Riuh Sunyi Part I
Sinar mentari pagi menembus mata menuju ruang mimpiku. Teriakan Ibu menjadi alarm alam yang membangkitkanku dari portal malam yang terstruktur indah. Yang disempurnakan dengan goncangan tangan kayu yang menggetarkan bumi datar yang empuk dan halus pagi ini..
“ZIFARRRRRR….DASARR ANAK NAKALL!”. Teriakan frustasi ibun sambil membuka tirai dijendela imut kamarku. Ibun menepuk – nepuk bokongku sangat keras dengan kekuatan marahnya.
“Arghhhh…apa sih Bun?” Menarik selimut menutupi wajah tampanku.
“ZIFAR INDARTO… ini surat apa ?”. Ibun meninggikan suaranya.
Menggiratlah tubuh ini dibawah alam sadar. Aku diam, merundungi nasibku setelah ini. Ibun sudah membaca surat skorsing ke-3 dibulan ini. Surat yang selalu membuat Ibun punya alasan memaki dan memarahiku. Surat skorsing karena perkelahian, pembolosan, kelakuanku di kelas, dan pelanggaran tata tertip. Entah apa yang akan dilakukan Ibun setelah ini, kejadian terakhir minggu lalu Ibun memotong rambutku yang indah sampai hampir habis. Mengingat kejadian itu saja sudah membuat aku ngeri.
Aku adalah siswa SMA negeri favorite Bandung yang akan menuju tingkat semester akhir. Dimana siswa normal lainnya sibuk belajar untuk mempersiapkan diri untuk ujian akhir. Aku sadar pasti Ibun sangat kesal dan muak dengan semua tingkahku. Tapi ini semua karena Erie, temanku yang selalu membullyku. Dia adalah ketua geng yang ditakuti banyak siswa. Jika sudah berhubungan dengannya akan sangat sulit keluar dari lingkaran hitam kehidupan dimasa SMA. Aku tipe orang yang lumayan berprestasi dan pendiam tidak banyak tingkah, tapi entah mengapa terus-terusan diperlakuakan tidak pantas membuat nyaliku berkembang. Aku sering berkelahi karena keusilannya seperti melempariku dengan minuman sisa. Membolos karena malas bertemu dengannya, yang aku lampiaskan dengan berjalan-jalan dan bermain PS dipasar kaget dibelakang sekolahku. Melanggar tata tertib seperti, tidak pernah mengenakan dasi dan pin name tag. Bagaimana biasa aku taat tata tertib sekolahku jika si biang kerok itu selalu punya duplikat kunci lokerku.
Sedikit cerita teror Erie ini bermula saat aku membela cewek yang aku taksir dikelas 2 semester awal. Namanya Meidi dia cewek yang imut dan pintar. Sepertinya Erie suka dengan Meidi makanya dia selalu menjailinya. Suatu hari Erie menaruh rautan dengan hiasan kaca di bawah meja Meidi dan aku mengetahuinya. Aku merasa kejailannya sudah kelewat batas, tanpa mengetahui resikonya aku mengambil rautan itu dan aku hancurkan kacanya lalu aku letakan ketempat semula. Sudah dapat ditebak kejadian selanjutnya bukan?. Tidak lama Meidi pindah sekolah karena mengikuti dinas papahnya di Flores. Alhasil Erie melampiaskan rasa marah dan bosannya dengan menjailiku.
***
Setelah selesai mandi aku turun menuju ruang makan. Disana sudah berkumpul para tetua yang memasang muka masam, kecut, dan judes. Air liurku terus ku telan paksa, tidak pernah aku merasa setakut ini kepada Yayah, Ibun, dan Akak Saery selama hidupku.
“Manthul sekali sih adek akak Seary ini”. Tangan lembutnya mencubit pipiku gemas.
“Apaan sih kak Saery”. Kutangkis tangannya dengan jurus cubit seribu kuku.
“Aduuh… sakit Far”. Merintih kesakitan dengan lirikan tajam bak jarum jahit.
Aku tertawa bangga, merasa menang .
“Far kamu ini bukannya merenungi kesalahan mu malah selalu membuat gara-gara. Yayah malu kesekolahmu terus. Kalo kayak gini terus kamu harus Yayah mutasi ketempat Akung dan Mbahti. sambil mengarahkan garpu kesana kemari sesuai nada bicaranya.
Aku melongo memandang Yayah, Ibun dan Akak Saery. Aku terkejut mendengar ucapan Yayah, kenapa hukumannya seasik itu. Aku tidak pernah tidak senang berkunjung kerumah Akung dan Mbahti. Aku merasa seperti raja disana. Bahkan aku sudah membayangkan betapa asiknya disana. Wajahku yang cukup tampan ini membuat para cewek desa berebut mendekatiku. Senyumku merekah indah bak mawar dipinggir kali hanya karna membayangkannya
“Manthul itu Yayah ide yang sangat bagus… Zifar setuju kalo itu. Itung-itung liburan, dari pada liburanku kali ini aku habiskan les di akademi”. Dengan nada yang sangat gembira aku menjawab pernyataan Yayah.
“Yakin kamu mau nih?” Dengan lirikan menggoda yang tersirat penuh rahasia terselip di mata dan senyuman Yayah.
Aku lumat perlahan lalu aku cerna maksud senyuman dan pandangan itu. Mungkinkah ada suatu yang dirahasiakan dari ku?. Pikiran negatif sudah memenuhi didalam otak muliaku. Astagfirullah, oh my god, ya ampun, astangtang, Astaga hanya itu kata-kata yang dapat mengekspresikan kecurigaanku. Berbeda dengan Yayah, Ibun dan Akak Saery terlihat khawatir dengan keputusan Yayah untuk memutasiku ke rumah Akung dan Mbahti. Ada apa sebenarnya ini, mengapa rasa senang yang tadi berbubah menjadi ketakutan.
“Yayah, apa harus Zifar dikirim ke rumah Bapak?” Dengan suara cemas Ibun bertanya memastikan.
“Harus bun, biar Zifar merenungi kesalahannya”. Dengan nada yakin Yayah menjawab pertanyaan Ibun.
“Kalo itu keputusannya Yayah, Ibun percaya aja Insyallah berkah”. Sambil memandangku dengan raut muka sedikit cemas.
Tangan Akak Saery mengenggam hangat dilenganku. Menatap penuh harap dan cemas kepadaku. Aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan ekspresi Yayah, Ibun, dan Akak Saery. Mereka membuat aku penasaran. Apa mungkin aku terlalu cepat berasumsi negatif kepada mereka. Mana mungkin aku berada disituasi sulit jika dirumah Akung dan Mbahti. Aku memilih untuk tidak terlalu memikirkannya dan melanjutkan sarapan. Lain hal denganku, Akak Saery dan Ibun melempar kode dengan mulut dan mata mereka. Komunikasi dengan kode kedip mengedip manyun hanya mereka saja yang tau. Aku hanya diam memandang mereka, mungkin saja mereka sedang memiliki sesuatu yang hanya wanita saja yang boleh tau.
Bersambung….
2 Komentar
Cerita
Oh, karyanya artefak, bagus
Bahrul si Puitis
Lanjutkan