumah. Nah uang bayarannya saya gunakan untuk keperluan skripsi karena itu butuh biaya banyak,” ujarnya.

Kendala terbesar yang Wicat rasakan selama kuliah adalah tidak memiliki kendaraan pribadi, jadi ia harus menumpang kepada teman-temannya. Wicat sangat berterima kasih, atas semua bantuan teman-temannya yang sudah ia repotkan selama ini. Ia juga sangat bersyukur, karena selama kuliah di IAIN Pekalongan ia mampu mengejar target IPK yang tinggi. Hingga semester terakhir kemarin, ia berhasil mempertahankan IPK tinggi tersebut. Ia menuturkan bahwa perolehan Indeks Prestasi (IP) terendahnya berada di angka 3,60 tidak sampai dibawah 3,5. Meskipun ia mengaku bahwa dirinya bukan mahasiswa yang aktif dalam kegiatan kampus.

Bukan hal yang mudah menghantarkan dirinya sampai wisuda. Beberapa kendala ia temui pada saat pelaksanaan sidang skripsi. Sidang skripsi yang dilaksanakan secara online tersebut membuat ia sering terkendala susah sinyal. Selain itu, jarak yang begitu dekat antara pendaftaran wisuda dan pelaksanaan skripsi, membuat ia hanya memiliki waktu 2 minggu untuk dapat mengejar wisuda di tahun ini.

Dengan hasil yang sudah diperoleh saat ini, tak membuatnya berpuas diri. Wicat berharap dirinya bisa bekerja di tempat yang baik, ilmunya bermanfaat dan dapat menjadi bagian dari IAIN Pekalongan. Ia juga menyampaikan banyak terima kasih khususnya kepada staff FUAD yang telah membantunya dalam segala proses selama perkuliahan.

Terakhir Wicat berpesan, teruntuk semua mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, mahasiswa baru ataupun semester lanjutan agar selalu disiplin dalam pengerjaan tugas dan giat di bangku kuliah.

“Kalau kalian ngga ngerjain hari ini ngga papa, tapi kalian harus komitmen sama diri kalian. Kalian harus membayar apa yang belum kalian kerjakan,” tuturnya dengan penuh keyakinan.

Lebih lanjut, ia memberikan tips untuk selalu aktif di kelas, dikarenakan dosen selalu menilai keaktifan setiap mahasiswanya. Menurutnya, kebahagiaan yang tiada tara saat menimba ilmu dijenjang perguruan tinggi tersebut tidak lepas dari peran kedua kakaknya yang berada dibelakang. Restu kedua kakaknya merupakan pengganti dari restu orang tuanya, hal tersebut menjadi salah satu kunci keberhasilan dirinya dalam melakukan suatu tindakan. Wisuda ini ia persembahkan khusus untuk kedua kakaknya yang telah mendorong dirinya sampai di titik ini. Satu doanya yakni semoga ia tak melupakan segala hal yang telah diberikan kedua kakaknya, syukur-syukur dapat membalas di kemudian hari. (CB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.