Nilai Sex Education pada Film Dua Garis Biru
Karya: Inneka Elok Heromia
Indonesia telah banyak menorehkan catatan gemilang dalam industri perfilman di tanah air. Perfilman Indonesia juga telah mendapatkan pencapaian yang patut diacungi jempol serta merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Berbagai penghargaan yang telah diraih Indonesia mulai dari nasional hingga internasional berhasil mencatat sejarah baru bagi film Indonesia. Selain penghargaan dalam bentuk fisik, film tanah air juga berhasil menjadi sebuah film yang berkualitas dengan tayang di bioskop luar negeri. Sebut saja, film bergenre horor yaitu Pengabdi Setan, yang sangat melejit dan menjadi hits pada tahun 2017. Berbagai genre film mulai dari horor, action, romance, sampai kisah remaja yang dikupas sangat apik dalam perfilman Indonesia, seperti film Dua Garis Biru yang mengangkat kisah romansa anak SMA.
Dua Garis Biru merupakan film remaja anak SMA yang menceritakan dampak dari adanya pergaulan bebas yang berujung pada pernikahan dini atau istilah yang digunakan sekarang adalah Married by Accident. Selain itu, dalam film ini juga mengandung sebuah pendidikan seks khususnya bagi perempuan yang sekarang ini semakin banyak menjadi korban dari pelecehan seksual. Film tersebut dikemas sangat apik dengan alur yang sangat tidak biasa seperti pada film-film lainnya. Mengisahkan mengenai seorang perempuan yang masih belia diketahui telah mengalami kehamilan dengan teman seusianya, ternyata lelaki tersebut kekasihnya sendiri yang juga masih duduk di bangku SMA. Namun sayangnya, saat film ini dirilis, ada beberapa permasalahan, karena ada yang menganggap bahwa film ini tidak layak tayang dikarenakan cenderung mencontohkan hal yang tidak baik bagi penontonnya.
Pro kontra dari awal perilisan film ini memang menuai banyak respon masyarakat terhadap film Dua Garis Biru yang dianggap tidak layak tayang. Setelah dilakukan penelitian berupa wawancara kepada beberapa narasumber, semuanya mengaku berada pada pihak yang mendukung atas penayangan film ini. Mereka menganggap bahwa film ini dapat memberikan pelajaran bagi remaja mengenai dampak buruk akibat melakukan hubungan seks yang cukup tabu untuk diperbincangkan padahal sudah menjadi kasus yang sering terjadi di kehidupan. Jadi, alasan pihak yang mendukung film ini, karena berisi mengenai bahaya dari adanya pergaulan bebas yang berujung pada pernikahan dini. Penolakan terhadap film ini dikarenakan mereka menganggap bahwa film ini memberikan contoh negatif berupa pergaulan bebas dikalangan remaja. Penilaian orang memang beragam terhadap suatu hal yang tidak bisa disamakan, tergantung dari sudut manakah orang itu menilai mengenai baik buruknya termasuk pada cerita yang terkandung dalam film Dua Garis Biru.
Nilai kehidupan yang dapat diambil dari adanya film ini sebenarnya cukup menarik untuk dikulik lebih dalam, terlebih lagi ini mengenai nilai sex education yang mempunyai andil cukup penting khususnya bagi remaja. Dua Garis Biru memberikan gambaran bahwa pergaulan bebas sangatlah mempunyai dampak yang buruk bagi kehidupan. Kesiapan mental perempuan sangat jelas dibutuhkan untuk menghadapi kehamilan sampai persalinan diusia yang belia. Hubungan seks yang terjadi pada kedua pemeran utama film ini bisa dikatakan bahwa mereka masih minim akan sex education, terbukti bahwa hal tersebut berujung pada kehamilan yang itu artinya tidak adanya penggunaan alat kontrasepsi. Terjadinya fertilisasi yang mengakibatkan kehamilan juga turut mempengaruhi psikis perempuan yang mungkin merasa tidak bisa menerima dampak buruknya dan masih belum siap untuk menjadi seorang ibu, yang justru juga bisa membahayakan nyawa janin di rahimnya. Hal tersebut yang menjadi sebuah tamparan keras bagi kita semua bahwa pentingnya pengetahuan akan pendidikan seks bagi remaja.
Pernikahan dini menjadi salah satu akibat dari kurangnya sex education bagi remaja Indonesia. Di Indonesia berbicara perihal sex education masih cukup tabu jika diperbincangkan, padahal pendidikan seks sangatlah penting untuk menekan angka kematian ataupun persentase dari pernikahan dini. Istilah Married by Accident merupakan fenomena yang banyak ditemui dikalangan remaja sekarang. Seperti yang dikisahkan di film Dua Garis Biru, bahwa sepasang kekasih yang masih SMA tersebut akhirnya menikah akibat dampak dari minimnya sex education. Pernikahan dini harusnya bisa lebih diperhatikan lagi untuk dapat meminimalisir keberadaannya sekarang, mengingat bahwa pernihakan dini juga harus melalui berbagai macam kesiapan mental khususnya bagi perempuan. Selain itu, menekan angka pernikahan dini yang semakin banyak terjadi juga dapat menekan angka kematian ibu dan anak.
Sesuai dengan hasil wawancara mengenai bagaimana tanggapan narasumber terhadap film Dua Garis Biru ini, mereka menekankan pada pentingnya sex education bagi remaja. Pendidikan seks yang masih minim sekali menjadi sebab dari adanya pergaulan bebas yang semakin merebak keberadaannya. Sangat disayangkan sekali, bahwa sekarang ini juga banyak pelecehan seksual yang sering terjadi pada perempuan dimana hal tersebut juga berasal dari kurangnya edukasi terhadap pendidikan seks. Pendidikan seks bisa dimulai dari lingkungan keluarga sampai sekolah untuk selalu memberikan edukasi akan pentingnya sex education serta dampak buruknya diusia remaja. Disamping itu, sosialisasi atau pemberdayaan bagi remaja juga perlu ditingkatkan lagi untuk dapat membentuk mindset yang lebih cerdas dan tanggap dalam hal menjaga diri sendiri agar terhindar dari pergaulan bebas.
Dengan demikian, perlu digaris bawahi bahwa film Dua Garis Biru ini cukup menjelaskan mengenai bahaya dari adanya pergaulan bebas. Perempuan yang sering menjadi sasaran dari pelecehan seksual harusnya bisa menempatkan bahwa dirinya adalah manusia yang berkelas dan bermartabat tinggi. Oleh karena itu, diharapkan untuk perempuan-perempuan diluar sana semoga bisa menjadi perempuan yang cerdas dan pandai akan sex education serta dampak yang ditimbulkan. Pola pikir juga turut mempengaruhi bagaimana cara menghindari untuk tidak ikut terjerumus dalam hal-hal negatif. Remaja yang cerdas tentu membawa pengaruh yang luar biasa bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama untuk menekan angka pergaulan bebas ataupun pelecehan seksual.